Aqila menjelaskan situasi sebelumnya. Sebab mereka berada di dimensi asing dan tentang Raisa. Yang lain diam mendengarkan dan nampak berpikir~
"Lalu, sekarang kalian percaya dengan Raisa?" tanya Devan
Aqila terdiam. Antara tak bisa tapi ingin.
"Aku ingin mencoba mempercayainya," kata Aqila
"Kau, Morgan?" tanya Devan
"Menurutku, Raisa baik ... " ungkap Rumi
"Terima kasih banyak, Aqila, Rumi. Aku tersanjung mendengarnya ... " ujar Raisa
"Arrgggh~ Selama ini terlihat niat baiknya, coba saja dia menjelaskan semua beserta maksudnya! Tapi, sampai sekarang dia tidak menjelaskannya sama sekali. Kami terluka sebelumnya, di antaranya terluka parah. Itu karena orang asing, musuh! Aku tak bisa percaya begitu saja ... " ungkap Morgan
"Raisa, bukankah sekarang sudah saatnya kau menjelaskan?" tanya Devan sekaligus meminta.
"Aku lebih senang kau mengungkapkan yang kau rasakan seperti ini, Morgan. Daripada kau yang terus menentangku dan tak percaya padaku. Tapi, bukankah sekarang lebih penting mengobati yang terluka? Sudah kukatakan, ini niat baikku. Siapa yang terluka di antara kalian? Aku akan coba mengobatinya," ucap Raisa
"Bisakah kami percaya?"
"Tuhkan, lihat! Inikah yang kau maksud niat baik? Kau tidak berniat menjelaskan sama sekali!" geram Morgan
Raisa mengabaikan Morgan. Ia tersenyum... Menggunakan sihir, sedikit menggerakkan tangannya. Salah satu dari mereka yang terluka, Wanda, seketika saja sembuh.
"Eh, apa yang kau lakukan padaku? Lukaku, sembuh? Kau yang menyembuhkannya, Raisa?" tanya Wanda
"Lukamu tidak parah. Hanya luka kecil, beberapa goresan lecet," kata Raisa
"Terima kasih! Walaupun hanya luka lecet, itu terasa sakit. Sekarang selain lukanya hilang, sakitnya tak terasa lagi," ujar Wanda
"Sama-sama. Berhati-hatilah lain kali," balas Raisa
"Sekarang, bisakah kalian percaya sedikit saja?" tanya Raisa
"Nari! Sanari memang tidak terluka. Tapi, tenaganya banyak sekali terkuras. Bisakah kau memulihkannya?" ujar Wanda bertanya.
"Eh, aku tidak apa-apa. Amy saja, dia terluka," kata Sanari
"Jangan lupakan, Dennis dan Marcel. Mereka juga terluka, kalau aku tidak perlu. Aku baik-baik saja," ucap Billy
"Hei, kelompok kami juga terluka," kata Chilla
Raisa tersenyum. Melihat itu, Morgan merasa sedikit kesal. Sebab, semua mengabaikan ucapannya dan percaya begitu saja pada orang baru.
"Baiklah. Kalian, harap bersabar. Aku akan mengobati kalian secara bergantian. Dan aku akan memulai dari perempuan yang terparah. Ladies first, okay?" ujar Raisa bertanya.
"Ladies first, apa itu?" tanya Marcel
"Ah, di dunia kalian hanya memahami 1 bahasa pokok. Aku lupa mereka tidak mengerti bahasa inggris." Raisa bersuara pelan.
"Ah, maksudku ... perempuan yang duluan. Kalian para lelaki harap bersabar dan pengertian kepada seorang perempuan," jelas Raisa
"Hmm... Gentle-man, artinya ... sikap tanggung jawab dan pengertian dari seorang lelaki terhadap para perempuan. Bagaimanapun lelaki harus memiliki 2 hal tersebut dan lebih mengalah pada perempuan. Lagi pula, kalian para lelaki pasti kuat untuk menahannya sebentar," ucap Raisa menjelaskan
Raisa mendekati Chilla, yang terlihat lebih parah di antara perempuan lainnya. Raisa pun memulai dari nengobati Chilla...
"Itu benar sekali! Akhirnya ada juga orang yang sepaham denganku, terlebih lagi itu seorang gadis," ujar Chilla
"Di dimensi duniaku memang seperti itu. Itu seperti sudah kewajiban. Juga tidak ada lelaki yang diperbolehkan melukai perempuan, baik fisik ataupun perasaannya. Walaupun tak sedikit pula yang melanggar dan mengabaikannya. Tapi, lelaki yang seperti itu akan disebut peng*c*t. Hal seperti ini memang sudah sepatutnya, mungkin juga di dunia kalian. Tapi, yang seperti ini sudah jarang sekali dibahasz," jelas Raisa
"Tepat sekali!" sambar Chilla
"Yang seperti itu sih, kita para lelaki juga paham," kata Ian
Kini Raisa beralih mengobati Sanari. Memulihkan tenaganya.
"Sebenarnya tidak mengobatiku pun tidak apa.
Aku hanya kehilangan tenaga, istirahat sebentar saja akan pulih kembali," ucap Sanari
"Tidak bisa seperti itu. Dalam situasi seperti ini, kondisi harus selalu fit supaya menghadapi kemungkinan apapun," ujar Raisa
"Lalu bagaimana denganmu? Jika kau membagi tenagamu padaku dan masih harus mengobati yang lain. Bukankah kau akan kehabisan tenaga?" tanya Sanari
"Soal itu, aku percaya diri dengan kekuatanku. Aku pun tau batasanku. Tidak perlu khawatir," jawab Raisa
"Heh, sombong sekali! Kalau kau sangat hebat, kenapa tidak mengobati mereka semua bersamaan secara langsung?!" ucap Morgan
"Bukankah kau juga punya sifat seperti itu? Kau juga selalu ingin melindungi semua temanmu. Kali ini, anggap saja aku membantumu. Karena apapun kulakukan selalu saja salah di matamu!" kesal Raisa
"Itulah alasan kami ingin kau menjelaskan alasanmu, Raisa. Kami sangat ingin percaya padamu. Kami tau kau orang yang baik. Tapi, hanya dengan ucapan dan tindakan saja tidak cukup bagi kami. Mengingat, kau orang yang baru kami temui, kejelasan adalah hal yang mutlak dan sangat penting," ucap Devan
"Apa kalian benar-benar yakin ingin mendengar alasanku? Menjelaskannya mungkin akan membuat kalian bingung. Apa kalian tidak bisa percaya saja dengan kesungguhan tindakanku?" Raisa merasa sedikit ragu.
"Tentu saja kami harus mendengar semua kejelasan darimu," ujar Morgan
"Ceritakan saja... Kami tidak akan mempersulitmu, bagaimana pun kau menyelamatkan kami. Kami hanya akan mendengarkan," ucap Aqila
"Ya, cerita saja ... " kata Chilla
"Kami akan mendengarkan!"
Semua pun mulai menatap Raisa dengan serius. Menantikannya untuk bercerita~
Raisa beralih mengobati Amy. Ia menarik nafasnya, terlihat bersiap...
"Sebelumnya, terima kasih mau memberiku kesempatan. Dan maaf! Sebenarnya aku tak pandai bicara. Kemampuan menjelaskan-ku sangat buruk, kedengarannya akan berputar-putar. Seperti halnya tadi, aku minta maaf sudah menyinggung kalian, para lelaki. Maksudku hanya ingin menjelaskan supaya kalian tidak salah paham denganku tapi aku malah bicara terlalu panjang. Tapi, inilah pribadiku! Aku ingin merasa hatiku lega setelah menjelaskan, tapi malah membuang waktu kalian. Mendengar sampai sini saja, aku sudah membuat kalian pusing... Jadi, kalian tidak harus repot-repot mendengarkan ceritaku. Cukup percaya saja padaku, ya?" ungkap Raisa
"Tidak... Lanjutkan!" geram semuanya
"Ck! Ceritakanlah ... " kata Devan
Raisa terkekeh kecil.
"Maaf, aku hanya becanda," kata Raisa
"Sebenarnya... 2 tahun ini aku mengalami hal yang menurutku aneh. Aku terus memimpikan hal yang tak kumengerti. Dalam mimpiku, terdapat orang-orang yang sama sekali tidak kukenal, banyak kejadian terjadi. Di sana aku hanya berdiam diri menyaksikan semuanya. Tubuhku tak bisa digerakkan semauku. Hanya saja tubuhku merespon emosi saat melihat semuanya. Seperti halnya menonton bioskop, senang, sedih, membuatku tertawa dan menangis. Tapi, aku tidak bisa berbuat lebih padahal aku tepat berada di hadapan mereka di tempat kejadian itu, tentunya di dalam mimpiku... Semakin lama mimpi-mimpi itu datang, aku semakin mengenal orang-orang dalam mimpiku. Orang-orang dalam mimpiku itu adalah kalian semua. Aku tau ini pertanda, bukan hanya sebuah mimpi! Semakin memikirkannya, semakin aku yakin. Ini memang takdirku! Setelah terbukti ternyata aku bertemu kalian, berawal dengan aku bertemu Morgan, Rumi, Aqila dan papanya, Paman Elvano. Aku tau dan yakin bahwa menolong kalian adalah tugasku," jelas Raisa
"Menolong kami?" tanya Marcel, bingung yang kini sedang diobati Raisa
"Ya. Lukamu tidak parah, Marcel. Tapi, pergelangan kakimu terkilir. Aku akan membenahkan posisi engselmu yang tergeser. Tahanlah sedikit!" ujar Raisa
Kreek~
Krekk!
"Arggh!" jerit Marcel tertahan
"Sendimu sudah pulih. Tapi, rasa sakitnya akan hilang berangsuran," jelas Raisa
"Baik. Terima kasih ... " kata Marcel
Raisa beralih mengobati Dennis.
"Memang terdengar seperti bukan kebetulan ..."
.
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Susan Sinuraya
ikut teriak saat kaki marcel di krek pasti sakit banget itu.
langsung 5 bom like thor. mampir ya di karyaku kekasih bayaran tuan muda.
2023-02-17
1
anan
hadir k☺️👏👏👏🍭
2022-12-19
1
YouTrie
Like kak author salam kenal
ISTRI SANG MAJIKAN2
2021-09-08
0