Aku menantimu, menunggumu dalam kegelapan. Datanglah! Aku membutuhkanmu.
💝💝💝 SYIFA💝💝💝
Jarak tempuh yang jauh membuat Bima tak bisa sampai secepat kilat. Sesampainya di sana, ia langsung meminta salah satu dosen untuk menemaninya ke tempat terakhir Syifa.
Raut wajah Bima tak seperti biasa, ia lebih tegang dan khawatir. Rombongan mahasiswa dan Zaki pun masih menyisir hutan. Mereka berpencar, dan sepakat kembali ke tempat asal satu jam lagi.
"Syifa, ini Abang!" teriak Bima sambil memasuki hutan.
Tak ada jawaban, hanya pantulan dari suara Bima'lah yang terdengar. Langkah demi langkah ia ayun menyisir hutan, berharap gadis manis yang selalu tersenyum itu ditemukan.
Sementara itu di sebuah lubang yang dalam, Syifa baru saja terbangun dari pingsan. Kepalanya terasa sakit, badannya linu. Matanya menengadah ke atas, berharap ada dua kaki baik hati yang menemukannya.
"Tolong! Kakak ... Arumi ...!" teriak Syifa semampunya.
Syifa berdiri, membersihkan sisa-sisa tanah di pakaiannya. Bunga mawar yang tadi sempat membuatnya terpesona telah hancur.
"Ya Allah, aku mohon kirimkan seseorang untuk menolongku. Aku yakin, Engkau selalu memberi jalan di setiap permasalahan." Bibir Syifa tak berhenti beristigfar.
Bima dan seorang dosen tak berada jauh dari tempat Syifa. Mereka masih terus memanggil nama gadis itu.
"Syifa, kamu di mana? Abang datang, Dek!" teriak Bima terus menerus.
Syifa yang mendengar jelas teriakan Bima segera menjawabnya.
"Abang, tolong Syifa di sini!" teriak Syifa balik.
Bima terdiam, suara adiknya tepat tak jauh ia berpijak. Perlahan ia berjalan ke arah pohon bunga mawar cantik.
"Mas Bima, sepertinya suaranya berasal dari sana!" tunjuk dosen yang umurnya tak jauh berbeda dengan Bima.
"Iya, Pak! Coba kita cek," jawab Bima.
Mereka mendekat ke sebuah lubang besar. Betapa terkejutnya saat mereka mendapati Syifa tengah menatap ke atas dengan sendu.
"Ya Allah, Dek!" seru Bima.
"Abang ...," lirih Syifa.
"Tunggu di sana, Dek! Abang, turun!" Bima turun perlahan hingga sampai di hadapan Syifa. "Kamu pasti ketakutan?"
Syifa mengangguk, ia tak kuasa menahan air mata bahagai bisa bertemu Bima.
"Pak, bisa minta tolong bantu saya carikan tali. Agar kami bisa naik ke atas," pinta Bima.
"Sebentar, Mas, kebetulan di tas saya ada." Dosen itu membuka ransel yang memang ia sengaja bawa untuk berjaga-jaga. Isi ransel itu cukup lengkap, ada kotak P3K, tambang, peralatan seperti gergaji kecil dan golok.
Dosen tadi mengulurkan tambang ke bawah, Bima segera meraihnya, lalu berkata, "Ayo, naik dulu, Dek! Abang bantu dari bawah."
"Syifa takut, Bang," rengek Syifa.
"Jangan takut, Dek, ada Abang di sini." Mencoba berusaha menenangkan Syifa. "Pegangan yang kuat, ya."
Syifa memanjat ke atas dengan berpegangan pada tambang. Setelah memastikan Syifa sampai, Bima segera menyusul.
"Alhamdulillah," ucap mereka bersamaan.
"Mas Bima sama Syifa pulang duluan saja. Saya mau menyusul rombongan lain yang masih mencari Syifa.
"Baik, Pak, tolong titip adik saya, Zaki!" pesan Bima.
Mereka berjalan berlawan arah. Syifa dan Bima kembali ke tempat camping. Sedangkan, dosen tadi berjalan masuk hutan paling dalam.
"Dek, kenapa kamu bisa tertinggal?' tanya Bima sembari berjalan beriringan.
"Tadi Syifa liat bunga mawar merah cantik banget, Bang. Jadi, Syifa diam dulu, karena penasaran Syifa samperin. Pas Syifa mau berbalik, engga sengaja kaki Syifa kegelincir," beber Syifa.
"Ya Allah, Dek, lain kali hati-hati. Abang sampe langsung berangkat ke sini."
"Iya. Dari mana Abang tau Syifa hilang?"
"Tadi hati Abang engga enak.! Jadi, Abang hubungi kamu sama Zaki, tapi engga ada jawaban. Akhirnya Abang telepon salah satu dosen yang ikut camping, ternyata Abang kamar buruk."
"Maafin Syifa, ya, Bang, udah ngerepotin terus," cakap syifa merasa bersalah.
"Abang, engga pernah direpotin, Dek!"
Perkataan Bima terakhir menyentuh hati Syifa. Tak bisa dipungiri ada rasa bahagia melihat kehadiran Bima di sini. Terlebih, Bima'lah yang telah menyelamtkannya.
Tak terasa keduanya sampai di tempat camping. Bima langsung menyuruh Syifa istirahat. Sedangkan, ia menunggu Zaki dan rombongan lainnya.
Di dalam hutan rombongan, Zaki, Arumi, dan Gabriel sudah bertemu di titik yang telah disepakati sebelumnya. Namun, mereka tak menemukan Syifa di mana pun.
"Di mana kamu, Dek!" gumam Zaki putus asa.
"Kita berdoa aja, semoga Syifa teh sehat walafiat," ujar Arumi.
"Sebaiknya kita mencari bantuan polisi, biar Syifa cepet ditemukan," saran dosen yang ikut bersama mereka.
Raut wajah Zaki semkakin muram, hatinya cemas tak karuan. Bagaimana ia menjelaskan kejadian ini pada keluarganya?
Di sisi lain ada Gabriel yang merasakan hal yang sama. Ia tak kalah khawatir seperti Zaki, hatinya tak berhenti memanjatkan doa pada Tuhan, memohon keselamatan untuk Syifa.
Tak berapa lama ada seorang dosen menghampiri mereka dan mengabarkan kabar baik. Tentu, kabar tersebut membuat rasa gundah gulana semuanya terlepas.
Mereka segera kembali menuju tempat camping. Zaki terus mengucap syukur berkali-kali, setidaknya Syifa sudah selamat. Namun, timbul pertanyaan di hatinya. Dari mana Bima mengetahui perihal ini? Apa Abangnya akan memarahi ia atas kelalaiannya?
Rombongan sudah sampai, Bima segera menghampiri Zaki. Sedangkan, Arumi berlari menemui Syifa di tenda. Bima meminta Zaki mengukutinya, menimbulkan rasa penasaran dari Gabriel.
Zaki dan Bima sedikit menjauh dari yang lain. Keduanya duduk berdampingan di hamparan rumput.
"Kamu engga apa-apa?" tanya Bima memulai percakapan.
"Alhamdulillah, aku baik-baik aja, Bang!" balas Zaki dengan hati tak menentu.
"Maaf, Bang," tambah Zaki menatap Bima yang asyik memandang ke depan.
"Jangan takut! Abang engga akan marah, jika ini bukan sepenuhnya kesalahanmu. Alhamdulillah, Syifa udah selamat."
Zaki menunduk, ia tahu Abangnya memang baik hati. Namun, rasa bersalah tetap bersarang di jiwanya. Ia yang seharusnya menjaga Syifa, tetapi ia malah sibuk dengan dunianya sendiri.
"Tapi, tolong jangan diulangi lagi. Kamu tau 'kan, Ummi dan Abah sangat menyayangi Syifa. Bayangkan betapa khawatirnya mereka, jika sampai mereka tau akan hal ini!" pesan Bima tegas.
Untuk kedua kalinya Zaki mengangguk pertanda mengerti. Ia akan berusaha semampunya mengemban amanat Ummi dan Abah.
"Ayo, kita bergabung dengan yang lain. Waktu Maghrib sebentar lagi!" ajak Bima sambil berdiri, lalu berjalan.
Zaki mengikuti jejak Abangnya. Mereka berjalan menghampiri yang lainnya. Bima berbaur bersama dosen, yang kebetulan mantan pengajarnya dahulu.
Waktu salah Maghrib tiba, semua yang muslim segera berbondong-bondong menuju masjid. Syifa baru saja keluar dari tenda, ia terkejut saat mendapati Gabriel menunggunya di luar.
"Maaf, aku mengagetkanmu, aku hanya ingin melihat kamu. Syukurlah, kamu baik-baik saja! Tolong, jangan buat aku cemas seperti tadi. Aku ketakutan!" ujar Gabriel.
Dari kejauhan Bima dan Zaki yang juga hendak pergi ke masjid berhenti sejenak. Mereka mengamati interaksi Syifa dan Gabriel. Bima memandang penuh tanya ke arah mereka.
"Namanya Gabriel, dia teman baru kami," ungkap Zaki yang mengerti arti tatapan Abangnya.
...****************...
BERSAMBUNG~~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Saniia Azahra Luvitsky
Fahri selewatan doang ya..
ahhhh gemes bgt dah.. suka sama semua karakter nya sopan dan pergaulan nya baik ..
2021-08-11
1
💝GULOJOWO💝
Fahri kok blom nongol 🤔🤔
2021-06-06
0
Perjuangan cinta Tuan Muda
Kasian Syifa, psti ktakutan bgt. bagus critanya kak. 2 like lg drku ya. semangat. Salam Asiaten Pribadi Tuan Muda
2021-04-17
0