Semua berpencar! Menjalankan tugas masing-masing.
Raisa kembali mengeluarkan sepasang sayap pada punggungnya. Mengembangkannya dan terbang~
Raisa mengamati dari langit, posisi manakah yang membutuhkannya untuk membantu pertarungan besar ini.
Raisa pun mulai beraksi!
Awalnya Raisa menggunakan sihir pengendali petirnya untuk menyambar musuh bagaikan sengatan besar!
"S**lan! Siapa itu?!"
"Itu di langit!!"
"Siapa di yang di atas situ?" tanyanya
"Dia temanku, Ayah!" jawab Morgan yang baru muncul di sana
"Morgan, kau kembali?! Bersama yang lain juga ... " ujarnya
"Ya, Ibu. Perempuan itu yang membantu kami semua kembali," ungkap Morgan
"Syukurlah ... kau baik-baik saja " katanya. Bibi Hani, Ibu Morgan.
"Dia yang ditemui kalian bersama Elvano itu?" tanya Ayah Morgan, Paman Nathan.
"Benar. Namanya, Raisa," ujar Morgan
"Sekarang kau menganggap Raisa teman!? Siapa yang membantahnya terus di awal, ya?" ledek Aqila menyindir.
"Diamlah. Fokuslah, Aqila ... " kata Morgan yang mengetahui Aqila menyindirnya
Raisa terus memerangi musuh, bertarung dari jarak jauh. Menyerang dari atas.
Saat terus menyerang, mengunakan tangannya untuk mengeluarkan sihir. Muncul lambang sihir bersinar merah pada tangan Raisa~ Ini tanda seseorang membutuhkan bantuan!
Raisa yang mengetahuinya langsung terbang pergi ke arah lain~
"Ke mana temanmu pergi?" tanya Paman Nathan
"Sepertinya ada teman kami yang lain yang terluka. Kami juga harus membantu ke sana," ujar Morgan
"Dari mana kau tau itu?" tanya Paman Nathan
"Itu akan kuberitau nanti. Sekarang kami menyerahkan yang di sini pada kalian, Ayah, Ibu," ucap Morgan
"Baiklah. Berhati-hatilah," ujar Bibi Hani
"Yosh! Mari, kita selesaikan ini, Hani ... " ucap Paman Nathan
"Iya, Nathan ... " kata Bibi Hani
•••
Raisa mendarat di lokasi yang tepat membutuhkan bantuan. Dan di sana terdapat Sanari, Amy, dan Wanda.
Setelah mendarat, Raisa menguncupkan kembali sayapnya tanpa menghilangkan sihirnya. Lalu, Raisa hendak mendekati mereka bertiga. Namun, ia harus menghadapi musuh yang ada terlebih dahulu.
Raisa pun berjalan dengan berani ke arah depan... Musuh pun dengan siap menghadangnya dengan persenjataan mereka.
Raisa pun menghindari serangan senjata musuh dan menghantam mereka dengan pukulan tepat pada titik lemah mereka. Saat musuh menyerangnya dari arah belakang, Raisa pun membendangkan sayapnya untuk memberi pukulan pada mereka.
Musuh yang menantinya di depan, berlarian ke arahnya. Namun, Raisa menggerakkan kedua tangannya. Mengenggunakan sihir untuk mengendalikan senjata musuh hingga terlepas dari tangan mereka dan menyerang balik musuh dengan senjata mereka sendiri yang sedang dalam kendalinya.
Srak...
Sraak~
Jleb!
Raisa menikam salah satu musuh dengan pedang milik mereka sendiri.
Lalu, saat itu, Morgan, Aqila, dan Rumi datang untuk membantu.
"Raisa...!!"
Raisa menoleh. Merasa bantuan datang, Raisa pun terbang mendekati yang lebih membutuhkannya. Dan menyerahkan musuh pada bala bantuan...
"Kuserahkan mereka pada kalian, aku akan membantu yang di depan. Mohon bantuannya!" teriak Raisa
"Baik~" Serentak ketiganya. Morgan, Aqila, Rumi.
Raisa mendarat di dekat Sanari, Amy, dan Wanda. Lalu, menghampiri mereka.
"Kalian terluka?" tanya Raisa
"Kami terluka karena saling melindungi dan berusaha menyelamatkan korban yang ada," ujar Wanda
Raisa pun mulai menggunakan sihirnya untuk mengobati mereka. Serta mencoba memulihkan tenaga mereka.
"Di sini ada korban yang masih bersembunyi. Lebih baik kalian beralih menyelamatkan korban mulai dari sekarang. Bawa mereka ke tempat yang lebih aman. Serahkan musuh pada yang lain," ucap Raisa
"Kurasa lebih baik begitu," kata Amy
"Aku juga membawa beberapa ramuan penyembuh luka yang kubuat sendiri. Walau tidak banyak, mungkin bisa membantu jika ada korban yang terluka," ucap Sanari
"Itu bagus! Harap berhati-hati," kata Raisa
"Terima kasih sudah membantu kami lagi, Raisa," ujar Sanari
"Sama-sama. Aku akan membantu yang lain lagi," kata Raisa
"Hmm~ Kau juga berhati-hatilah," ujar Wanda
"Iya," kata Amy
Raisa pun kembali ke tempat yang lain. Ia melambai ke arah Sanari, Amy, dan Wanda.
"Aku akan ke tempat lain. Kalian berjuanglah!" teriak Raisa dari atas pada Morgan, Aqila, dan Rumi yang masih menangani di tempat itu.
"Siap~" balas mereka bertiga secara serempak.
•••
Kini Raisa kembali mendarat di tempat Billy, Marcel, dan Dennis berada. Saat ini Raisa ingin bertarung jarak dekat. Ia berpikir untuk lebih menggerakkan tubuhnya dari pada sebelumnya yang hanya bertarung jarak jauh.
Raisa pun ingat beberapa hal.
Billy pengguna sihir pengendali tanah, Marcel tidak bisa sihir namun adalah penyerang secara fisik yang unggul, sedangkan Dennis pandai membaca situasi petarungan dengan keahlian analisanya. Di sinilah Raisa harus membantu lebih...
"Lagi-lagi datang pahlawan kesiangan!"
"Oh, ternyata ungkapan itu pun berlaku di sini. Kau tidak rabun, kan? Hari sudah menjelang sore, sudah hampir malam. Mana ada siang ... " ucap Raisa
"Huh, lidahmu pandai berkelat juga. Kau, gadis cupu! Beraninya menantang kami! Biar kulihat kemampuanmu!!!"
Raisa memainkan pedang yang ada di tangannya. Pedang hasil rampasan dari tempat sebelumnya.
"Sebenarnya, aku sangat tidak suka warna merah*... Tapi, aku lebih benci orang yang berusaha melukai temanku yang berharga!!" Ujar Raisa
*merah yang dimaksud Raisa adalah darah. Maksudnya adalah ia benci adanya pertumpahan darah.
Raisa bersiap menyerang. Saat musuh berdatangan ke arahnya, ia pun memulai aksi pedangnya.
HIYA...!!
Srak
Srett
Sraak~
Srett!
Klang...
Tang!
Ting!
Praak~
WUSHH!
Musuh berhasil melambungkan pedang Raisa, terlepas dari tangannya. Raisa pun menjauh, menghindari serangan.
"Ah, sayang sekali. Padahal dari dulu, aku sangat mengimpi-impikan untuk bermain-main dengan pedang. Tidak apa, pedang tak ada ... tangan kosong pun jadi," ungkap Raisa
"Heh, senjatamu sudah hilang! Jurus apa lagi yang kau punya untuk melawan kami, hah!?"
"Bagaimana dengan ... INI!!!" keras Raisa
Raisa kembali menggunakan sihir pengendali senjata. Merampas semua senjata musuh, mematahkan pedang dari gagangnya. Lalu, melayangkan semua pedang (tanpa gagang pegangan), kemudian menghujani musuh dengan semua pedang itu!!!
AKH!
AH...
AAAAAAHHHHH~~
"Si*l! Dia bisa mengendalikan senjata ...."
Saat musuh lengah karena terluka, Raisa pun berkesempatan menghampiri Billy, Marcel, dan Dennis.
"Kalian tidak apa?" tanya Raisa
"Raisa, kau mengambil mangsa kami," kata Billy
"Lalu kenapa kalian tidak ikut menyerang mereka bersamaku?" tanya Raisa
"Ehm hmm ...."
"Maaf ... aku hanya ingin membantu," ujar Raisa
Raisa pun menggerakkan tangannya perlahan. Memulihkan tenaga ketiganya yang banyak terkuras hanya dengan pikirannya~
"Kau tau, kami mulai kehabisan tenaga. Makanya kau datang," tebak Dennis
"Terima kasih, Raisa ... " ujar Marcel
Raisa tersenyum.
"Maaf, tidak menyisakan beberapa pedang untuk kalian," ucap Raisa
"Tidak apa. Dengan kau memulihkan tenaga kami, itu sudah cukup," ujar Billy
.
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Sunmei
aku juga mau punya kekuatan
2023-01-15
1
nine june
boom like hadir...
mampir ya kak kl ada waktu
🤭😊🙏🙏🙏
2021-10-16
0
ANAA K
Semangat thor
2021-09-15
0