Sahabat.

~Aku mulai nyaman saat di dekatmu. Ada kehangatan tersendiri yang kau tawarkan untukku. Berharap ini bukanlah sebuah mimipi belaka~

🌹🌹🌹🌹Syifa🌹🌹🌹🌹

Suara kencang milik Bu Sela menggema di seluruh ruangan. Semua orang terdiam menyimak materi hari ini. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani membuka suaranya.

Satu jam berlalu, Pelajaran pun berakhir. Dosen berbadan montok itu mengakhiri materinya, kemudian berlalu meninggalkan kelas.

Setiap orang mulai lega. Mereka menghirup udara sebanyak-banyaknya. Entah, setiap kali pelajaran dosen itu. Semua mahasiswa dan mahasiswi bagai sedang menjalani sidang skripsi.

Arumi berbisik pada Syifa. "Nanti sore, kita mampir ke cafe Abangmu, yuk? Aku kangen menu andalan mereka."

Syifa mengangguk. Sudah lama juga ia tidak mampir ke sana. Mungkin sudah dua minggu, Syifa belum pernah datang ke Cafe milik Bima.

Tiba-tiba Zaki datang mengagetkan kedua gadis itu. Arumi yang kesal seketika memukul punggung Zaki dengan tumpukan buku di tangannya. Hal itu membuat si empu-nya kesakitan.

"Dasar cewek galak!" sungut Zaki kesal

Zaki dan Arumi memiliki usia yang sama. Namun, Arumi menunda kuliahnya satu tahun yang menyebabkan ia kini menjadi junior Zaki.

"Dek, kamu udah makan belum?" tanya Zaki pada Syifa.

"Belum, Kak. Ini baru mau ke kantin," jawab Syifa sambil memasukkan buku ke dalam tas. " Ayo, ke kita makan, Kak!"

Syifa beranjak dari tempat duduknya, disusul Zaki dan Arumi , Sedangkan Gabrie --lelaki-- yang tadi sempat bertanya pada Syifa di taman hanya memperhatikan ketiganya dari pojok.

Ada magnet kuat yang mendorong rasa penasarannya pada sosok Syifa. Gadis cantik yang baru ia kenal hari ini.

"Dia lucu," gumam Gabriel.

🏵🏵🏵🏵🏵🏵

Sementara itu di waktu yang sama. Namun, beda tempat. Bima baru saja sampai di cafe. Ia disambut baik oleh chef, sekaligus sahabatnya.

"As'salamulaikum, Pak Haji," sambut Amar sambil tertawa.

Bima berdecak kesal. Lelaki ini tiada hentinya memanggil dirinya Pak Haji.

"Wa'alaikumsalam," balas Bima. "Gimana, sudah siap bertempur di dapur?"

"Jangan tanya itu mah. Ksatria bercelemek siap menyulap wortel mentah menjadi sup yang lezat."

"Apa hari ini obat pereda gilamu udah habis, Mar?"

"Astagfirullah, Pak Haji sungguh kejam dirimu. Kau menuduhku gila, padahal aku ini tidak seperti itu. Aku hanya sedikit miring ke kanan."

Bima tersenyum. Ia rasa tidak akan ada habisnya, jika melayani Amar. Lelaki ini selalu bisa menjawab dengan caranya sendiri.

Setelah melewati proses salam penyambutan yang panjang. akhirnya Bima dan Amar pergi ke ruangannya masing-masing.

Cafe milik Bima tidaklah mewah. Bangunan berlantai dua yang awalnya ia sewa, saat ini sudah menjadi hak permanen miliknya.

Dulu, bangunan ini tidak seindah sekarang. Bima berkerja keras menabung demi merenovasi cafe agar terlihat menarik dan bagus.

Amar sendiri adalah seorang chef yang sebenarnya bekerja di hotel bintang lima. Namun, ia mengundurkan diri.

Dengan tekad yang kuat, Bima mengajak Amar bergabung di cafe miliknya. Tentu, dengan senang hati Amar menerimanya.

Mereka bahu membahu membangun kepercayaan pelanggan. Bima tidak pernah lelah mempromosikan cafenya di media sosial, ataupun di grup Alumni sekolah.

Sama halnya dengan Bima. Sebagai Chef yang dipercaya. Amar berusaha keras menciptakan menu makanan yang berbeda, dan menjadi ciri khas cafe ini. Beberapa kali gagal dalam memasak, membuat Amar semakin tertantang.

Siang ini, Bima tengah mengecek laporan keuangan bulanan cafe juga bengkelnya. Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga membiayai sekolah kedua adiknya.

Bima teringat akan Syifa. Gadis kecil itu sudah tumbuh dewasa. Dulu, Bima sangat senang saat Syifa datang. Ia bahkan tidak pernah absen mengajak main Adik angkatnya tersebut. Namun, sekarang berbeda.

Bima dan Syifa memiliki kesibukan tersendiri. Bima pokus pada pekerjaannya. Sedangkan, Syifa semakin gencar mengejar ilmu.

"Dia sudah dewasa sekarang. Rasanya baru kemarin aku menggendongnya." Bima memandangi foto Syifa yang ia ambil saat liburan keluarga empat bulan yang lalu.

Bagi Bima, Syifa dan Zaki adalah saudara yang berharga. Mereka tumbuh dalam lingkung keluarga yang sama, dengan didikan yang sama pula. Jadi, sudah sewajarnya Bima memiliki tanggung jawab menjaga kedua adiknya.

Waktu berlalu begitu cepat. Suara Adzan Ashar berkumandang di masjid terdekat. Bima segera mengakhiri kegiatannya.

Ada yang berbeda di cafe milik Bima. Di sini semua karyawan wajib berjamaah di mushola yang sudah disiapkan, dan selama itu cafe pun di tutup sampai waktu salat selesai.

Menurut pepatah "Time is money", tetapi bagi Bima berbeda. Uang bukanlah segalanya. Jadi, tidak seharusnya kita mengejar waktu demi uang. Meski begitu, uang tetaplah di perlukan. Namun, tidak harus bermati-matian mencarinya, hingga melalaikan kewajiban kita sebagai muslim.

Allah itu sebaik-baik tempat kita mengadu. Bukankah yang memberikan kebahagian itu Allah? yang menjamin rezeki kita itu Allah? kenapa masih saja kita lalai dalam menyambut panggilan indahnya.

Bima dan seluruh karyawan telah berkumpul di mushola belakang cafe. Seperti biasa Bima bertindak sebagai imam. Ia berusaha semaksimal mungkin menjadi pemimpin yang baik dan ramah.

Suara lantunan ayat suci al-quran terucap dari bibir tipisnya. Bima dengan khusyu memimpin sholat Ashar hari ini. Para kayawan yang menjadi makmum pun ikut khusyu mengikuti gerakan sang imam.

Waktu Salat selesai. Semua karyawan berhamburan, untuk kembali bersemangat menyambut para pelanggan. Hati mereka tentram, karena memiliki pemimpian seperti Bima.

Dalam mushola tinggallah Amar dan Bima. Mereka masih enggan beranjak menikmati waktu menghadap sang Ilahi Rabbi.

Amar selesai. Ia melirik sekilas pada Bima, lalu berkata, "Bim, kamu engga mau menikah?"

Bima membuka mata. Ia tengah menikmati alunan dzikir dari mulutnya sendiri. "Insya Allah, kalau udah ketemu jodohnya. Aku pasti menikah, Mar."

"Ya, aku tau itu. Apa kamu udah punya calon?"

Bima menggelengkan kepala. Selama ini ia tidak pernah berdekatan dengan wanita. Terlebih Abahnya selalu mengingatkan, untuk tidak berpacaran.

"Carilah calon istri. Kalau kamu engga mau pacaran, cari wanita yang mau taaruf denganmu."

"Belum ada yang cocok. Aku menunggu Allah mengirimkan seorang bidadari untukku."

"Masya Allah, Pak Haji. Kita itu wajib berikhtiar. Kalau kamu diam saja, bisa-bisa jadi bujang lapuk."

"Kamu sendiri gimana, Mar. Apa udah ada calon juga?"

Amar tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Belum 'sih, Bim."

"Nah, kamu sendiri aja belum. Aku pikir, kamu bahas soal menikah, kamu udah punya calon!"

Amar berdiri diikuti Bima. Mereka berjalan santai masuk ke dalam cafe kembali. Amar dan Bima hanya terpaut usia empat bulan. Amar lebih tua dibanding Bima. Meski begitu, mereka menempuh pendidikan bersama, sampai sekarang bekerja pun bersama.

"Mungkin calon jodoh kita baru keluar dari persembunyiannya," celetuk Amar begitu saja.

...****************...

BERSAMBUNG~~~

JANGAN LUPA LIKE, COMENT DAN VOTE🤗

Terpopuler

Comments

khoirul anwar

khoirul anwar

sholat asar kok ada bacaan Al Quran? mungkin perlu dicermati kembali alur ceritanya

2022-02-17

1

Sugianto

Sugianto

yap..you right thor..sholat mah kewajiban kita yg utama sebagai umat muslim.,,,

2022-01-24

1

Sutiah

Sutiah

mampir nih 😊

2022-01-15

0

lihat semua
Episodes
1 Kampus
2 Sahabat.
3 Cafe Bima
4 Niat perjodohan.
5 Rasa yang tak biasa
6 Perasan suka Gabriel.
7 Reuni
8 Laila
9 Mati lampu.
10 Tebakan Zaki.
11 Bus
12 Api unggun
13 Curhatan Syifa
14 Mendaki gunung.
15 Syifa ditemukan
16 Renungan
17 Tangisan Laila.
18 Menggendong Syifa.
19 Cerita saat hujan.
20 Kajian.
21 Fahri.
22 Dosen baru.
23 Menunggu bus.
24 Keterpurukan.
25 Rumah sakit.
26 Coklat.
27 Rasa tak percaya.
28 Lamaran.
29 Menginap.
30 Nasi goreng
31 Ketegangan.
32 Yang tak diketahui Amar.
33 Ada cerita di taman.
34 Perjalanan ke toko buku.
35 Malaikat berwujud manusia
36 Ada apa dengan Bima?
37 Lelaki bertopi hitam.
38 Rahasia Bima terungkap sedikit
39 Permintaan Bima.
40 Mengajar ngaji.
41 Tragedi menimpa Zaki.
42 Rasa bersalah Syifa.
43 Pelacakan pelaku.
44 Cerita menuju cafe.
45 Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46 Keberadaan Kevin terlacak
47 Bertemu Laila.
48 Makan malam.
49 Kamera pengintai
50 Syifa diculik
51 Kevin tertangkap
52 Restu Paman Syifa.
53 Menjenguk Laila.
54 Bertemu Pak Arman.
55 Awal mula cerita.
56 Meminta tes DNA
57 Bertemu Fahri dan Laila
58 Hasil test
59 Syifa pindah
60 baju pengantin
61 SAH.
62 Makan malam di rumah Pak Arman.
63 Rumah baru
64 Mengantar kuliah
65 Test kehamilan.
66 Selalu ada luka dalam hati yang riang
67 Kembang Gula
68 Diskonan
69 Menjadi imam itu berat.
70 Ke rumah Pak Arman.
71 Antara Zaki, dan Amar.
72 Sarapan dengan gombalan
73 Menonton film
74 Pergi
75 Kedatangan Arumi
76 Jodoh pasti bersama
77 Menikah lagi.
78 Foto wanita
79 Penjelasan
80 Perpustakaan kampus
81 Nama baru
82 Mengutarakan niat
83 Imbalan
84 Persiapan skripsi
85 Dosen baru
86 Kost-an Della
87 Suara hati Bima.
88 Mengutarakan niat.
89 Mall Gading
90 Vote
91 Menerima apa adanya
92 Renovasi Panti Asuhan
93 Tespeck
94 Penolakan
95 Akhirnya
96 Cerita baru
97 Periksa kehamilan
98 Kelulusan
99 Berbuah manis
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Kampus
2
Sahabat.
3
Cafe Bima
4
Niat perjodohan.
5
Rasa yang tak biasa
6
Perasan suka Gabriel.
7
Reuni
8
Laila
9
Mati lampu.
10
Tebakan Zaki.
11
Bus
12
Api unggun
13
Curhatan Syifa
14
Mendaki gunung.
15
Syifa ditemukan
16
Renungan
17
Tangisan Laila.
18
Menggendong Syifa.
19
Cerita saat hujan.
20
Kajian.
21
Fahri.
22
Dosen baru.
23
Menunggu bus.
24
Keterpurukan.
25
Rumah sakit.
26
Coklat.
27
Rasa tak percaya.
28
Lamaran.
29
Menginap.
30
Nasi goreng
31
Ketegangan.
32
Yang tak diketahui Amar.
33
Ada cerita di taman.
34
Perjalanan ke toko buku.
35
Malaikat berwujud manusia
36
Ada apa dengan Bima?
37
Lelaki bertopi hitam.
38
Rahasia Bima terungkap sedikit
39
Permintaan Bima.
40
Mengajar ngaji.
41
Tragedi menimpa Zaki.
42
Rasa bersalah Syifa.
43
Pelacakan pelaku.
44
Cerita menuju cafe.
45
Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46
Keberadaan Kevin terlacak
47
Bertemu Laila.
48
Makan malam.
49
Kamera pengintai
50
Syifa diculik
51
Kevin tertangkap
52
Restu Paman Syifa.
53
Menjenguk Laila.
54
Bertemu Pak Arman.
55
Awal mula cerita.
56
Meminta tes DNA
57
Bertemu Fahri dan Laila
58
Hasil test
59
Syifa pindah
60
baju pengantin
61
SAH.
62
Makan malam di rumah Pak Arman.
63
Rumah baru
64
Mengantar kuliah
65
Test kehamilan.
66
Selalu ada luka dalam hati yang riang
67
Kembang Gula
68
Diskonan
69
Menjadi imam itu berat.
70
Ke rumah Pak Arman.
71
Antara Zaki, dan Amar.
72
Sarapan dengan gombalan
73
Menonton film
74
Pergi
75
Kedatangan Arumi
76
Jodoh pasti bersama
77
Menikah lagi.
78
Foto wanita
79
Penjelasan
80
Perpustakaan kampus
81
Nama baru
82
Mengutarakan niat
83
Imbalan
84
Persiapan skripsi
85
Dosen baru
86
Kost-an Della
87
Suara hati Bima.
88
Mengutarakan niat.
89
Mall Gading
90
Vote
91
Menerima apa adanya
92
Renovasi Panti Asuhan
93
Tespeck
94
Penolakan
95
Akhirnya
96
Cerita baru
97
Periksa kehamilan
98
Kelulusan
99
Berbuah manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!