Harusnya Aku, Bukan Dia

Harusnya Aku, Bukan Dia

Episode 1

Seorang lelaki berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Masih menggunakan setelan jas lengkap dengan memasang raut wajah khawatir. Bahkan ia tak menghiraukan omelan dari beberapa orang yang berulangkali ditabraknya.

"Gimana sih, jalan kok gak lihat."

"Dikejar setan paling tu orang."

"Ampun... kalau jalan lihat-lihat dong."

Masih begitu santai seakan tidak terjadi sesuatu. Saat ini ia sedang terburu-buru untuk menemui sang pujaan hatinya yang baru saja mengalami kecelakaan. Harap-harap cemas dengan keadaan wanitanya.

"Ruang UGD."

Setelah melihat tulisan itu di atas pintu sebuah ruangan, ia pun tak ingin menunda waktu lagi untuk segera masuk ke dalam sana. Pikirannya sudah tidak karuan sejak tadi. Biarlah ia melakukan sedikit pelanggaran agar dapat segera melihat keadaan wanitanya.

Ceklek

Beberapa perawat menoleh. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu perawat.

"Korban kecelakaan yang bernama Bella Shofie. Bisa saya menemuinya?" tanyanya tanpa mengurangi rasa paniknya.

Sang perawat pun mengangguk. "Disebelah sana, Pak. korban sedang mendapat perawatan," jawab sang perawat sambil menunjuk pada sebuah tempat.

Tak menunggu lama, lelaki tersebut segera melangkah pergi menuju tempat yang diyakininya jika sang pujaan hati berada.

"Awwhh...."

Wajah cantiknya mengerut ketika menahan rasa sakit pada tangannya. Sang Dokter masih sibuk mengobati luka gores yang lumayan parah tersebut dengan cukup hati-hati. Berulangkali mengguyur lukanya dengan cairan antiseptik sebelum mengusapnya menggunakan kapas.

"Harus sering-sering kontrol, yah Mbak. Takut lukanya gak kering-kering kalau ditutup terus." Sang dokter memberikan nasihat sembari membalut luka pasien dengan kain kasa.

"Iyah, Dok."

Tiba-tiba saja seorang lelaki datang dengan wajah panik. Sang wanita mengalihkan pandangannya. Menatap sosok lelaki tampan itu dengan memasang senyuman manis.

"Hei, Sayang. Kamu kok, udah kesini aja. Katanya ada meeting pagi ini."

Sekilas sang dokter menoleh ke belakang. Hanya sekilas saja dan kemudian segera kembali menyelesaikan pekerjaannya.

"Diamlah, Honey. Aku mengkhawatirkan keadaan mu sekarang."

Sang lelaki sedikit mengintip kegiatan yang sedang dilakukan oleh Dokter itu. Kemudian matanya bergantian melirik ke arah wajah cantiknya.

Aku seperti tidak asing dengan wanita ini. batinnya.

"Selesai! Tunggu dulu sebentar hingga nanti akan mendapatkan panggilan untuk mengurus biaya administrasi."

Dokter cantik itu tersenyum.

"Apa saya tidak di opname, Dok?" tanya Bella.

Kembali melayangkan senyuman sembari menggeleng. "Hanya luka kecil, tidak perlu dirawat di sini. Jaga kesehatan saja dengan banyak istirahat di rumah. Kalau istirahat di sini, akan rawan tertular dengan penyakit lain."

Bella pun ikut tersenyum dan mengangguk. "Baik, Dok. Terimakasih."

Baru saja sang Dokter cantik itu berbalik dan ingin melangkah pergi. Namun, lelaki yang sedari tadi berdiri dibelakangnya memanggil. "Tunggu dulu, Dok!"

"Iyah, apa ada?" tanyanya.

Keduanya saling memandang. Mata saling mengerjap beberapa kali. Mungkin keduanya sedang menggali ingatannya. Dahi mereka berdua mengerut.

"Keen."

"Anggi."

"Ya ampun," pekik anggi.

Keduanya tersenyum lebar. Hampir saja saling memeluk karena ingin melepaskan rindu. Ada perasaan bahagia yang tertahan. Sahabat lama telah bertemu kembali dengan keadaan berbeda.

"Wah... lama tidak bertemu sekarang udah jadi bu Dokter aja. Keren kamu, Nggi."

Terkekeh. "Yah, kamu juga terlihat gagah sekarang. Lalu, bagaimana dengan Khal? Bagaimana kabarnya sekarang? Aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya."

"Wah... ada yang reoni kayaknya, yah," sahut Bella sedikit merasa cemburu.

Keen mengalihkan pandangannya kearah sang kekasih hati. Tersenyum lembut dan segera melangkah menghampirinya. "Dia adalah wanita yang pernah disukai oleh Kak Khal, Honey," bisiknya.

Keen segera memutar tubuhnya setelah berbisik pada kekasihnya. Mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu dari sana. "Tidak enak jika kita mengobrol di sini. Kamu bisa menghubungiku nanti. Kita bisa mengobrol santai sambil minum kopi, bagaimana Honey?"

Anggi tersenyum lebar. Tak lama kemudian ia mengangguk sambil menerima kartu nama milik Keen.

"Tentu. Akan ada banyak cerita yang ingin ku ketahui mengenai Kakakmu. Baiklah, aku akan kembali bekerja. Semoga lekas sembuh."

Senyuman di wajah mereka mengakhiri pertemuan singkat sahabat lama tersebut. Kini kesadaran Keen telah kembali. Ia pun segera melayangkan ribuan pertanyaan pada kekasihnya.

"Bagaimana bisa kamu seceroboh itu, Honey? Aku membiarkan Kak Khal mengomel karena khawatir dengan mu."

Baru saja satu detik ia terdiam, suara dering ponselnya kembali bergetar. Keen segera meraih benda tersebut dari dalam kantong celananya. "Lihatlah! Pengawas ku sudah mulai menelvon kembali."

Bella terkekeh. Sebenarnya bukan kalimat itu yang dirasa lucu olehnya. Namun, ingatannya pada sosok Khal yang selalu kaku dan susah senyum itu sedang mengomel layaknya ibu-ibu, membuat sosok Bella tak bisa menahan diri. Imajinasinya terlalu luas.

"Sebentar yah. Aku angkat dulu biar Kak Khal gak marah."

"Iyah," balasnya.

****

Di tempat lain.

"Halo, kau di mana Keen? Meninggalkan meeting begitu saja. Ini sudah kesekian kalinya. Sekali lagi kau melakukannya, aku tidak akan menolong mu."

Disebrang sana Keen menjingkat. Baru saja ia mengucapkan Halo, sang Kakak sudah memberondongnya dengan berbagai macam ungkapan.

Keen menghembuskan nafasnya kasar. jika ia berhadapan dengan Kakak kembarnya satu ini, pasti akan sedikit rumit karena Kakak itu sedikit keras daripada dirinya.

"Oke, sorry Kak. Hari ini Bella keserempet motor. Aku panik dan langsung saja pergi. Aku takut jika terjadi sesuatu padanya, Kak. Really sorry Bro...."

"Seharusnya, kamu selesaikan dulu Meetingnya, baru kamu tinggal pergi. Bukannya meninggal Meeting ditengah jalan. Untung saja aku sedang ingin menemuimu, jadi Meeting tidak sampai ditunda lagi."

Menahan tawa. Keen selalu saja mendapatkan keberuntungan. Bersyukur karena Kakaknya akan berkunjung bertepatan ia mendapatkan kabar buruk.

"Oke, oke, lain kali tak kan terjadi lagi."

Huufffh...

"Baiklah, bagaimana keadaannya sekarang? Apa dia mengalami luka parah? Patah tulang atau koma?"

Pertanyaan Khal membuat seorang Keen menjadi kesal. Enak saja dia kata. kalau bukan Kakakku, sudah ku hajar kau. batin Keen.

"Sial! Kakak sedang mendoakan hal buruk terjadi padanya, jahat."

Khal terkekeh. "Oke, ku doakan agar Bella lekas sembuh. Agar kau bisa segera kembali menangani proyek di Singapura."

tut.

Meletakkan ponselnya di atas meja kerjanya. Khal kembali terkekeh. "Sekali-kali harus diberi pelajaran agar tidak seenaknya sendiri."

Ia hanya melirik ponselnya sekilas. Keen berulangkali menghubunginya, lagi dan lagi. Pasalnya, Keen sangat anti jika harus diminta untuk menangani proyek perusahaan yang ada di luar negeri. Di negara sendiri dan hanya luar kota saja, lelaki itu terasa berat karena meninggalkan kekasihnya, apalagi ke luar negeri.

Bersambung...

Hallo gaes...

Khal dan Keen kembali lagi...

Sapa mereka yuk...

Kisah mereka ketika sudah beranjak dewasa yang cukup matang...

Terpopuler

Comments

Salmah S

Salmah S

hadir thor😁

2021-12-13

0

me...

me...

gw baca awalnya Uda g ridho aja. Nia sama Ammar meninggal. kayanya gw pengen mereka hidup selamanya

2021-04-08

0

Bunda'nya Alfaro Dan Alfira

Bunda'nya Alfaro Dan Alfira

kahir nya tang ditunggu2 up juga...semangat thor..jangan ada pelakor ya thor....

2021-02-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!