Malam telah datang, rembulan telah menampakkan dirinya di atas sana. Mencoba menyapa bintang yang sedang merindukan cahayanya.
Jika rembulan dan bintang sedang saling merindu, tidak seperti sepasang manusia yang sedang asyik menghabiskan waktunya untuk berbelanja.
Baru saja Keen dan Bella mengistirahatkan kakinya di sebuah restoran jepang yang ada di dalam Mall. Namun, sebuah pertanyaan yang terlontar dari mulut Bella telah mengubah suasana hati.
"Sayang, kenapa sih, Kak Khal marah kalau tahu kita belanja?"
Keen yang saat ini sedang asyik mengunyah makanan, seketika itu menelannya bulat-bulat. Segera meraih minuman miliknya dan meneguknya hingga hampir habis. Keen menatap lurus di mana sosok kekasihnya berada.
"Ehm... bagaimana bisa aku memamerkan kemesraan kita padanya, sayang. Ingatlah jika aku telah kembali duluan. Sudah pasti dia akan kesal nanti. Kamu mengerti kan, maksudku?" jelas Keen bohong, bahkan ia sedikit merasa kesal karena sang kekasih terus saja membahasnya.
Bella menatapnya polos. Sesaat ia pun mengangguk. "Iyah, aku tahu. Sebenarnya kasihan juga, sih."
Keen merasa sedikit kesal mendengarnya. "Kalau kamu kasihan padanya, lebih baik, lain kali aku akan menemaninya saja daripada harus pulang duluan."
Seketika itu Bella terkekeh. "Astagaaaa ... kenapa kamu jadi kesal begitu."
Wanita itu meraih tangan Keen. "Aku kasihan karena Kak Khal gak ada yang jemput. Bukan kasihan karena keadaannya. Jangan begitu, dong! Kan, dia Kakak kembar kamu."
Keen menghela nafasnya. Ia pun mengangguk kecil. "Yasudah, sebaiknya kita cepat selesaikan makannya. Setelah itu kita pulang." Lelaki itu mendadak merasa tidak nyaman.
"Oyah ... Keen, Mama dan Papa kembali bertanya. Kapan kamu akan melamar ku. Tidakkah kamu ingin menemui mereka? Sejak beberapa hari kemarin, mereka terus saja mendesakku dengan pertanyaan yang sama, kapan kamu datang menemui mereka?"
Keen kembali menelan ludahnya sedikit berat. Akan semakin sulit jika dia terus menerus menghindar, tapi ia mau bilang apa saat ini. Hatinya masih belum jelas. Ia masih bimbang.
"A-ku ... a-ku ... sedang menunggu Kak Khal. Kemarin kan, kita sudah membahasnya, Honey. Setelah Kakak bertunangan, aku berjanji akan segera melamar mu. Aku janji, Honey."
Bella menghela nafasnya. Sedikit kecewa namun ia masih bisa mengendalikan hatinya. Walaupun ia merasa terluka, tapi ia tidak ingin menunjukkan kesedihannya.
"Baiklah, aku akan menagih janjimu ketika Kak Khal sudah bertunangan nanti.
Suasana mulai tidak nyaman. Keduanya kembali fokus pada hidangan makanan yang ada di depannya. Menahan rasa sesak yang membuat keduanya semakin tersiksa.
****
Ditempat lain.
Berbeda halnya dengan pasangan yang satu ini. Lihatlah keduanya saling melemparkan pandangan mendamba. Khal tersenyum lembut kala Anggi membukakan pintu rumahnya.
"Selamat malam, sayang."
"Malam juga."
Keduanya saling melemparkan senyuman. "Mari masuk!"
Anggi merangkul lengan Khal dan menuntunnya untuk masuk ke dalam rumahnya. Rumah minimalis lantai dua itu tampak begitu indah dengan tatanan ruang yang cukup pas.
"Duduklah dulu! Aku akan memanggil Mama dan Papa."
Khal mengangguk. Ia masih tak menyusutkan senyumnya. Anggi melangkah masuk ke dalam dan meninggalkannya sendirian.
"Relax Khal. Lo pasti dapat restu." Khal menyemangati diri sendiri.
Yah, lelaki itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Rasa cinta dan kasihnya sudah menemukan tambatan hati. Ia sudah menyerahkan hidupnya untuk menjalin hubungan dengan wanita di masa remajanya, karena hanya wanita itu yang hingga kini berada di dalam lubuk hati.
Kegugupan masih saja ia rasakan, bahkan ia merasa ini melebihi rasa gugup ketika sedang melakukan pemeriksaan dengan seorang dokter. Siapa yang tahu, jika selama ini Khal tidak pernah mau datang ke Rumah Sakit, dan hanya wanita itu yang kini bisa mengubah dirinya.
Seluruh keluarganya pun masih belum bisa percaya, bahwa seorang Khal bisa datang ke Rumah Sakit.
"Sayang," panggil Anggi sambil menggandeng tangan sang Mama.
Pasangan paruh baya datang menghampiri Khal, membuat lelaki itu kepayahan menelan ludahnya. Sorot matanya begitu tajam, seakan keduanya tidak suka dengan kehadiran lelaki itu.
Seketika senyuman Anggi menyusut. "Ma, Pa. Itu Khal, kekasih Anggi."
"Heeemmm..." Papa Anggi berdehem.
"Ma, Pa," tegur Anggi. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan kedua orangtuanya.
Khal yang saat ini sudah berdiri, ingin segera mencium tangan keduanya sebagai ras hormat. Bahkan tangan Khal sudah terangkat, jika saja kedua orang tua Anggi menyodorkan tangannya, sudah pasti Khal akan segera menciumnya. Namun, semua itu tidak pernah terjadi.
Pasangan paruh baya itu hanya diam saja dan terus menatap lekat wajah Khal. Mereka tidak bertanya ataupun berkomentar sama sekali. Hingga membuat Khal merasa harus berinisiatif untuk memulai terlebih dahulu.
"Selamat malam Om, Tante." Khal membungkuk hormat. Tersenyum manis, namun sesaat. Kedua orang tua Anggi masih saja tak bergeming. Hingga suara berat dari sang Ayah mengintrupsi. "Suruh dia pulang!"
Seketika itu Anggi menatap tajam ke arah Ayahnya. Ada lapisan bening yang mulai terkumpul. Kemudian Anggi mengalihkan pandangannya untuk menatap sosok kekasihnya yang tampak kecewa.
"Ayah," rengek Anggi.
"Suruh dia pulang!" kali ini Ayahnya sedikit meninggikan suaranya.
Hampir saja Khal tersulut emosi. Namun, hatinya kembali luluh ketika melihat sang pujaan hati menangis. Khal sungguh tidak bisa menyaksikan ini. "Maaf, jika boleh saya tahu, kenapa kedatangan saya tidak diterima dengan baik?"
Khal tidak bisa lagi menahan diri untuk menyimpan pertanyaan yang mulai tidak bisa ia tahan. Bahkan mereka belum pernah bertemu bahkan belum mengenal, lalu apa yang membuat kedua pasangan paruh baya itu tampak tidak suka dengan kedatangannya.
"Anggi sudah memiliki lelakinya sendiri. Dia tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain termasuk kamu."
Sangat tegas dan penuh penekanan. Anggi menelan ludahnya kepayahan. Khal menatap kedua orangtua Anggi bergantian. Degup jantungnya semakin cepat. Hatinya bergemuruh, ia berusaha keras untuk menahan diri dari rasa amarahnya. Entah sadar atau tidak, saat ini kedua tangannya sudah terkepal kuat.
"Lelaki seperti apa yang sudah dimilikinya. Tidak adakah kesempatan untuk saya memperebutkan putri Anda." Khal mencoba untuk menawar. Siapa tahu ia akan mendapatkan keberuntungan.
Berharap jika kunjungannya untuk melamar sang kekasih hati akan berjalan lancar, namun yang terjadi malah sebaliknya, bahkan ini lebih parah. Ia ditolak mentah-mentah tanpa adanya pertimbangan.
"Pulanglah! Saya tidak ingin membuat kesepakatan apapun. Anggi sudah menjadi milik orang lain."
Ayah Anggi menoleh sekilas ke samping. "Bawa putrimu masuk ke kamar."
Khal mematung. Benarkah yang saat ini sedang terjadi? Ia sungguh tidak menyangka jika hal semacam ini akan terjadi. Sekali berkedip cairan bening pun ikut turun ke bawah. Khal segera mengusap ujung matanya.
"Ayah, aku mencintainya. Tolong berikan kesempatan padaku, Ayah!" teriak Anggi.
Khal hanya bisa melihat sang kekasih yang terus dibawa masuk ke dalam oleh Mamanya.
"Pulanglah dan jangan pernah kamu datang lagi kemari!"
Seketika itu Khal menatap sosok lelaki paruh baya yang ada di depannya. Tak kuasa mendapati kekasihnya menangis dan berteriak. Khal pun memutar otaknya.
Brruukkkk
Khal berlutut di depan Ayah Anggi sambil mengatupkan kedua tangannya. "Tolong, berikan saya kesempatan untuk memiliki putri Anda!"
Nihil.
Ayah Anggi lebih memilih pergi sambil mengusap ujung matanya yang basah.
Khal menangis. Tubuhnya bergetar. Suara gedoran pintu masih dapat ia dengar. Perlahan Khal pun bangkit dari posisinya. Menatap ke atas di mana dua sosok pasangan paruh baya itu sedang menatapnya.
Khal sejenak tertegun. Ia dengan cepat mengusap wajahnya. Pandangan kedua mata mereka berbeda dengan yang tadi. Khal masih mematung dan saling menatap ke arah mereka. Hingga kedua pasangan tersebut memilih untuk segera mengakhiri keadaan ini.
"Aku seperti menangkap aura kesedihan dari wajah mereka, tapi kenapa? Bahkan tadi tampak sangat marah saat melihat ku."
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen...
Perlahan-lahan akan terungkap...
Semangat...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Salmah S
Thor apakah ada kaitan dengan masalalu?
2021-12-13
0
Merzin Prismi
thorrrr... syedih nih... jgn pisahin mereka
2021-04-23
0
Vera😘uziezi❤️💋
Penasaran rahasia apa ya bun??
2021-02-04
0