Semua pergi kecuali Rumi yang ingin bicara dengan Raisa. Raisa sedikit terkejut mendengar Rumi ingin bicara dengannya. Raisa tidak tau jika selama ia tak sadarkan diri, Rumi terus berada di sisinya, selalu menunggu menemaninya.
"Kau tidak pulang? Kau juga pasti butuh istirahat," ujar Raisa yang tak tau Rumi terus beristirahat di sampingnya.
"Kau mengusirku?" tanya Rumi
"Tidak! Maksudku bukan begitu. Aku hanya... Ah, aku hingung!" ucap Raisa
...'Aku tak akan karuan jika hanya berdua denganmu. Aku takut terbuai lagi ... ' batin Raisa...
"Apa kau tidak ingin aku mengganggu istirahatmu?" tanya Rumi
"Hehe tidak. Aku juga senang kok jika kau menemaniku di sini. Aku bahagia bersamamu. Hanya saja--" Raisa dengan kekehannya merasa sedikit lucu bahwa Rumi mengira dia mengganggunya, padahal ia sangat senang bersama Rumi, ia hanya merasa canggung. Lalu, Raisa menggantungkan ucapannya. Bingung harus berkata apa.
Belum sempat Raisa mengatakan sesuatu dari mulutnya lagi, Rumi sudah memotongnya dengan perbuatannya yang membuat Raisa terkejut bukan main!
Cup!~
Rumi menundukkan kepalanya mendekati wajah Raisa dan mengecup bibirnya sekilas~
Mata Raisa terbelalak! Dalam seper-sekian detik otaknya tak bekerja, tak dapat berpikir. Tubuhnya kaku, mulutnya membisu. Raisa benar-benar tak menyangka mendapat perlakuan demikian dari seorang Rumi~
"Rumi, bantu aku bangun. Cepat! Aku baru saja bermimpi. Sepertinya aku melindur secara tersadar!" Ucap Raisa berusaha bangkit dari tidurnya.
Rumi membantu memeganginya. Raisapun bangkit terduduk.
"Tapi, kau harus tetap beristirahat," kata Rumi
"Toh, aku hanya duduk di sini," ujar Raisa
"Kau tidak bermimpi. Tadi itu nyata," ungkap Rumi
...'Jika yang kau maksud adalah tindakanku yang menciummu, batin Rumi...
"Ternyata, tadi itu nyata. Aku tidak sedang berhalusinasi. Tapi, kenapa kau melakukannya?" ujar Raisa bertanya. Suaranya memelan di kalimat terakhir, juga sedikit bergetar. Sedikit ragu-ragu baginya untuk bertanya demikian.
"Aku melakukannya bermaksud berterima kasih padamu," jawab Rumi
"Untuk apa?" tanya Raisa, muram.
...'Sudah kuduga. Rasanya bodoh, aku berharap terlalu banyak. Siapa aku mengharapkannya? Konyol sekali. Tapi, hatiku terasa perih. Aku tidak boleh terlihat lebih lemah lagi di hadapannya. Terlalu memalukan!' batin Raisa...
Raisa sudah tau hubungannya dengan Rumi takkan lebih dari sekarang ini. Namun, ia masih saja ingin berharap. Ia pun menduga hatinya akan kembali rapuh jika berharap lebih. Tapi, baginya dalam prosesnya ini juga sangat penting dalam hidupnya. Merasakan sesuatu dalam proses hidupnya juga merupakan kebahagiaan, meskipun hanya sesederhana perasaan yang takkan terwujud~
"Kau telah memikirkanku. Untuk itu kau menyelamatkan Morgan, kau melakukannya demi aku. Aku tau itu," ucap Rumi
"Oh, itu! Selain karena dirimu, aku memang melakukanya karena ingin melindungi semuanya. Aku pernah bilang pada Aqila, aku adalah penyelamat kalian. Jadi, itu memang tugasku. Tak usah berterima kasih. Belum tentu di lain waktu aku bisa menyelamatkannya lagi. Jadi, jagalah dirimu baik-baik. Lindungilah semua temanmu, tapi jangan lupa keselamatanmu juga penting. Karena nyawa diri sendiri yang paling berharga. Aku pernah menjelaskan yang lebih sebelumnya, kan ... " ungkap Raisa
"Masih sangat jelas dalam ingatanku tentang pesan berhargamu itu," ucap Rumi
Raisa tersenyum manis.
"Aku senang kau anggap berharga celotehan tak berguna itu. Aku sangat tersentuh," ujar Raisa dengan senyumannya.
"Kau belum makan sebelumnya selama ini, apa kau ingin sesuatu? Aku akan memenuhinya," ujar Rumi
"Aku sedang tidak selera. Aku akan langsung istirahat saja nanti " kata Raisa
"Kalau begitu, istirahatlah. Aku takkan mengganggumu lagi," kata Rumi
"Kukatakan, nanti. Aku ingin mengobrol lebih lama denganmu," ujar Raisa
"Mengobrol apa?" tanya Rumi
"Apapun itu. Bukankah kau bilang ingin bicara denganku? Maka, kupikir kau akan bicara lebih dulu " ucap Raisa
...'Lucu sekali. Aku agak memaksanya untuk terus bicara denganku. Tak kusangka dia menurut saja. Sepertinya ini caranya untuk berterima kasih lebih padaku, menemaniku mengobrol. Padahal dia kan jarang sekali mengobrol kalau bukan dengan Matahari-nya, sangat pendiam. Menggemaskan sekali,' batin Raisa...
"Emm~ Sebenarnya, ada suatu hal yang ingin kutanyakan padamu. Tapi, aku tak tau ini boleh atau tidak untuk ditanyakan," ujar Rumi terlihat kebingungan. Melihat itu, Raisa menahan kekehannya. Ia merasa bahwa Rumi yang seperti ini sangatlah lucu. Menggemaskan!~
"Menyenangkan sekali melihatmu lebih ekspresif dalam berbicara seperti ini. Biasanya kan kau sangat pendiam, tak banyak bicara. Hal apa itu? Tanyakan saja ... denganku, kau tak perlu ragu-ragu sedikit pun," ucap Raisa
"Di saat itu, kenapa kau menciumku?" tanya Rumi dengan polosnya.
Eh?
Deg!~
...'Hah!? Pertanyaan apa itu yang dia tanyakan?!' batin Raisa...
Bluushh~
Pipi Raisa merona merah mendengar pertanyaan itu. Ia tak langsung menjawabnya. Ia terlebih dulu menstabilkan detang jantungnya yang tak karuan itu.
"Hmm... ...??"
"Pe-pertanyaanmu itu ... sangat tak biasa. Pertanyaan yang sangat tabu untuk ditanyakan kepada perempuan. Bagaimana aku menjawabnya, ya ... " Ujar Raisa sambil menyembunyikan keterkejutannya.
"Padahal saat itu kau yang melakukannya. Tidak apa jika tidak mau menjawabnya," kata Rumi
...'Ini pertanyaan ambigu! Walaupun rasanya malu sekali untukku mengatakannya, tapi kenapa aku masih sangat ingin menjawabnya? Rumi juga terlihat sangat menantikannya. Tapi, aku harus menjawab apa?!' batin Raisa...
Huft!
"Karena aku tertarik padamu? Aku merasa kau sangat menarik, membuatku penasaran! Membuatku ingin lebih dekat denganmu, lebih memahamimu. Hingga muncul suatu perasaan yang membuatku melakukannya. Tapi, bukan maksudku bersikap tidak sopan denganmu. Dan, bukan juga maksudku untuk mempermainkanmu," Ungkap Raisa
"Aku ... dipermainkan?" bingung Rumi
...'Ah, sudah kuduga. Dia tak mengerti apapun masalah ini. Untuk apa aku repot-repot menjelaskannya? Tak ada gunanya!' batin Raisa...
"Begini, misalnya ... apa yang kau rasakan terhadap orangtuamu? Pasti, kau menghormatinya, kan? Atau tidak juga? Ah, pasti ada sedikit hal yang kau turuti dari perintah orangtuamu. Itu artinya kau menghormatinya sebagai orangtuamu. Itulah rasa hormat, kepada orangtua, sama halnya kau pada gurumu. Lalu, Morgan yang mempunyai adik. Dia rela mengabulkan permintaan adiknya supaya adiknya itu bahagia, tidak ingin adiknya merasa sedih. Itu artinya, Morgan menyayangi adiknya, sama halnya orang yang memiliki keluarga, pasti orang tersebut menyayangi setiap anggota keluarganya. Itulah yang disebut perasaan sayang. Sesama teman juga memiliki perasaan sayang yang membuatnya tak rela kehilangan. Lalu, perasaan suka! Seperti halnya kau yang suka melihat Morgan selalu tersenyum ceria, suka dengan kepribadiannya yang selalu bersikap baik pada semua temannya. Itu artinya kau menyukai Morgan sebagai teman. Dan, ada juga orang yang telah beranjak dewasa. Mereka akan merasa saling tertarik satu sama lain dengan lawan jenis. Ini yang disebut menyukai seseorang. Jika seseorang memiliki perasaan ini pada lawan jenisnya terlalu lama dan terlalu dalam, maka akan timbul juga rasa sayang lalu juga akan menjadi cinta. Perasaan ini berbeda dengan sesama teman atau terhadap keluarga. Jika sudah ada yang namanya perasaan cinta, seseorang akan memiliki perasaan lain bernama hasrat. Ingin selalu bersama, tak ingin jaih, ingin memiliki. Sedikitnya mirip perasaan sesama teman, tapi ini adalah perasaan terhadap lawan jenis yang khusus. Jika 2 orang berlawanan memiliki perasaan ini dan tak ada yang menghalangi mereka, maka mereka akan menikah lalu membina suatu keluarga. Ah, ini memang terlalu rumit! Aku sudah menjelaskannya terlalu jauh padamu," jelas Raisa
"Perasaan ... " Ujar Rumi yang mncoba memahaminya
"Ya, perasaan seperti itu dirasakan oleh hati yang tulus. Hati yang tulus tidak akan mempunyai rasa benci dan dendam," ucap Raisa
Rumi masih terus terlihat memahami penjelasan Raisa yang panjang itu. Raisa pun tersenyum manis melihatnya.
"Ekhem! Lalu, tentang ciuman terbagi menjadi 3. Jika itu di kening atau dahi atau kepala berarti menyayangi, jika di pipi artinya menyukai, dan jika itu di ... bibir berarti mencintai. Terkadang beda orang beda juga mengartikan ciuman di dahi dan di pipi, terkadang arti ciuman mereka berbanding terbalik denganku. Namun, bagiku inilah arti sebuah ciuman," ungkap Raisa yang awalnya ragu mengatakannya namun kemudian lancar mengungkapkannya.
"Cinta? Lalu, apa arti kau menciumku saat itu? Apa kau mencintaiku, Raisa?" tanya Rumi dengan polosnya.
DEG!
...'Sudah kuduga, seharusnya aku tak mengatakannya dari awal. Sekarang jadi begini... Sudah ke arah mana perbincangan kali ini ... ' batin Raisa...
"Eh, ti--tidak ... bukan! Maksudku, belum. Ah, ini rumit! Maaf. Aku tidak bisa mengatakannya, kau harus bisa mengartikannya sendiri. Sudah kubilang, pertanyaan ini tabu untuk ditanyakan pada perempuan. Tapi, jika saatnya tiba nanti, kau akan mengerti dengan sendirinya," ucap Raisa
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Vie
semngat tor...
salamd ri ditinggal nikah...
2021-04-23
0
pinnacullata pinna
aku mampir dan memberikan like, dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah
2021-02-22
0
Navizaa
lanjut
2021-02-20
0