Morgan dan Devan menginginkan dan meminta bantuan untuk kembali ke dimensi dunia asal mereka pada Raisa.
"Apa kalian benar-benar ingin kembali pulang? Walau tau kondisi di sana sangatlah berbahaya dan kalian pernah terluka sebelumnya?" tanya Raisa
"Aku tidak takut pada apapun," kata Morgan
"Bagaimana pun, di sanalah dunia kami tinggal," ujar Devan
"Benar!" Serempak yang lainnya.
"Kupikir, kami harus menghadapi apapun masalah dan resikonya. Kami pun tidak bisa terus menerus berada di dimensi asing ini," ucap Dennis
"Kami harus kembali," ujar Billy
"Aku takkan takut," kata Amy, semangat. Karena dialah yang penakut dan suka menangis.
"Ya, aku tidak bilang kalian harus tetap di sini. Hanya ingin meyakinkan. Memastikan saja. Karena di sana ada bahaya menanti kalian. Jadi, kalian ingin pergi?" ujar Raisa bertanya.
"Ya!"
"Tentu saja ...."
"Baiklah. Tapi, aku meminta satu syarat. Ulurkanlah masing-masing satu tangan kalian!" ucap Raisa
Hanya Raisa yang bisa membantu semuanya untuk pulang. Mau tidak mau mereka harus mengikuti syarat yang Raisa minta. Semua pun mengulurkan tangannya. Masing-masing satu tangan berada di hadapan Raisa.
"Cih! Kukira kau benar-benar tulus membantu kami. Ternyata masih meminta persyaratan! Mau apa kau dengan satu tangan kami semua? Jangan bilang kau ingin memotong satu tangan kami sebagai syarat," keluh Morgan, kesal.
Raisa saling menyatukan kedua telapak tangannya. Menggenggam erat-erat! Juga memejamkan kedua matanya...
"Tenang saja. Aku tidak berpikir sekeji itu," kata Raisa menenangkan.
Raisa pun membuka kedua matanya. Lalu juga membuka genggaman kedua tangannya dan menunjukkan pada semua~
Shaaa~
Tiba-tiba saja, muncul gambar pola berbentuk bunga pada semua masing-masing telapak tangan. Itu adalah Bunga Teratai Putih!~
"Kalian akan pulang dengan tubuh yang utuh tanpa kekurangan satu pun! Bukankah kalian akan bertarung?" ujar Raisa bertanya.
"Bunga?" bingung Devan
"Apa maksud bunga ini? Untuk apa kau memberikan kami masing-masing satu?" tanya Morgan
"Bunga itu adalah lambang dari kekuatan sihirku. Itu adalah pendeteksi! Masing-masing kalian terhubung dengan sihirku. Jadi, jika kalian terpisah jauh denganku atau ada yang terluka, aku akan mengetahuinya. Jadi, akan mudah bagiku mencari dan menolong kalian. Bukan hanya aku, kalian yang memiliki tanda ini akan mengetahui kondisi sesama pemilik tanda. Ini sangat berfungsi, semua bisa saling membantu. Tidak ada yang tau fungsi tanda ini selain kita yang memilikinya. Tidak perlu khawatir," jelas Raisa
Morgan salah! Raisa tidak meminta yang muluk-muluk atau membebani. Justru dengan adanya syarat darinya malah semakin membantu semua. Morgan pun merasa tak enak hati. Semua pun merasa tertegun!
"Kukira akan berpisah dengan Raisa di sini ... " kata Rumi
"Kau akan ikut ke dimensi dunia kami, Raisa?" tanya Aqila
"Aku sudah bilang dan bertekad untuk membantu kalian. Sudah seharusnya aku melakukannya sampai tuntas," ungkap Raisa
Aqila menyenggol lengan Mogan. Bermaksud menyuruhnya meminta maaf!
"Eh? Um... Maafkan aku yang telah salah sangka padamu, Raisa," ucap Morgan
"Tidak apa. Aku tau betul sifatmu itu, Morgan," kata Raisa dengan terkekeh kecil.
Lambang bunga itu hilang pada semua telapak tangan~
"Lambang itu akan muncul kembali di saat yang tepat, saat diperlukan," ujar Raisa
"Bersiaplah! Kita akan menuju dimensi kalian," Ucap Raisa
Raisa menggerakkan tangannya~
Syuuuh~
Lingkaran misterius muncul! Gerbang portal antar dimensi terbuka~
"Kalian masuklah. Aku yang masuk terakhir. Jangan sampai ada yang tertinggal," ujar Raisa
Semua pun masuk satu persatu. Lalu Raisa masuk sebagai yang terakhir. Tujuan dimensi tepat! Mereka akan pulang ke dunia asal dengan Raisa sebagai tamu.
•••
Tap...
Tap!
Mereka semua kembali. Dan Raisa pun hadir~
Tujuan portal tepat! Namun, tempat mereka mendarat datang kosong. Hening.
"Kita benar-benar kembali!"
Namun, terdengar suara bising di suatu tempat.
"Ada sesuatu di sana. Cepat," kata Morgan
Morgan pun bergegas pergi ke sumber suara. Dan semua mengikutinya, termasuk Raisa.
"Benar! Ada pertarungan ... di mana-mana," ujar Morgan
"Desa kita?!" respon Ian yang melihat desa tempat tinggalnya berantakan. Porak-poranda!
DEG!
Semua terkejut!~
Tiba-tiba saja ada yang datang menyerang Raisa!
Seorang wanita dewasa. Dengan tinju mautnya.
Raisa pun dengan cepat menghindar~
"Bibi Sierra...?!" gumam Raisa
"Siapa kau?! Bagaimana kau tau namaku?!" selidiknya, bertanya. Raisa mengetahuinya bernama Sierra.
"Mama!" sontak Aqila mencegahnya.
"Aqila, kamu kembali? Yang lain, semua juga kembali!?" ujarnya bertanya, Sierra. Mama Aqila.
"Sierra, dia orang asing! Bukan penduduk sini. Waspadalah," ucapnya pada Sierra.
"Ibu, dia di pihak kita," kata Ian
"Ian?"
"Salam, Bibi Sierra, Bibi Irene ... " sapa Raisa pada keduanya. *Bibi Irene adalah yang dipanggil Ian dengan Ibu.
"Bibi, dia telah banyak membantu kami. Dari mengobati kami yang terluka dan membawa kami kembali pulang. Namanya, Raisa," jelas Morgan
"Kau, Raisa! Kenapa kau ke mari dan nembawa anak-anak ke sini?" tanya Paman Elvano
"Paman, kami bukanlah anak-anak lagi! Jadi, janganlah menganggap kami seperti itu ... " kata Morgan
"Maafkan aku, Paman. Mereka merasa sangatlah harus menyelamatkan tanah airnya dari musuh. Maka aku membawa kembali dan mengikuti mereka ke sini untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik," ungkap Raisa
"Papa, jangan salahkan Raisa. Kami yang memintanya mengirim kami pulang. Bagaimana pun kami harus kembali dan menghadapi semua yang terjadi, kami tidak bisa terus lari begitu saja. Tidak disangka, Raisa juga bersedia ikut untuk membantu," jelas Aqila
"Elvano, jadi ini perempuan yang kau maksud telah membantumu?" tanya Bibi Sierra
"Ya. Dia yang kutemui di dimensi asing," jawab Elvano
"Kalau begitu, Terima kasih telah banyak membantu kami, Raisa," ucap Bibi Sierra
"Terima kasih dan maaf telah salah sangka terhadapmu," ujarnya, Bibi Irene. Ibu Ian.
Raisa mengangguk dan tersenyum.
"Bibi, Paman, sebenarnya apa yang terjadi? Di mana yang lain?" tanya Raisa
"Entahlah. Desa kami tiba-tiba diserang oleh sekelompok orang asing yang dipimpin oleh yang mereka di sebut 'Sang Dewa'," jelas Bibi Irene
"Jika, kalian ingin ikut membantu ... lebih baik bantulah evakuasi koban dan membantu yang terluka," ujar Bibi Sierra
"Percayalah pada kami, Bibi. Kami tau apa yang harus kami lakukan serta batasan kami," ucap Raisa
"Percayakan saja pada mereka, Sierra," kata Paman Elvano
Raisa dan yang lain pun membagi tim dan tugas masing-masing.
"Lalu, bagaimana dengan Raisa?" tanya Aqila. Yang lain telah terbagi akan tugas kecuali Raisa. Mereka bingung memilihkan peran pada Raisa.
"Tidak apa. Aku akan tetap membantu. Mengawasi dari atas, di mana tempat yang butuh bantuanku, aku segera ke sana," ujar Raisa
"Yosh! Sudah ditetapkan ... " kata Morgan
"Kupercaya kalian memang hebat dan mampu. Tapi, kumohon ... berhati-hatilah!" pesan Raisa yang khawatir.
"Kau bilang percaya dan menyuruh mereka begitu. Tapi, kau sendiri khawatir. Bahkan sepertinya melebihi orangtua kami," ucap Ian
"Memang... tapi, yang kulihat di mimpi itu--" gumam Raisa
"Ah, sudahlah! Kita semua pasti bisa melakukan yang terbaik. Aku di sini akan membantu sebisaku," ucap Raisa
"Bersiaplah! Waktunya berpencar," kata Devan
Semua pun menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
.
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Mommy Gyo
2 like hadir Thor salam cantik tapi berbahaya
2021-06-03
0
Yoo_Rachel
semangat
2021-03-16
0
Ende Setiani
selalu hadir
2021-03-16
0