Bertemu Dan Jatuh Cinta
Sebelum masuk sekolah, Raisa bersama kedua sahabatnya, Nilam dan Maura, menyempatkan berbelanja kebutuhan bahan praktek di minimarket di depan sekolah.
Ketiganya terlihat sumringah melihat barang-barang di minimarket tersebut. Selain bahan-bahan praktek, mereka melihat-lihat barang lain yang dijual di minimarket tersebut. Berbelanja merupakan kebahagiaan kaum perempuan. Walaupun nyatanya barang yang dibeli tidak banyak, melihat barang-barang lainnya dianggap perlu untuk sekedar cuci mata.
Raisa, Maura, dan Nilam tertawa senang setelah melihat barang yang sedang trend di masyarakat.
"Hei, lihat deh! Ini bagus, ya?" ujar Raisa
"Eh, iya... Ini kan yang lagi trend itu! Lagi terkenal banget di kalangan anak muda," ucap Nilam
Gleggaaarr!~
Tiba-tiba saja awan yang mulanya cerah berubah menjadi gelap gulita... Cahaya kilat dan petir menyambar di mana-mana...
DEG!
"Loh, tiba-tiba gelap... Kayak mau hujan, banyak petir juga," kata Maura
"Iya, nih. Padahal lagi asik lihat-lihat. Harus udahan, deh! Bayar dulu, yuk! Habis itu kita buru-buru ke sekolah. Takut keburu hujan," ujar Nilam
Raisa tiba-tiba termenung diam, memegangi dadanya... Sedangkan Maura dan Nilam berjalan menuju kasir, Raisa hanya mematung di tempat.
"Sa... Raisa! Kok diam aja? Ayo, jangan bengong, dong, Say!" seru Maura
Raisa tersadar setelah mendengar seruan namanya.
"Ah, maaf. Tiba-tiba perasaanku ga enak. Badanku juga tiba-tiba aneh rasanya ... " kata Raisa
"Kamu kenapa, baik-baik aja, kan?" tanya Nilam, cemas
"Gak tahu, kenapa .... Tiba-tiba badanku rasanya aneh banget! Kepalaku pusing, dada rasanya berdebar-debar. Mungkin karena kaget denger petir tadi. Aduh .... Rasanya gak karuan banget. Kayaknya aku harus pulang. Hari ini aku lupa, gak bawa obat. Takut keburu kambuh .... Aku izin pulang gak apa, kan? Maaf banget, nih, nanti tolong izinin aku, ya. Aku gak bisa ikut praktek, maaf, ya," jelas Raisa
[Raisa memang memiliki riwayat penyakit yang tidak memperbolehkannya untuk merasa terkejut.]
"Ya udah, gak apa. Nanti kita izinin kok. Tapi, kamu gimana pulangnya? Mau kita anter?" ujar Maura bertanya.
"Gak usah, gapapa. Sebentar lagi bel sekolah. Aku pesen taxi online aja. Nih, aku pesen .... Langsung dapat kok. Kalian duluan aja ke sekolah, gak usah nemenin aku lagi nungguin taxi dateng. Aku gak apa ... " ucap Raisa
Raisa menunjukan ponselnya pada kedua temannya. Di layarnya tertera 'Mobil telah dipesan. Siap menjemput Anda'.
[Sekolah Raisa memang memperbolehkan muridnya membawa ponsel, juga kendaraan*. *Bagi yang sudah mempunyai SIM.]
"Iya, sebentar lagi masuk. Ya udah, aku sama Maura duluan ke sekolah, ya," ujar Nilam
"Kamu hati-hati. Kalo ada apa-apa, kalo udah sampe rumah, langsung kabarin, ya," kata Maura
"Iya, nanti aku kabarin," balas Raisa
Maura dan Nilam pergi membayar ke kasir. Kemudian berpisah dengan Raisa. Keduanya meninggalkan Raisa dan menuju sekolah.
"Aku berdebar-debar, gak biasa .... Perasaanku ga enak setelah langit tiba-tiba berubah gelap. Ini pasti pertanda! Sebelumnya aku sama sekali belum pernah merasa kayak gini. Setelah sebelumnya tanda-tanda itu terus datang .... Takdir itu ternyata udah ga bisa dielakkan," batin Raisa
Raisa pun membatalkan pesanan taxi online-nya. Karena memang itu hanya untuk mengelabuhi Maura dan Nilam. Dan ia pun segera pulang ....
"Maura, Nilam... Maafin aku udah bohong sama kalian," batin Raisa
[Memang selain rasa berdebar-debar yang merupakan pertanda, sebenarnya Raisa tak merasakan apapun lagi.]
Dalam sekejap, sesampainya di rumah, Raisa bergegas nengganti seragamnya dengan pakaian biasa sehari-hari di kamarnya. Ia juga tergesa-gesa menyiapkan beberapa barang yang perlu dibawa di tasnya. Tak lupa, ia menulis surat untuk orangtuanya agar mereka tidak khawatir.
'Bu, Pak, Raisa pamit .... Raisa izin. Ada sesuatu yang Raisa rasakan seolah itu memanggil Raisa. Raisa rasa ini saatnya, takdir harus Raisa jalani. Ini baru awal, Raisa pasti akan pulang. Doakan Raisa ....
Bu, hari ini, sebelum waktu masuk sekolah, pertanda itu datang. Setelah sebelumnya tanda-tanda itu berturut-turut terus datang .... Tadi Raisa sedang bersama teman, lalu mencari alasan supaya bisa pergi. Kalau ada teman Raisa datang, Raisa belum pulang, tolong carikan alasan yang tepat untuk menggantikan kepergian Raisa yang mendadak untuk sementara ini. Juga tentunya untuk kakak dan adik supaya mereka juga ga curiga atau khawatir. Raisa pergi, ya, Bu, Pak.
- Raisa.'
Itulah bunyi pesan yang tertulis di selembar kertas surat yang diselipkan Raisa di bawah lampu belajar di meja belajarnya.
Raisa pun melangkah pergi dengan terburu-buru. Namun, ia berpapasan dengan Sang Ibu.
"Raisa, kok kamu di rumah, Nak? Kok pake baju santai? Bukannya kamu ada pengambilan nilai praktek di sekolah? Kapan kamu pulangnya? Langit kan lagi gelap mau hujan .... Kamu mau pergi, pergi ke mana?" tanya Ibu Vani, Ibu nya Raisa, bertubi-tubi
"Raisa izin, Bu. Raisa harus pergi. Pamit, ya, Bu. Raisa buru-buru ... " jawab Raisa secara singkat
Raisa pun melangkah pergi. Dalam sekejap, ia menghilang dari pandangan.
"Buru-buru banget, tumben. Tadi dia, pake kemampuannya, ya? Duh, kalolau ada yang lihat gimana? Bisa gawat. Tumben anak itu gak hati-hati," gumam Ibu Vani, pelan
"Raisa, kamu mau ke mana sih, Nak? Sampe sepatu ga ditaruh di tempatnya, lemari baju ga dututup... Biasanya buru-buru pun kamu gak kayak gini," heran Ibu Vani
Ibu Vani pun merapikan barang di kamar putrinya. Lalu, matanya tak sengaja menangkap selembar kertas di meja belajar.
'Sampah?!'
Ibu Vani pun meraih kertas tersebut. Setelah melihatnya, itu ternyata sebuah surat.
"Surat, toh, ternyata .... Tunggu, surat? Kemampuan itu! Buru-buru, izin dari sekolah, pergi. Jangan-jangan, Raisa--" batin Ibu Vani menggantung.
Ibu Vani pun membaca surat tersebut.
"Ah, ternyata, Raisa ... pak! Bapak~"
Ibu Vani pun mencari Sang Suami untuk memberitaukan hal ini.
...
"Anak itu menjemput takdirnya. Hidup barunya berawal dan bergantung dengan takdirnya ini. Biarkanlah, setelah dia pergi kita gak bisa berbuat apa-apa. Dia yang memutuskan. Kita cuma bisa mendoakan Raisa seperti yang dimintanya. Ibu tenang aja, Raisa bakal pulang. Kita tunggu aja," ucap Pak Hilman, Bapak nya Raisa
Kemampuan Raisa dan takdirnya ini sangat rahasia. Di antara semua yang mengenalnya, hanya kedua orang tuanya yang mengetahuinya.
•••
Kini, Raisa sedang berada di atap minimarket yang tadi ia kunjungi bersama kedua temannya. Tak ada yang mengetahui dia ada di sana.
[Di sinilah sekarang aku berada... Menunggu takdir datang kepadaku. Aku yang telah menantikan hari ini sejak lama, merasakan hatiku berdebar tak menentu. Aku adalah... Raisa Putri Atmawidjaya! Aku tak mau sombong berkata seperti ini. Tapi, Tuhan memberkahiku menjadi orang yang spesial. Gadis berkemampuan khusus~]
Langit masih berawankan gelap. Petir menyambar di mana-mana, angin bertiup sangat kencang. Raisa merasa, jika ia merasakan pertandanya di sana, pasti sesuatu akan terjadi di sana pula. Benar saja, saat ia sedang nemerhatikan keadaan sekitarnya, tiba-tiba lingkaran misterius muncul di langit. Awalnya lingkaran itu tidak berwarna, kemudian perlahan bercahayakan gelap. Dan dari sana muncul 4 orang asing yang terlihat payah karena terluka dan kemudian mereka terjatuh di atas atap minimarket tempat Raisa berada.
"Kalian!!" pekik Raisa seperti mengenal keempat orang itu sebelumnya
"Siapa kau!?" teriaknya bertanya sangat waspada
Raisa melihat 2 orang yang terlihat terluka lebih parah dari yang lainnya. Ia berusaha mendekat, hendak menolong. Namun, salah seorang lainnya mendekati Raisa. Mencengkram tangan Raisa yang mencoba menyentuh orang yang terluka itu.
"Jangan mencoba menyentuhnya!" kecamnya
"Kamu! Tapi--"
Belum selesai Raisa berbicara, lingkaran hitam misterius itu muncul lagi. Lalu melahap dan membawa mereka berlima pergi~
.
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Sunmei
semangat kaka
baca juga iya karyaku
2023-01-09
1
Aruna Maharani
haloo kak aku mampir nih,
mampir juga yuk kak kenovelku 😘
2022-09-14
0
Author_A.S [Vacum]
udah mampir, nyicil dulu ya thor aku juga lagi sibuk
2022-09-06
1