Sinar mentari pagi telah menampakkan dirinya. Memberikan kehangatan bagi siapa saja yang menyambutnya dengan gembira. Walaupun begitu, suhu ruangan yang ada di kamar Khal masih tetap dingin bahkan sama sekali tak memberikan efek pada sang pemilik.
Pintu tiba-tiba saja terbuka. Seseorang masuk ke dalam sambil membawakan makanan yang ada di tangannya. Untung saja hari ini adalah hari sabtu. Hingga ia tak harus bangun pagi untuk segera mengurus perusahaan.
Segera meletakkan makanannya di atas nakas. Kemudian ia pun duduk di tepi ranjang. Sedikit menggoyang bahunya.
"Khal, ayo bangun!" Suara lembutnya seakan lagu tidur untuk Khal. Bergerak saja tidak, malah ia terlihat semakin nyenyak dalam tidurnya.
"Khal, ayo bangun! Ini sudah pukul 10."
Kembali menggoyangkan tubuhnya. Namun, Khal sama sekali tidak bergeming. Ada rasa sedih dan juga haru menyelimuti hatinya. Sejak acara sarapan selesai, Zeline berulangkali datang ke kamar itu hanya untuk melihat keadaan sang Adik. Bahkan ia sampai tak mengindahkan ajakan sang suami untuk ikut jalan-jalan bersama kedua putranya ke taman komplek.
Hanya tinggal dirinya dan juga Keen yang berada di rumah saat ini, namun Keen tidak sendirian, ada Bella yang saat ini sedang menemaninya ngobrol di belakang sambil berenang.
Hhhhuuuufftt...
Zeline menghela nafas. Ia merasa sedih melihat keadaan adiknya. Tadi Keen sudah menceritakan semuanya pada Kakak dan juga Kakak iparnya. Wanita itu mengiba.
"Apa aku harus memberikan kabar ini pada Om Denis, ya."
Zeline menimang sesuatu. Kemudian ia segera bangkit dari duduknya. Melangkah keluar dari kamar tersebut menuju kamarnya sendiri. Ia berniat untuk menghubungi orang tua keduanya.
****
Sinar mentari mulai merangkak naik. Tepat pukul 10 pagi, kedua pasangan yang sedang asyik berenang mulai keluar dari dalam kolam. Mereka pun segera menyambar handuk dan memakainya, tentu menggunakan handuk kimono ya, agar pemandangan vulgar tidak terekspos ketika ada bocah yang mungkin sebentar lagi akan kembali dari kegiatannya.
Keduanya duduk salin berhadapan di kursi malas yang ada dipinggiran kolam. "Keen, sepertinya Kak Khal belum juga bangun," celetuk Bella.
Keen menatapnya dan mengngguk setuju. "Iyah, sepertinya begitu, tidak usah dipikirkan, ada Kak Zeline yang menemaninya."
Bella melahap cemilan yang tadi sudah disiapkan oleh pelayan rumah. Segelas jus mangga dan beberapa camilan telah menemani kehangatan suasana romantis keduanya.
Keen telah memulai semuanya dari awal lagi. Ia memantapkan hatinya hanya untuk tidak lagi tergoda. Lelaki itu begitu lekat memandang wajah cantik kekasihnya. Sontak hal itu membuat Bella menjadi risau.
"Ada apa, Sayang? Apakah ada sesuatu?" tanya Bella dengan cemas.
Keen melebarkan bibirnya sambil menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya tidak sabar ingin memilikimu seutuhnya. Bersabarlah sebentar lagi, oke."
Tersipu malu, Bella tersenyum lebar. "Jika aku tidak sabar, sudah sejak kemarin-kemarin aku pergi meninggalkan mu."
Keen menggenggam salah satu tangan Bella. Ia merasa sangat bersalah karena sebulan kemarin sudah membohongi dirinya, bahkan telah berniat berpaling darinya.
Aku sungguh bodoh karena sempat merasakan jatuh cinta pada orang yang dicintai oleh Kak Khal. Padahal aku sudah mendapatkan wanita cantik dan baik seperti ini. batin Keen berbisik.
"Semoga saja Kakak bisa mendapatkan cintanya kembali."
"Hemm ... aku tidak sabar untuk menunggu hari itu, sayang."
Keen terkekeh kecil. "Jadi kamu sudah tidak sabar lagi ingin segera menikah denganku, benar begitu?"
Satu pukulan mendarat pada lengannya. Bella merasa malu. Wajahnya memerah, hal itu membuat Keen kembali terkekeh.
Keromantisan mereka berdua pecah. Keduanya menjingkat kaget ketika mendengarkan teriakan dari dua bocah yang saat ini telah berdiri di ambang pintu.
"Uncle. Kenapa gak ngajakin kita kalau tadi akan berenang," ucap Deva dengan kesal.
"Iyah, kalau tahu Uncle renang, kita tidak akan mau ikut Papa ke taman. Udah panas, gak asyik lagi," imbuh David juga tak kalah kesal.
Keen beranjak dari duduknya. "Memangnya kenapa, kok bisa gak asyik?" tanya Keen penasaran.
"Katanya ada banyak anak-anak di sana kalau weekend begini. Ternyata di sana cuma ada banyak anak balita, dan ibu hamil." Deva meluapkan kekecewaannya.
Seketika itu Keen terbahak. ha ... ha ... ha ... ha
"Lalu, apa saja yang kalian lakukan selama beberapa jam di sana?" tanya Keen setelah puas terbahak.
"Papa tu, malah godain bayi-bayi yang ada di sana. Bahkan ada ibu-ibu yang meminta Papa untuk menjaga bayinya," jawab David dengan kesal.
"Biar saja nanti aku akan cerita pada Mama," imbuhnya.
Seketika itu Deva menoyor kepala adiknya. "Dasar ember. Kenapa kamu cerita? Papa sudah bilang jika ini adalah rahasia, jangan sampai ketahuan orang," tutur Deva dengan sengit.
Hal itu membuat Keen dan Bella semakin terbahak. Usia mereka tidak jauh berbeda, hal itu membuatnya terlihat seperti sepasang anak kembar.
"Sudah-sudah, jangan begitu. Uncle dan Aunty akan menjaga rahasia kalian, oke. Dah, yuk kita berenang bersama."
"Iyah, ayo ganti baju kalian dulu!" sahut Bella.
Setelah keduanya mengangguk, segera mereka berlari kecil untuk kembali masuk ke dalam rumah karena ingin mengganti pakaiannya.
Namun saat ia melintasi ruang tengah. Sapaan dari beberapa orang membuat kedua bocah itu menghentikan langkahnya. "Deva, David, kalian mau kemana?" tanya Zeline.
"Deva, David," sapa Rena yang duduk di ruang tengah bersama dengan yang lain.
"Rena, Reno, kapan kalian datang?" tanya David sambil melangkah mendekat ke arah kumpulan orang yang sedang duduk disana. David dan Deva segera mencium tangan Denis dan Kayla bergantian.
"Baru saja datang," jawab Rena.
David kini memutar sedikit tubuhnya. Menatap sosok wanita cantik yang sangat disayanginya. "Mama, kami ingin berenang bersama dengan Uncle dan Aunty. Bantu kami mengambil baju renang kami, Ma," seru David.
"Wah, renang. Aku juga mau," sahut Rena Sambil mulai beranjak.
"Yah baiklah, sepertinya ada baju renang Milikmu yang pernah tertinggal di sini, Rena," ucapnya. Sejenak Zeline menatap ke arah dapur. "Panggil Bu Titin di dapur, sayang. Minta tolong untuk ambilkan baju renang kalian. Mama sedang sibuk," imbuhnya.
David pun segera melangkah pergi ke dapur, Sedangkan Deva dan Rena melangkah naik ke atas untuk menunggunya di kamar.
Kembali lagi pada kumpulan orang yang ada di ruang tengah. "Jadi bagaimana ceritanya, Zeline?" tanya Denis sekali lagi.
Zeline menghela nafasnya. Mereka berempat dan satu bocah di antaranya telah duduk manis. Satu persatu Zeline menatap lawannya.
"Khal tidak mendapatkan restu dari kedua orangtua kekasihnya, Om. Keen bilang sih, kalau Kekasih Khal sudah memiliki jodoh yang dipilihkan oleh orangtuanya,"
Denis tertegun. Ia hanya tau jika bulan lalu Keen memberikan kabar jika Khal telah menjalin kasih dengan seseorang. Namun ia sangat tidak menduga jika hubungan harus serumit ini hingga membuat Khal kembali pada kehidupannya yang lama.
"Oh, begitu. Yah biar nanti Om saja yang berbicara padanya. Om, sangat syok mendengarnya, Zeline. Semoga saja dia tidak melakukan hal buruk setelah sadar nanti."
Om Denis merasa sangat bersalah dan juga sedih. Ia merasa gagal untuk menjaga keponakannya sesuai dengan janjinya pada Almarhum Kakaknya.
Kak, apa yang harus aku lakukan saat ini? batin Denis
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Rose Try
khal keen, david devan, rena reno, aahhhh chika chiki, lala lili, tralala, lala, trilili, lili
2021-11-26
0
Vera😘uziezi❤️💋
Makin penasaran
2021-02-04
0
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
lanjut thor
semoga sukses dan sehat selalu thor
2021-01-22
0