Raisa pun datang mengunjungi kantor pemimpin desa dengan diantar oleh yang lainnya.
Toktoktok!
Raisa pun mengetuk pintu terlebih dulu...
Dari dalam ruangan, seseorang membukakan pintu. Orang tersebut adalah Bibi Sierra. Tenyata ia mengatakan akan mengantar Raisa ke kantor pemimpin desa karena ia pun mempunyai keperluan di sana.
Krieettt~
"Bibi Sierra?!" seru Raisa
"Silahkan masuk," kata Bibi Sierra mempersilahkan.
"Baik, Bibi. Terima kasih," ucap Raisa
"Raisa masuk sendiri saja, ya. Yang lain tetap tunggu di luar. Yang di dalam ingin bicara dengan serius. Tapi, bukan rahasia kok. Kalau mau tau, setelah selesai nanti, tanyakan langsung saja pada Raisa. Yang tenang di luar," jelas Bibi Sierra
Bibi Sierra membiarkan Raisa masuk dan meminta lainnya yang mengantar untuk tetap menunggu di luar ruangan.
"Cih! Ingin bicara serius tapi tidak memperbolehkan kita ikut masuk. Memangnya kita mengganggu," jengkel Morgan
"Sikapmu yang suka heboh itu membuatmu suka mengganggu pembicaraan yang serius, merusak suasana keseriusan," ujar Aqila
"Akan merepotkan jika terus menunggu seperti ini. Aku mau pergi saja," ucap Devan
"Aku ikut denganmu," kata Chilla
"Jangan tinggalkan aku," ujar Ian
"Kau tidak penasaran mereka bicara apa? Ayahmu pasti ada di dalam kan, Devan?" tanya Morgan
"Tidak. Toh, itu juga bukan rahasia. Aku bisa menanyakannya dengan Raisa nanti. Atau kau bisa memberitauku setelah kau mengetahuinya dari Raisa. Aku pergi dulu. Dah," jelas Devan lalu pergi diikuti Chilla dan Ian yang ikut bersamanya.
"Kami, setim pun ada urusan. Jadi, kami pergi dulu," ujar Dennis
"Sampai jumpa lagi," kata Marcel
"Dahh~" Billy melambaikan tangannya
Billy, Dennis, Marcel pun beranjak pergi.
"Kau ingin pergi juga atau tetap menunggu, Rumi?" tanya Morgan
"Aku sedikit penasaran dengan Raisa dan pembicaraan mereka. Tapi, jika kau pergi aku akan ikut denganmu," jawab Rumi
"Kau ini. Ya sudah, kita tetap menunggu di sini," ujar Morgan
"Kalau kalian bagaimana?" tanya Aqila pada Sanari, Amy, dan Wanda yang masih tersisa selain mereka.
"Sepertinya kami akan menunggu di sini," jawab Sanari
"Aku ingin menunggu Raisa," ujar Wanda
"Aku pun begitu," kata Amy
•••
Saat masuk ke dalam ruangan kantor, Raisa menjumpai banyak orang di dalam. Selain Paman Nathan selaku Pemimpin Desa, Paman Rafka Sang Penasehat, dan Bibi Sierra yang berkeperluan di sana. Ternyata, ada Paman Keanu selaku mantan pemimpin desa keenam, Nyonya Tanaya selaku pemimpin desa kelima, Paman Aiden selaku kepala kepolisian (juga Ayah Ian), dan juga Paman Elvano.
...'Hmm... Apa yang harus kukatakan?' batin Raisa bingung....
"Permisi. Aku datang memenuhi panggilan." ujar Raisa dengan sopan.
"Selamat pagi, Raisa. Kau tidak perlu segan atau sungkan juga terlalu formal. Ini hanya pembicaraan yang santai saja. Maaf, kami terlalu memaksamu untuk datang padahal kau baru saja keluar dari rumah sakit," ycapnya, Paman Nathan. Pemimpin desa yang sekarang, ketujuh.
"Selamat pagi. Tidak apa, aku juga sudah baik-baik saja. Ah, saya tidak tau harus bagaimana, berbahasa seperti apa, atau bagaimana memanggil Anda," ucap Raisa yang malah membuat bahasanya kacau karena gugup dan takut berbicara tidak sopan.
"Tidak apa, sudah kubilang ini hanya pembicaraan santai. Benar namamu Raisa, bukan? Kau tau siapa saja mereka yang berada di ruangan ini?" tanya Paman Nathan memulai pembicaraan.
"Benar, aku Raisa. Aku tau siapa Anda semua. Aku sedang bicara dengan Paman- eh, maksudku Tuan Nathan, Pemimpin Desa. Yang berdiri di sampingmu adalah Tuan Rafka, Penasehatmu juga ayah Devan. Tuan Rafka menjadi penasehat sejak masa kepemimpinan Tuan Keanu dan mendampinginya sampai sekarang masa kepemimpinan Anda, Pemimpin Desa ketujuh. Lalu, Tuan Keanu dan Nyonya Tanaya, mantan pemimpin desa keenam dan kelima. Tuan Keanu adalah guru satu tim dengan Anda, Nona Sierra dan Tuan Elvano. Nyonya Tanaya adalah guru yang melatih Nona Sierra dengan sihir medis. Ada Tuan Aiden, kepala kepolisian juga Ayah Ian. Tuan Aiden juga teman satu tim Anda saat Tuan Elvano tidak berada di desa. Dan Papa Mama Aqila, Tuan Elvano dan Nona Sierra. Tugas Tuan Elvano sangat penting bagi desa, beliau terus menyelidiki musuh yang akan membahayakan desa. Dan Nona Sierra, kepala rumah sakit desa ini. Apa aku salah?" ungkap Raisa sambil bertanya.
"Tidak. Semua yang kau katakan benar," kata Paman Nathan
"Jadi, dia benar..l Yang dikatakan mengetahui semuanya dari mimpi. Raisa? Apa saja isi mimpimu selama ini?" ujar Nona Tanaya bertanya, mantan pemimpin desa kelima.
"Ya, apa saja yang kau ketahui tentang kami? Kenapa kau sampai mau repot menolong kami beserta desa ini?" tanya Tuan Keanu, mantan pemimpin desa keenam. Seorang pria yang khas menutupi bagian mulut dan hidungnya.
"Apa ya? Entahlah, terlalu banyak yang kumimpikan. Dan aku hanya mengartikan mimpi itu sendiri. Seperti ... ah, apa kalian tau? Tidak, mungkin Nyonya Tanaya yang lebih tau ini karena hal ini yang diramalkan oleh sahabatnya sendiri. Tuan petapa, Sang Legendaris Sihir, gurumu, Paman Nathan. Diramalkan bahwa, ada seorang lelaki penyelamat dunia ini dari kehancuran. Awalnya, itu dikira Ayahmu, Si Kilat, Pemimpin Desa keempat. Tapi, ternyata beliau wafat lebih dulu sebelum perang besar, beliau wafat saat menyelamatkan desa di saat hari kelahiranmu. Dan lelaki yang diramalkan itu justru adalah anaknya. Kau! Ayahnya Morgan. Itu terjadi saat perang dunia besar keempat. Aku tak tau harus mengartikan seperti apa semua mimpiku itu. Mengingat aku hanya seorang gadis tanpa pengalaman. Tapi, kurasa semua bersangkutan. Melihat semua kejadian dalam mimpiku, aku hanya merasa ingin melihat mereka semua yang ada dalam mimpiku baik-baik saja sampai akhir. Jadi, aku mengartikannya, bahwa diramalkan untukku, aku mengemban tugas untuk membantu. Menyelamatkan kalian semua. Aku ingin menjadi penyelamat seperti yang kau lakukan, Paman Nathan. Walaupun yang kulakukan tidak sebanding dengan apa yang kaulakukan dulu, tidak sampai dari sedikit yang kaulakukan, masih sangat jauh," jelas Raisa panjang lebar. Bahasa yang Raisa gunakan kembali menjadi lebih santai seiring pembicaraan yang dia tak menyadarinya. Keluar begitu saja dari mulutnya.
Semua nampak terperangah... Terkejut saat mendengar penjelasan Raisa yang mengetahui hal penting itu. Sebanyak itukah yang dia tau?
"Bahkan kau mengetahui hal itu? Hal penting sebesar itu," ujar Nyonya Tanaya tak menyangka.
"Ya. Mungkin hanya kepolosanku menganggapnya seperti itu. Mungkin aku naif berpikir demikian, mengingat pasti akan ada banyak bahaya saat aku memilih seperti ini. Tapi tetap, aku ingin memastikannya sendiri semuanya baik-baik saja. Seringnya aku memimpikan banyak hal tentang kalian, semakin aku sendiri merasa dekat dengan kalian semua, menganggap kalian semua adalah bagian dalam hidupku yang berharga. Makanya, begitu bertemu saat pertama kali, aku sudah seperti sangat akrab dengan mereka. Memaksa mereka akrab denganku, padahal kami baru pertama kali bertemu. Sehingga aku pun malah dianggap musuh yang jahat. Aku belajar dari sikap Paman Nathan dan juga Morgan, bahwa keduanya tidak akan meninggalkan teman dalam keadaan apapun walau harus membahayakan diri sendiri. Mengingat motto hidup dari Tuan Keanu, bahwa 'Mematuhi aturan itu penting, yang melanggar aturan adalah sampah. Tapi, orang yang meninggalkan dan tidak mempedulikan teman hanya karena aturan itu lebih buruk daripada sampah'," jujur Raisa
DEG!
Lagi-lagi semuanya terperangah heran.
Semua pun terdiam membisu~
"Ohya, sebenarnya kenapa Paman Aiden ada di sini? Bukan maksudku, menganggap Paman tidak penting. Tapi, kenapa saat kejadian lalu, aku tidak melihat Paman dan baru melihat sekarang?" tanya Raisa memecah keheningan.
"Saat itu aku sibuk mengurus para penjahat. Musuh yang menyerang desa ada banyak," jawab Paman Aiden
"Oh, iya. Aku melupakan hal penting itu. Tapi, adanya banyak orang penting di pembicaraan santai ini, bukan karena mereka ingin mendeteksi kesaksianku jujur atau tidaknya, kan? Apalagi mengingat Paman Aiden adalah seorang Kepala Kepolisian. Dan Paman Elvano yang memiliki kemampuan itu juga," ujar Raisa menduga-duga.
"Tentu, tidak. Kau tau mereka semua di sini orang penting. Mereka akan bisa menjamin keberadaanmu adalah orang baik setelah memastikannya," ucap Paman Rafka
"Dari cara bicara Paman Rafka yang sedikit tidak karuan dan gugup, aku jadi yakin dugaanku benar. Paman kan seorang yang lugas dan bijak," kata Raisa
Sepertinya, Raisa berhasil menebak alasan dirinya dipanggil ke kantor pemimpin desa dan makna pembicaraan mereka ini.
...'Rafka, tidak biasanya kau bicara sembrono mengakibatkan Raisa tau makna ucapanmu,' Batin Paman Nathan...
...'Aku ceroboh!' batin Tuan Rafka...
"Tidak. Mereka datang hanya menjadi saksi pembicaraan kita," ucap Paman Nathan
"Memastikan. Saksi. Omongan kalian berbeda tapi bermakna sama. Dugaanku memang sudah pasti benar," ujar Raisa
...'Nathan, Rafka. Kalian berdua sama saja!' Batin Bibi Sierra...
"Tidak usah pedulikan mereka berdua. Kami semua tidak bermaksud begitu kok," ucap Bibi Sierra
...'Sepertinya Bibi Sierra yang kukira memiliki keperluan di sini pun keberadaannya adalah untuk menjadi saksi yang menyelidiki kebenaranku. Mereka semua berperan sama di sini. Aku masih dicurigai... Tapi, aku harap mereka bisa mempercayaiku beserta ucapanku,' Batin Raisa...
Raisa menyadari bahwa mereka semua yang hadir adalah orang yang berperan sama untuk memastikan kebenaran tentangnya dengan pembicaraan yang menyelidik ini.
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Mommy Gyo
like hadir thor
2021-07-31
0
zien
Hadir ❤❤
2021-06-21
0
IG: Saya_Muchu
Semangat up
2021-04-23
0