"RAISA!!" teriaknya
Dilihatnya 3 orang datang.
Morgan, Aqila, dan Rumi berlarian datang ke tempat yang menjadi pusat pertarungan itu.
Raisa tersenyum lemah.
Kini ia mendapat ide untuk menyerang dan melumpuhkan lawan! Ia akan menyerang dengan cara yang sama pula!~
"Heh! Mau menyerang dengan cara yang sama. Itu takkan mempan terhadapku. Dasar, manusia lemah!"
Raisa pun melontarkan tombak es hasil pembekuan air hujan pada musuh.
"Sudah kubilang, ini takkan berhasil!"
Saat musuh berusaha menghindari serangan, entah kenapa tubuhnya mulai kaku. Sangat sulit bergerak~
Di saat itu pula, tombak es itu tertancap tepat di posisi jantung musuh. Entah teknik apa yang dilancarkan Raisa. Setelah tombak tertancap, tubuh 'Sang Dewa' ikut membeku secara bertahap sampai menyeluruh.
Saat melihat kesempatan, Morgan yang baru datang ingin ikut berpatisipasi untuk menyerang. Melihat akan mendapat serangan, 'Sang Dewa' yang tubuhnya belum membeku seluruhnya ingin menyerang Morgan dari jarak jauh. Melihat itu, dengan sigap Rumi ingin menyelamatkan 'Matahari'nya yang berharga. Namun, belum sempat Rumi bergerak dan serangan itu terus mendekat ke arah Morgan tanpa diketahuinya, Raisa sudah terlebih dulu menghalangi serangan tersebut.
"Morgan!!" teriak semua orang
Namun di saat yang tepat Raisa terbang mendekat menghalangi serangan tersebut. Sehingga serangan musuh malah mengenainya.
"Raisa?!" kaget Morgan
Uhuk!
Melihat itu ... melihat Mataharinya terselamatkan, Rumi beralih menyelamatkan Raisa. Menangkap tubuhnya yang jatuh dari ketinggian karena tak dapat lagi terbang. Sepasang sayap Raisa pun menghilang seiring melemahnya kekuatan sihirnya.
Di sisi musuh, tubuh 'Sang Dewa' terus membeku. Saat tubuhnya mulai berhenti bergerak. Nyonya Tanaya pun melancarkan serangan. Tepat saat tubuh 'Sang Dewa' membeku seluruhnya, Nyonya Tanaya memberikan serangan pukulan mautnya pada musuh, hingga tubuh 'Sang Dewa' yang telah membeku pun hancur berkeping-keping setelah mendapat pukulan keras dari Nyonya Tanaya.
Kini, Raisa tersungkur di tanah dengan Rumi yang memeluk tubuhnya. Kondisi tubuh Raisa telah mengeluarkan banyak darah~
"RAISA!" teriak Morgan dan Aqila yang berlarian mendekat.
"Raisa, bertahanlah Tetaplah sadar!" ucap Rumi
Mata Raisa yang tertutup, mulai membuka perlahan seiringan dengan senyuman lembut pada bibirnya.
"Rumi, terima kasih," ucap Raisa
"Morgan, ingatlah untuk terus berhati-hati dan waspada. Jangan bertindak gegabah... Karena jika nyawamu dalam bahaya, orang lain yang akan khawatir. Dan jika kau sampai tiada, orang-orang yang kau tinggalkanlah yang akan merasa sedih. Aku senang kau mulai mempercayaiku dan sedikit memperhatikanku. Terima kasih," ujar Raisa lalu kembali memejamkan matanya, rapat.
"Raisa! Kau yang telah berkata seperti itu, maka kau pun tidak boleh pergi. Bukalah matamu, sadarlah ... " ucap Rumi dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Ayo, cepat! Bawa dia ke rumah sakit di desa," ujar Nyonya Tanaya
"Sini, biar aku yang membawanya," ucap Paman Nathan
"Tidak. Biar aku saja ... " kata Rumi
Rumi pun bergegas membawa Raisa pergi menuju rumah sakit. Rumi menggendong tubuh Raisa (ala bride style).
•••
2 hari kemudian.
Kini semua sedang hadir di rumah sakit. Morgan, Aqila, Rumi. Devan, Ian, Chilla. Billy, Marcel, Dennis. Sanari, Amy, Wanda. Mereka semua mengunjungi rumah sakit di desanya untuk menjenguk Raisa untuk ke sekian kalinya. Raisa terluka saat bertarung melawan musuh yang disebut 'Sang Dewa' dan membuatnya dirawat di rumah sakit yang bukan berada di dunianya.
Setelah pertarungan itu, Raisa masih belum sadarkan diri. Namun, ada Rumi yang terus menjaganya di sisinya. Rumi yang menunggunya tersadar siang dan malam tak henti-hentinya berwajah masam. Dari rautnya, terlihat jelas ia sangat cemas.
"Rumi, bagaimana dengan Raisa?" tanya Morgan yang tau Rumi tak pernah meninggalkan dari sisi Raisa.
"Masih belum sadar," jawab Rumi
"Hei, Rumi! Kau terlihat sangat khawatir pada Raisa. Kau menyukainya?" tanya Chilla
"Hei, Gendut! Kau tak pantas menanyakan itu saat seperti ini ... " ujar Ian
"Memangnya kenapa? Aku hanya bertanya, tidak masalah jika dia tidak menjawab. Tidak apa ... " ucap Chilla
"Raisa telah mengajarkanku sesuatu yang juga dia katakan pada Morgan. Kurasa pelajaran darinya sangat berharga. Dan dia menyelamatkan Morgan demi aku, dia rau Morgan berharga bagiku, dan responnya lebih cepat dibanding denganku, padahal dia telah terluka. Aku harus berterima kasih padanya," jelas Rumi
"Yang ditanyakan apa, dia menjawab apa ... " gumam Chilla
"Itu karena pertanyaanmu itu merepotkan, jadi dia bebas untuk menjawabnya," sambar Devan
"Anu ... memangnya apa yang dikatakan mamamu Aqila?" tanya Sanari
"Mama tidak mengatakan apa-apa lagi. Tapi, kita semua sudah tau apa yang dikatakan Nyonya Tanaya setelah pertarungan besar itu, kan ... " ucap Aqila
"Lukanya parah, fisiknya terlalu lemah, tapi kekuatan sihirnya kuat, itu mampu membuatnya bertahan. Tapi, aku tidak tau sampai kapan dia akan seperti ini. Entah kapan dia akan sadar," ungkap Nyonya Tanaya
[-Ingatan semua.]
"Aku tidak bisa berlama-lama. Aku harus kembali untuk penelitian alat sains juga untuk berdiskusi. Aku akan pergi," ucap Sanari
"Hmm ... aku akan mengantarmu," kata Amy
"Maaf, Sanari. Aku tidak ikut mengantarmu. Aku akan tetap di sini," ujar Rumi
"Iya, tidak apa ... " kata Sanari
"Maaf, aku tidak menemanimu, Rumi. Aku akan mengantar Sanari bersama yang lain," ucap Morgan
"Baiklah ... " kata Rumi
"Kami pergi dulu, Rumi," ujar Dennis
"Sampai jumpa lagi," kata Marcel
Semua pun pergi dari kamar pasien kecuali Rumi yang terus menemani Raisa di ruangannya.
"Kami semua tidak tau apa yang dikatakan Raisa pada Rumi dan padamu. Tapi, kau harus mengingatnya baik-baik. Itu demi kebaikanmu," pesan Billy pada Morgan saat beranjak pergi
"Kau sama seperti Raisa yang mengkhawatirkanku. Seperti orangtua saja," ujar Morgan
"Hei, maksudku bukan seperti itu!" elak Billy
"Ya, ya. Aku mengerti ... " kata Morgan
•••
Malam harinya.
"Raisa masih belum sadar?" tanya Wanda dengan pelan.
Rumi yang terus menunggunya hanya terdiam.
Semua kembali hadir menengok Raisa. Sanari pun datang. Waktu keikut-sertaannya dalam penelitian alat sains ninja hari ini telah usai dan menyempatkan diri menjenguk Raisa di rumah sakit.
Ada pergerakan dari Raisa. Jemarinya bergerak perlahan.
Ugh!
"Ngghhh~"
Raisa mulai mengerjapkan matanya yang perlahan terbuka.
"Dia mulai sadar," ujar Chilla
"Raisa ... " panggil Rumi
"Ehm ... kalian semua ada di sini?" ujar Raisa bertanya.
"Akhirnya kau sadar juga," kata Morgan
"Bagaimana keadaanmu, Raisa?" tanya Aqila
"Aku ... akan baik-baik saja. Aku tak tau apa yang terjadi setelah saat itu, tapi aku bisa menduganya sedikit. Hanya merasa sedikit pusing dan agak mual. Mungkin karena luka tusukan di perutku. Tapi, tidak apa. Tidak perlu khawatir," jawab Raisa
"Bagaimana kami tidak khawatir jika sudah 2 hari ini kau terus tertidur dan tak usai siuman ... " ujar Sanari
"Selama itu? Lalu bagaimana dengan kalian? Apa kalian baik-baik saja, apa ada yang terluka?" tanya Raisa
"Tidak usah khawatirkan kami, kami masih bisa berdiri dengan kaki kami sendiri," ucap Chilla
"Melihatmu yang berbicara lancar dan mulai mengkhawatirkan kami lagi, sepertinya kau benar baik-baik saja," ujar Devan
"Kekuatan sihirmu memang ternyata kuat, ya ... " kata Ian
"Sudah kukatakan, aku percaya diri tentang itu. Tapi, sepertinya kalian juga jadi tau kelemahanku," ujar Raisa sedikit murung.
"Emm ... Slsepertinya tidak bisa berlama-lama di sini. Kau harus istirahat. Hari juga sudah malam," ucap Dennis
"Ya, kami akan pergi. Kau istirahatlah baik-baik," ujar Billy
"Besok kami akan datang lagi," kata Marcel
"Sampai jumpa besok, Raisa ... " ujar Amy
"Kami pergi dulu. Kau masih tetap akan di sini, Rumi?" ucap Morgan kemudian bertanya.
"Ya. Aku akan bicara sebentar dengan Raisa," ujar Rumi
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
ANAA K
Semangat thor🙏🏿😉 aku mampir lagi nih🙏🏿😉
2021-09-16
0
Mommy Gyo
like
2021-08-19
0
Ende Setiani
Ansell selalu hadir.
jangan lupa mampir juga di karya baruku y HIDUP TAK AKAN PERNAH SAMA
Klik favorit dan tinggalkan jejaknya
2021-03-26
0