Episode 5

Hari telah berganti hari, hingga satu bulan pun berlalu. Hubungan Khal dengan Anggi semakin dekat semenjak pertemuannya di Cafe kala itu. Yah, seperti sekarang ini.

Khal dengan gagahnya melangkah melewati koridor rumah sakit. Langkahnya tegas dan memancarkan kewibawaan. Ia hari ini berniat ingin menemui Anggi. Sudah sejak dua minggu yang lalu, konsentrasinya menurun akibat memikirkan wanita itu.

Kali ini ia telah siap untuk menjadi lelaki dewasa pada umumnya. Hatinya sudah tidak bisa lagi berpaling. Tekadnya sudah bulat.

"Semoga saja dia tidak menolakku."

Bermonolog sambil menampilkan senyuman. Ia sungguh tidak bisa mengurangi sedikitpun perasaannya pada wanita itu. Ingin sekali segera mengungkapkan isi hatinya.

Khal menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah ruangan yang ia yakini jika ruangan itu adalah milik wanita yang ingin ia temui. Tangannya terangkat.

tok tok tok

Setelah terdengar intrupsi untuk masuk dari dalam, Khal pun tak menunggu lama untuk segera membuka pintunya.

Ceklek.

Kedua pasangan mata bertemu. Senyuman mengembang setelahnya. Hati dan pikirannya mendadak kacau. Kegugupan mulai merayap.

"Hai...," sapa Khal.

"Wow... kedatangan tamu istimewa, nih," celetuk Anggi.

Khal tersenyum. "Yah, aku ingin berobat," balasnya.

Terdengar kekehan renyah dari wanita cantik itu. "Yah, silahkan duduk, Pak!" Anggi berucap seakan sedang melayani pasiennya.

Khal melangkah mendekatinya dan segera menarik kursi untuk duduk di depannya. "Lagi gak ada pasien?" tanya Khal.

Anggi menggeleng. "Gak ada. Jadwal periksa dah selesai dari tadi siang, Khal. Kan, bentar lagi aku juga mau pulang. Oyah, kok tumben datang kemari tanpa kasih kabar. Ada apa?"

Anggi yang tadinya sibuk dengan kertas-kertas yang ada di mejanya, kini terlihat fokus menatap ke arah Khal. Walaupun saat ini hatinya sedang senang, tapi ia pun masih sangat sadar diri untuk tidak melakukan hal aneh.

"Ehm... aku ada urusan pribadi denganmu. Jika kamu tidak sibuk. Sepulang dari sini, aku ingin mengajakmu untuk makan bersama."

Khal berusaha keras untuk mengatur nafasnya. Kegugupan semakin mengambil alih keadaan seiring dengan hatinya yang berdesir hebat. Ini adalah kali pertamanya, ia mengajak seorang wanita untuk berkencan.

Anggi sejenak terkekeh. "Wah... kamu sedang mengajakku untuk berkencan, yah... romantis sekali."

Khal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sedang berusaha keras untuk tetap tenang karena menahan malu.

Lelaki itu tersenyum tipis. "Jadi, bagaimana? Kamu mau atau tidak?" tanyanya lagi. Ia mencari kepastian.

Anggi mengangguk. Membuat sosok Khal tersenyum lebar karena merasa lega. Lelaki itu segera beranjak dari duduknya. "Baiklah, aku akan menunggumu di depan."

Sekali lagi wanita itu mengangguk dan tak lupa ia masih mempertahankan senyumnya. "Yah, aku akan beres-beres dulu." Anggi melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. "Tinggal 10 menit lagi, baru aku keluar."

Khal berdehem. "Kalau begitu aku tunggu di luar."

Setelah saling melemparkan senyuman dan pandangan saling mendamba. Keduanya pun segera berpisah dengan Khal yang kini sudah melangkah keluar dari ruangan tersebut.

****

Sudah beberapa menit berlalu. Khal masih tampak tenang diposisinya. Duduk santai di kursi tunggu dengan memainkan ponselnya. Entah apa saja yang sedang ia lakukan dengan benda itu hingga tak membuatnya merasa bosan.

Eherm...

Suara deheman seseorang sejenak menghentikan aktivitasnya. Ia mengangkat wajahnya untuk menatap ke atas. Sosok wanita cantik yang sedang ia tunggu kini telah berdiri tepat di depannya. Seketika itu ia melebarkan senyumnya.

"Maaf, membuatmu menunggu lama."

Khal segera menggeleng. Membawa masuk ponselnya ke dalam saku jas miliknya dan ia pun segera beranjak berdiri. "Tidak masalah. Berapapun lamanya, aku akan dengan senang hati menunggumu."

Khal berucap dengan sungguh-sungguh. Namun, Anggi menangkap perkataan itu sebagai lelucon. Ia terkekeh kecil menanggapinya.

"Baiklah, ayo kita berangkat!" ajak Khal.

Mereka berdua kini mulai melangkah pergi meninggalkan rumah sakit. Keduanya berjalan bersisian menuju tempat parkir.

Setelah masuk ke dalam mobil mewah milik Khal dan meninggalkan mobil milik Anggi di halaman parkir, Khal pun segera melajukan mobilnya menuju sebuah tempat yang sudah disiapkan sejak kemarin.

Hening.

Keduanya saling menahan diri. Mencoba untuk tenang dalam keadaan yang tidak biasa. Sekedar untuk bernafas saja rasanya sungguh sulit. Hal ini membuat keduanya semakin merasakan kegelisahan.

Berulang kali saling melirik. Keduanya pun mulai merasakan ketidaknyamanan. Mengganti posisi duduknya entah sudah berapa kali. Hingga Khal merasa harus menjadi lelaki yang gentleman.

Eherm...

"Kamu kenapa diam saja? Bicaralah sesuatu, aku merindukan cerita yang dulu sering kudengar darimu." ucap Khal yang baru saja berdehem.

Sekilas Khal menoleh karena ingin melihat wanitanya yang sedang tertawa. Anggi menatapnya. "Aku jadi malu. Kenapa kamu masih saja mengingatnya?"

Khal melebarkan senyumnya. "Apapun tentang mu dulu, masih saja ada dalam ingatanku, Nggi. Bahkan hingga sekarang," ungkap Khal.

Lelaki itu berusaha untuk mengungkapkan apapun perasaan yang ia tahan selama ini. Tidak ingin lagi menahan diri sehingga membuatnya menyesal seperti dahulu.

Wajah Anggi memerah karena tersipu. Tiba-tiba saja hatinya merasa dingin. Ingin sekali berjingkrak kesenangan setelah mendengar ungkapan sosok lelaki kaku itu. Sungguh menyejukkan hati.

"Entahlah Khal. Aku merasa berbeda saat bersama mu. Begitu saja aku mengungkapkan isi hatiku. Padahal dengan teman-teman yang lain, aku tidak bisa berbicara seperti saat bersamamu." Kali ini Anggi yang mengungkapkan perasaannya.

Khal sekilas mengalihkan pandangannya ke samping. Ia sejenak tersenyum. Kemudian ia kembali fokus pada kemudinya. "Yah, kamu dulu sangat cerewet. Tidak seperti sekarang yang terlihat lebih dewasa."

Sesaat setelahnya. Khal memutar kemudinya, memasuki halaman parkir sebuah restoran mewah. Lelaki itu dengan mudah menempatkan mobilnya di samping mobil lainnya. Mesin mobil telah mati. Keduanya pun segera turun.

Khal menghampirinya. "Ayo!" Tak segan ia menyodorkan lengannya. Anggi tersenyum, tanpa menolak ia segera meraih lengan Khal.nMereka berdua pun segera melangkah masuk layaknya pasangan kekasih pada umumnya.

****

Suasana romantis tampak begitu nyata di halaman dekat kolam renang. Restoran mewah ini telah disulap oleh Khal menjadi sebuah tempat yang begitu indah. Khusus di area kolam renang. Hanya ada dirinya dan juga wanita cantik itu.

"Kamu yakin kita akan makan di sini? Lihatlah penampilan kita! Bahkan aku pun belum mandi. Ini terlalu berlebihan," bisik Anggi yang merasa tidak nyaman.

Khal hanya tersenyum. Masih mempertahankan posisinya. Kini Khal telah melepaskan rangkulan tangan Anggi dari lengannya. Menarik sebuah kursi untuk wanitanya. Ia sungguh terlihat seperti seorang kekasih yang sempurna.

"Tidak ada yang berlebihan jika itu untukmu."

Khal pun segera duduk di depannya setelah Anggi lebih dulu duduk di kursi. Kini keduanya saling memandang. "Aku menyiapkan semuanya hanya untukmu, Nggi. Semoga kamu suka."

Anggi mengangguk. "Tentu aku sangat suka, tapi untuk apa kamu menyiapkan semua ini, Khal. Bagiku ini terlalu berlebihan," ucap Anggi.

Tak berselang lama, tiga pelayan datang dengan membawa nampan berisikan makanan dan minuman. Segera mereka menyajikannya di atas meja. "Selamat menikmati!" Anggi tersenyum sambil berucap, "Terimakasih."

Matanya berbinar. Makanan yang tersaji sungguh menggugah selera. Rasa laparnya pun semakin meningkat ketika aroma lezat makanan menyeruak masuk kedalam Indra penciumannya.

"Ayo kita makan dulu! Aku tahu kamu lapar," ucap Khal yang hanya dibalas oleh senyuman manis dari Anggi.

Keduanya mulai menyantap makanan yang tersaji. Masih mempertahankan keadaan dirinya, mereka tak segan untuk menghabiskan makanan tersebut hingga membuat perutnya menjadi kenyang.

Biasanya, pasangan kekasih akan dengan malu-malu saat melakukan sesuatu hal tanpa terkecuali. Namun, mereka berdua sama sekali tidak menghiraukan rasa jaim yang sedari tadi telah mengambil alih. Seakan rasa lapar telah mengendalikan diri.

Semuanya sudah selesai. Saling mengusap mulutnya menggunakan tisu. Tampak keduanya saling menahan malu. Mungkin kini baru menyadari tingkah yang baru saja dilakukan.

Khal tersenyum, "Jadi benar kamu lapar." Tak lama Anggi pun terkekeh.

"Terimakasih, Khal."

Anggi tampak terkejut ketika Kini Khal sudah meraih salah satu tangannya. Menatap lawannya dengan begitu dalam. Khal membuat seorang Anggi mematung.

Kedua pasang mata saling mengunci. Mereka saling menyelami dunia alam bawa sadar yang membuatnya melayang. Membiarkan degup jantung sebagai juru bicara untuk mengungkapkan perasaan.

Perlahan Khal mulai meraih sebelah tangan Anggi yang lain. Kini kedua tangan wanita itu sudah berada dalam genggamannya.

"Biarkan kali ini aku mengungkapkan perasaanku padamu. Sudah sejak lama aku menahan diri dari rasa sesak ini. Aku tidak tahu ketika dulu aku merasakannya. Masih terlalu bodoh untuk menyadarinya. Namun sekarang aku sadar dengan perasaan ini. Perasaan sama yang kini kembali hadir. Rasa ingin selalu berada didekatmu, melihatmu, berada disisimu. Aku tidak ingin berada jauh darimu."

Khal menarik nafasnya dalam-dalam. "Aku mencintaimu Anggita Maharani. Maukah kamu menjadi wanitaku? Menjadi seorang teman dan pendamping dalam hidupku."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢

༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢

so sweet
duh romantis nya
lanjut thor
semoga sukses dan sehat selalu thor

2021-01-19

2

Umi suyanto

Umi suyanto

bagus khal .... harus gercep, kesampingkan semua alasan dan keraguanmu..... ini adalah kesempatan ke2 untuk kalian .... dan jangan terlewatkan percuma.

2021-01-18

2

Vera😘uziezi❤️💋

Vera😘uziezi❤️💋

Gentlemen iah khal

2021-01-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!