Saat Raisa hendak menolong orang yang terluka, seseorang lainnya mencegahnya. Tiba-tiba lingkaran hitam misterius kembali muncul lalu melahap dan membawa mereka berlima pergi~
Brukk~
Raisa terjatuh, ternyata Raisa terlempar ke tempat asing bersama keempat orang itu. Tempat itu sangat hampa dan benar-benar tak ada orang lain lagi selain mereka berlima. Padang rumput tak bertuan~
"Tempat apa ini? Ini di mana?" gumam Raisa yang merasa sangat asing dengan tempat ia berada sekarang.
"Ah, aku mengerti. Lingkaran tadi adalah portal menuju dimensi lain. Tapi, kenapa di sini gak ada orang lain? Bukannya membuka portal adalah keahliannya? Tempat ini di mana?" batin Raisa
"Gak peduli tempat apa ini. Kalian terluka... Biar aku bantu," ucap Raisa
Raisa kembali berjalan mendekati 2 orang asing yang terluka parah itu. Salah satunya pria dewasa dan yang lainnya adalah seorang gadis yang memapah tubuh pria dewasa itu. Raisa hendak menolong mereka. Namun, lagi-lagi seseorang lainnya di antara mereka tak menerimanya dan berusaha menyerang Raisa.
Mereka terlempar ke tempat itu dalam posisi berjauhan. Dari kejauhan seseorang yang merupakan seorang lelaki berlari ke arah Raisa dengan semacam belati di tangannya, hendak menikam Raisa. Tepat sebelum belati di tangan lelaki itu mengenai Raisa, Raisa terlebih dulu menyadarinya. Ia berbalik dan menahan serangan belati itu dengan sebilah rotan kecil.
"Kamu ini apa-apaan?! Aku mau menolong rekanmu. Kamu malah mau menyerangku!?" pekik Raisa, kesal.
"Kau yang apa-apaan!? Kau orang asing! Mau apa kau mendekatinya. Kami sudah cukup terluka karena orang asing sepertimu. Dan apa-apaan dengan kayu kecil di tanganmu itu?! Mana mungkin itu mengalahkan belatiku? Kekuatan dan rencana apa yang kau sembunyikan?!" cecarnya
"Aku mengerti. Dia seperti ini karena waspada akibat terluka setelah diserang orang. Tapi, aku tak seperti mereka yang berniat buruk. Aku hanya berniat baik mau menolong kalian," batin Raisa
"Aku mengerti kalian kayak gini karena diserang orang. Tapi, tolong jangan salah paham sama orang yang mau berniat baik. Aku cuma mau menolong!" ungkap Raisa
"Bagaimana bisa aku percaya begitu saja!!" kerasnya
Lelaki itu melanjutkan melancarkan serangannya terhadap Raisa. Raisa menyimpan rotan kecilnya kembali secara ajaib.
Haaaaaaa'!~
Lelaki itu mengeluarkan semacam kertas pemanggil. Namun, sebelum lelaki itu memanggil entah itu benda sihir atau makhluk sihir, Raisa terlebih dulu membelah dua kertas itu dengan tangan kosongnya.
[Raisa adalah pengguna sihir yang telah langka di dunianya. Dan sekarang Raisa sedang berhadapan dengan ahli sihir dari dunia lain yang salah paham terhadapnya. Padahal ia ingin membantu, tapi salah dikira ingin menyerang dan melukai mereka.]
"Sihir apa yang kau gunakan itu?!"
"Apa kamu gak bisa berhenti? Aku mau menolong mereka yang terluka parah. Kalau enggak mereka bisa gawat dan gak tertolong!" ucap Raisa
Lelaki itu kembali mengeluarkan kertas lainnya. Raisa mengetahui itu... Itu adalah kertas putih selembut sutra yang berguna untuk menyerang lawan.
Lagi-lagi, sebelum lelaki itu menyerang, Raisa telah menghancurkan kertas itu dengan sihir pengendalian apinya~
Lelaki itu bersiap untuk kembali menyerang. Namun itu dihentikan dengan ucapan rekan gadisnya itu.
"Berhenti!! Biarkan dia menolong seperti apa katanya," ucap si gadis asing.
Mendengar temannya, lelaki itu berhenti menyerang Raisa. Ia mengesampingkan rasa curiganya dan lebih melihat rekannya yang butuh pertolongan, walaupun ia masih menaruh kecurigaannya yang besar pada Raisa.
Raisa menghela nafas lega~
Akhirnya aksi lelaki itu terhenti karena ucapan temannya. Ia pun mendekati kedua orang yang terluka itu, berjongkok di hadapan kedua orang asing yang sudah terkapar di tanah itu.
"Kalian terluka parah!" pekik Raisa
"Keadaan kami seperti ini. Bagaimana kau menolong kami?" tanya si gadis asing
"Aku akan menyembuhkan kalian," jawab Raisa
Perhatian Raisa tertuju pada pria dewasa yang mulanya dipapah oleh si gadis. Raisa meraih lengan pria tersebut yang masih dipegangi si gadis.
"Aku akan menyembuhkan lukanya dulu. Lukanya lebih parah darimu. Walaupun begitu, tunggu dan diamlah. Jangan banyak bergerak," ujar Raisa pada si gadis asing, bermaksud menyembuhkan pria dewasa itu dulu.
Raisa pun mengulurkan tangannya di hadapan luka pria dewasa tersebut. Mentransfer tenaga dalam yang dialiri sihir medis penyembuh padanya.
"Kau juga bisa sihir medis?" tanya si gadis, terperangah.
"Ya, kamu juga bisa sihir ini kan? Tapi, kamu masih mempelajarinya. Walaupun kamu bisa, tapi sekarang gak mungkin menggunakannya karena kamu sedang terluka," ungkap Raisa
"Bagaimana kau tau itu?" tanya si gadis asing merasa heran.
Raisa tersenyum simpul penuh arti.
"Kita lewatkan dulu hal itu. Kamu terluka cukup parah dari pada yang lainnya. Kenapa kamu masih memapah Papamu, Aqila? Kenapa gak biarkan temanmu, si Morgan itu yang memapahnya? Yang bahkan masih punya tenaga untuk menyerangku! Bukannya Papamu itu gurunya?" tanya Raisa
"Bagaimana kau tau semua itu? Semua hal tentang kami... Seolah kau sudah mengenal kami?" Herannya si gadis asing yang Raisa tau bernama Aqila.
"Gimana kalau aku bilang, aku penyelamat kalian jadi tahu tentang kalian. Apa kamu percaya?" ucap Raisa bertanya.
Gadis asing yang bernama Aqila itu terdiam. Tak bisa percaya. Ada orang yang baru ditemuinya tapi sangat mengenalnya dan orang sekitarnya. Patut dicurigai tapi bersikap baik padanya. Membuatnya bingung.
"Om Elvano, lukamu udah sembuh. Tapi, karena parah itu membekas. Harus dibalut," ujar Raisa
"Bahkan dia tau nama Papa. Siapa dia sebenarnya? Mengapa sangat mengenal kami?" batin Aqila
"Biar aku balut sendiri," kata pria dewasa tersebut, Papa Aqila, yang Raisa tau bernama Elvano
"Aku gak bisa biarin pasienku merawat dirinya sendiri. Aku yang balut... Aku tau Om malu karena aku seusia anak Om, jadi aku akan menutup mata saat membalut," kata Raisa bersikeras.
"Aqila tetap dekatku. Kita akan mendirikan tenda, di sini terlalu terbuka," kata Raisa
Raisa menggunakan sihir elemen tanah. Menggerakkan kakinya lalu berdiri tenda berasal dari kekuatan elemen tanahnya. Dan dalam kegelapan di dalam tenda tanah, Raisa menyalakan api unggun kecil dengan sihir pengendali elemen api. Yang sebelumnya, Raisa menumbuhkan tanaman belukar untuk sumbunya menggunakan sihir pengendalian elemen tamaman.
Saat itu, Raisa mengeluarkan perban dari telapak tangannya dengan sihir. Menutup matanya kemudian mulai membalut luka Om Elvano yang terlebih dulu membuka pakaiannya, karena lukanya terdapat di dada. Saat itu, Aqila menutup matanya, tak ingin menyaksikannya.
"Selesai! Om Elvano, istirahat aja dulu," kata Raisa
"Tidak bisa, aku harus kembali ke duniaku untuk melaporkan penyerangan dan keadaan ini," ucap Om Elvano
"Tapi, kondisi Om masih lemah," larang Raisa
"Aku masih bisa menggunakan kekuatanku. Tapi, terakhir kali portal yang kubuka entah kenapa penentuan dimensinya rusak. Mungkin ini karena kekuatan musuh saat itu," ungkap Om Elvano
"Aku mengerti... Itu sebabnya, tadi kalian nyasar ke dimensi asing yang merupakan duniaku," paham Raisa
"Siapa namamu?" tanya Om Elvano
"Aku? Om gak percaya aku?" tanya Raisa balik
"Entahlah... Saat ini, aku terpaksa percaya padamu, tapi tidak sepenuhnya percaya," ujar Om Elvano
"Itu lebih baik untuk saat ini, dibanding muridmu Morgan. Namaku ... Raisa," ungkap Raisa, jujur.
"Raisa, aku titip padamu Aqila dan kedua temannya. Meskipun aku kembali ke duniaku, tapi keadaan di sana pasti sedang tidak aman," ucap Om Elvano
"Aku mengerti," kata Raisa
"Aku akan membuka portal. Tolong jelaskan ini pada Morgan, dia itu anak yang cukup menyulitkan jika tahu aku tiba-tiba menghilang," ungkap Om Elvano
"Hmm .... Kalau Om sampai di sana usahain hindari pertarungan, untuk mencegah adanya luka lain atau terkurasnya energi. Aku mengerti Om tahu apa yang harus dilakuin, tapi aku tetep bilang ini supaya aku lebih tenang dan ga khawatir. Aku akan coba bantu Om buka portalnya," ucap Raisa
Raisa menyentuh tangan Om Elvano untuk mentransfer tenaga dalam dan menentukan dimensi tujuan, mencegah kerusakan penentuan dimensi kembali terjadi.
Portal terbuka!
Penentuan dimensi suskes pada tujuan sesungguhnya~
"Bahkan kekuatannya selevel dengan Papa dan bisa membantu membuka portal! Sekuat apa dia? Raisa!" batin Aqila
"Aku pergi!" kata Om Elvano
"Papa, hati-hati ... " pesan Aqila
"Cepatlah laporkan ini dan kondisi Om sama orang di sana," ujar Raisa
.
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Rohid Bee
hadir jangan lupa mampir di karyaku Kak. Pergi Untuk Melupa
2022-12-09
0
Miracle Tree
yuk mampir juga di novel ku kak "Lihat Aku, dan buka hatimu"
2021-11-08
0
amini.ackerleon~^^🦋
wahhh~ semangat thor bikin novel nya >>~<<
2021-07-18
1