Raisa mendekati Morgan dan mengobatinya.
"Lukamu yang paling ringan di antara lainnya. Lukamu terdapat di tangan karena kau menyerang dari jarak dekat menggunakan tanganmu. Yang lainnya terdapat luka di dada, tapi kau tidak. Paman Elvano melindungi Aqila, namun Aqila masih terkena sedikit serangan. Itulah penyebab luka mereka... Kau tidak ada luka di dada sedangkan Rumi punya, karena dia melindungimu. Persahabatan kalian begitu erat, kalian beruntung memiliki satu sama lain," ungkap Raisa
Luka Morgan telah disembuhkan oleh Raisa.
"Kau benar! Raisa, itu namamu?" ujar Morgan bertanya.
"Jadi, namamu Raisa?" tanya Rumi
"Ya, namaku Raisa. Tapi, kalau Morgan yang melakukan perkenalanku itu jadi sangat menyebalkan. Lihatlah ekspresimu! Kau menunjukkan ketidak-sukaanmu padaku dengan sangat jelas. Ah, aku lupa, sedikitnya sikapmu sama seperti Paman Elvano. Jika saja tadi Paman Elvano tidak terluka parah, pasti responnya sama sepertimu. Guru dan murid sama sajav... " Ucap Raisa
"Kau! Bagaimana bisa kau mengetahui banyak hal tentang kami?" tanya Morgan
"Akan kujelaskan itu nanti. Ada yang datang, sekarang sembunyi dulu!" kata Raisa
"Kau berkata begitu, lalu aku akan percaya!?!" bantah Morgan
"Dia benar... Ada yang mengarah ke sini. Orang dalam jumlah lumayan banyak," ujar Rumi
"Kalau begitu, kita sembunyi dulu," kata Aqila
Mereka berempat pun bersembunyi di balik reremputan yang tinggi~
Dimensi asing tempat mereka sekarang benar-benar hanya padang rumput yang luas. Tak ada satu pun bangunan ataupun orang yang menghuni. Kosong tak bertuan~
"Sebenarnya siapa yang datang? Dalam kondisi seperti ini, apa kita masih bisa bertarung?" resah Morgan berbisik.
"Tentu, kau bisa! Lukamu sebelumnya tidak parah dan sudah disembuhkan. Namun, mungkin Aqila tidak bisa. Mengingat kondisinya belum pulih seutuhnya. Dan, Rumi harus lebih berhati-hati. Akan sedikit berbahaya untuknya jika dia terluka lagi. Terlebih lagi jika itu parah, mengingat sudah seringnya dia terluka. Tapi, tenang saja, sebisaku akan melindungi kalianv... " ungkap Raisa, serius.
Mereka terus memperhatikan situasi. Jika, tiba-tiba situasi menjadi berbahaya saat orang-orang itu datang.
"Tapi, sepertinya orang-orang yang datang itu tidak berbahaya," tebak Raisa, pelan.
"Bagaimana kau tau?! Oh, kemampuanmu memang sangat hebat sehingga kau bisa mengetahui yang ini juga," ujar Morgan dengan nada mengejek di akhir kalimatnya.
"Kau masih tidak percaya!? Aku lupa, sampai kapan pun kau tetap takkan percaya. Bagaimana kalau aku membuktikan? Keluar dari persembunyian dan menemui mereka. Maka aku dan kau akan tau siapa mereka atau berbahaya atau tidaknya mereka. Jika memang mereka itu musuh, itu adalah konsekuensiku. Jika memang begitu, aku yang akan melawan mereka. Dan itu memberikan waktu untuk kalian pergi dari sini, selamatkan diri kalian," ucap Raisa
Raisa pun bangkit berdiri. Bersiap keluar dari persembunyian.
"Jangan, Raisa! Kami mungkin tak bisa menolongmu jika itu musuh. Bagaimanapun, kau telah menolong kami," cegah Aqila
"Tak apa. Bukankah butuh sedikit pengorbanan dan usaha untuk bisa mendapat kepercayaan dari orang yang terus tidak mempercayai kita? Bukankah kau juga pernah mengalaminya, Aqila? Morgan juga. Kalian tak perlu menolongku jika benar adalah musuh. Selamatkan diri kalian. Ini permohonanku! Karena dari awal, menolong kalian adalah tugasku!" ucap Raisa dengan tatapan meyakinkan.
Morgan, Aqila, dan Rumi tertegun melihat Raisa mengatakan semua itu~
Raisa melangkah maju...
"Bersiaplah ... " kata Raisa, juga mengisyaratkan mereka bertiga untuk segera pergi jika situasi memburuk.
"Sepertinya benar, mereka yang datang bukanlah musuh. Tidak berbahaya ... " kata Rumi
Beberapa orang pun datang. Berjumlah 9 orang. Dan kini berhadapan dengan Raisa. Raisa tersenyum simpul.
"Mereka--"
"Kalian!!"
"Siapa kau!? Di sini adalah dimensi asing. Aku tak melihat seorang pun dari tadi. Bukankah kau musuh?!" Ucapnya, salah seorang yang datang. Begitu melihat Raisa, ia telah menggunakan sihir pengendali bayangan untuk memerangkap tubuh Raisa, sehingga akan terperangkap tak bergerak.
Raisa terus mempertahankan senyumnya~
"Benar, 'kan? Seperti yang kuduga, mereka bukan musuh," ujar Raisa
"Apa maksudmu?!"
"Kenapa dia terlihat sangat santai?"
"Siapa sebenarnya dia?"
"Bukankah mereka teman kalian?" tanya Raisa menanyakan hal yang pasti yang diketahuinya.
Raisa dengan gampangnya mematahkan sihir yang menyerangnya. Ia dengan mudahnya bergerak sesuka hatinya dan berbalik ke belakang, tempat persembunyian Morgan, Aqila, Rumi.
"Ah, dia bisa bebas dari sihir perangkap bayangan!"
"Menurut katanya, apa ada orang lain di sini?"
"Sepertinya dia bukan musuh, dia di pihak kita," kata Aqila yang keluar dari persembunyian.
Maksud dari perkataan Aqila adalah dia berkata pada ke-9 orang yang datang yang mengira Raisa adalah musuh jika Raisa ada di pihak mereka.
Morgan dan Rumi pun ikut keluar dari persembunyian.
"Aqila, Morgan, Rumi!"
"Bagaimana kalian bisa ada di sini?"
"Bukankah seharusnya kami yang menanyakan itu? Mengikat waktu datang kalian ... " ujar Aqila
"Desa kedatangan penyerang... Semua sibuk melawan termasuk kami. Musuh mengirim kami ke sini karena beranggapan kami hanya menghalangi mereka," jelasnya
"Lalu bagaimana keadaan kalian?" tanya Aqila
"Adakah yang terluka?" tanya Raisa
"Beberapa dari kami terluka ringan ...."
"Morgan, kenapa kau hanya diam? Biasanya kau yang lebih heboh. Dan siapa dia?" tanyanya
"Tidak apa... Kau juga tahu siapa mereka?" tanya Morgan
"Kau bertanya padaku? Tentu! Terbagi beberapa kelompok... Devan, Ian, Chilla. Lalu, Dennis, Billy, Marcel. Dan, Sanari, Amy, Wanda," ungkap Raisa
"Kau tau siapa kami? Morgan, kau memberitaunya?" tanyanya, Devan.
"Itu dia!" kata Morgan memekik.
"Hei, apa maksudmu itu?" tanya Devan, bingung.
"Begini, Devan. Kutanya padamu. Apa kau tau dan mengakui jika di dunia ini ada berbagai macam sihir langka dan tingkat kehebatannya luar biasa?" tanya Raisa
"Ya, kenapa kau menanyakan ini?" tanya Devan balik.
"Morgan tak percaya padaku hanya karena dia baru bertemu denganku hari ini dan kemampuanku hebat dan luar biasa. Padahal aku sudah memperlihatkan niat baikku. Memang Aqila dan Rumi pun begitu. Tapi, mereka berdua mulai menerimaku bersama niat baikku. Tapi, Morgan tidak begitu! Dia tetap tidak percaya dan tidak menerimaku meski aku sudah mencoba membuktikan padanya," jelas Raisa
"Wah, kau sangat percaya diri sekali!" kata Devan
"Bagaimana aku bisa percaya jika kau tidak menjelaskan semuanya!" kesal Morgan
"Namanya, Raisa. Sebelum kalian diserang, lebih dulu ada yang menyerang kami. Saat itu, mereka juga hendak mengirim kami ke dimensi lain. Saat itu ada Papaku di antara kami, dia mencoba mencegah mereka mengirim kami ke asal tempat. Tapi, saat Papa hendak mencegahnya, kemampuan penentuan tujuan portalnya rusak dan malah tiba di suatu dimensi dan bertemu Raisa. Itu adalah dimensi dunianya. Awalnya kami pun mengira dia musuh, hendak mencari tempat lain bahkan kembali ke desa. Tapi, portal Papaku masih tak terkendali dan malah ikut membawa Raisa ke sini. Saat ini, Papaku sudah kembali ke desa dibantu dengan kempampuan Raisa, Papaku bisa kembali. Dan Raisa membantu kami yang terluka dengan mengobati kami. Papaku juga diobati olehnya. Raisa berkata berada di pihak kami dan berniat baik, terus membantu kami. Anehnya, Raisa mengetahui banyak hal tentang kami. Makanya awalnya kami mengiranya musuh yang mengetahui detail informasi kami, tapi mungkin itu bagian dari kemampuannya," jelas Aqila
.
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Sunmei
Resia hebat
2023-01-12
1
Miracle Tree
keren
2021-11-08
0
zien
Hadir 💗💗
2021-05-30
0