Terdengar jeritan bercampur lelehan air mata. Melengking tinggi yang diikuti oleh cengkraman kuat tangannya pada seprei. Hanya sesaat saja dan semuanya pun berlalu.
Suara jeritan karena menahan sakit sudah tak terdengar lagi. Kini hanya terdengar suara merdu yang mengalun indah mengikuti irama dari gerakan yang diciptakan oleh sang lelaki. Masih membimbing wanitanya dengan cukup baik, bahkan ranjang pun ikut menjadi saksinya.
Sang rembulan bernyanyi di kegelapan malam. Tersenyum indah pada langit. Saling melengkapi agar dapat memberikan keindahan pada bumi. Masih setia dengan keadaannya, berharap keindahannya bisa memberikan kebahagiaan pada siapa saja yang melihatnya.
Namun, sepertinya kedua insan yang sedang dimabuk cinta tidak perlu melihatnya. Mereka sudah bisa menciptakan sendiri rasa cinta dan kebahagiaan yang dapat memberikan sensasi luar biasa itu sendiri.
Masih melemparkan senyuman yang saling mendamba. Bagai bunga yang bermekaran di taman kota. Keduanya telah melampiaskan hasratnya setelah beberapa menit berlalu. Sang lelaki telah ambruk di samping wanita cantik itu dengan nafas yang masih memburu. Dadanya naik turun dengan cepat. Sisa-sisa keringatnya pun masih tampak jelas di tubuh kekarnya.
"Terimakasih, sayang," ucap sang lelaki dengan bangga. Perlahan salah satu tangannya terulur untuk merapikan anak rambut wanitanya yang tampak berantakan. Ada rasa cinta yang tertahan. Ia benar-benar ingin memiliki wanita itu seutuhnya.
Sang wanita mengalihkan pandangannya. Menatap sosok lelaki tampan yang baru saja menggagahinya. Tersenyum manis dengan wajah tersipu malu. Sejenak ia mematung, salahkah dirinya dengan perasaan yang saat ini telah singgah dihatinya. Ia merasakan debaran jantungnya yang mulai tidak terkendali. Tak bisa dipungkiri jika lelakinya juga sangat menawan, tidak jauh berbeda dengan seseorang yang telah lama singgah dihatinya.
Sesaat kemudian, sang lelaki menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Sedikit menggeser tubuhnya sambil berkata, " Semoga kamu segera hamil, sayang. Aku sungguh menginginkan kehadiran sosok anak kecil di antara kita."
Wanitanya mengangguk. Entah itu sadar atau tidak, bahkan senyuman itu terlihat sangat indah saat ini. Tak segan sang lelaki memeluknya. "Berjanjilah untuk tetap berada di sisiku!" balasnya.
Terdengar kekehan kecil. "Tentu saja. Aku sudah membuka bisnis baru di Jakarta. Sudah cukup tiga bulan ini aku berada jauh darimu."
Ciuman kilas dari sang wanita membuat sang lelaki tersenyum lebar dengan hati yang sangat lega bahkan lebih dari lega. Mungkin lebih tepatnya berbunga-bunga.
"Ayo kita tidur, kamu pasti lelah!"
Masih dalam keadaan berkabut cinta. Sang wanita mengangguk kecil sembari mengangkat tangannya untuk memeluk tubuh lelakinya. Seakan tak ingin terpisahkan, keduanya tertidur saling berpelukan.
Malam telah merangkak semakin naik. Hingga tak terasa sudah hampir tengah malam keduanya saling melepaskan kerinduan. Hanya kebahagiaan dan kepuasan yang mereka rasa. Bahkan belum terpikirkan oleh sang wanita, apa yang nanti akan ia lakukan setelah menyadari keadaannya.
****
Ditempat lain.
"Kenapa ponselnya nggak bisa dihubungi?"
Terdengar gerutuan dari seseorang. Sosok lelaki yang sejak beberapa menit lalu telah merasakan kacau dihatinya. Ia tampak sangat kesal. Berulang kali menghubungi seseorang karena ingin meluapkan kegundahan hatinya. Namun, yang dihubungi sama sekali tak menjawab panggilannya.
"Sepertinya dia sudah tidur," gumamnya.
Masih bermonolog sendiri untuk meyakinkan hati. Sekali lagi ia mencoba keberuntungannya. Mungkin seseorang yang ada di seberang sana sedang sibuk dengan kegiatannya.
Menghela nafas berat.
Segera ia menyudahi aksinya. Meletakkan ponselnya di atas nakas dan kini ia pun memulai untuk menata mimpinya. Menyamankan diri di atas tempat tidur. Miring ke kanan, miring ke kiri dan terlentang. Terus berusaha untuk menutup mata dan memulai menyambut mimpi, namun yang terjadi pikirannya melayang jauh.
Sesaat ia kembali membuka matanya. Mengusap wajahnya kasar yang diikuti oleh hembusan nafas panjang. Hatinya merasa semakin tidak tenang. "Kenapa aku terus memikirkannya. Semoga saja tidak terjadi sesuatu padanya."
Kegundahan hatinya terus mengusik ketenangannya. Kemudian segera ia bangun dari tidurnya dan duduk bersandar pada sandaran tempat tidurnya. Menekuk sebelah kaki dengan salah tangannya menyugar rambut.
"Ada apa ini? Kenapa aku merasa sangat tidak nyaman?"
"Semoga saja tidak terjadi sesuatu padanya."
Sebaiknya, besok aku datang saja ke Rumah Sakit, jika dia tidak juga mengangkat panggilan dariku. batinnya.
****
Di suatu tempat.
Cahaya lampu tampak redup. Suasana sunyi senyap tanpa ada yang mengganggunya. Sangat fokus menatap layar datar yang ada di depannya. Hatinya bergemuruh.
Ia sedang sibuk mengamati beberapa foto yang baru beberapa jam tadi diterimanya dari sang kekasih. Tak menyangka jika wanitanya bisa memberikan foto yang menakjubkan seperti itu.
Tanpa sadar salah satu tangannya terkepal kuat dengan salah satu tangannya meremas ponsel yang masih berada dalam genggaman tangannya.
"Sialan! Bagaimana bisa dia terlihat begitu baik layaknya seorang peri?!"
"Sebenarnya, apa yang sedang kamu sembunyikan?!"
Nafasnya terbuang kasar. Sesaat kemudian ia memukul meja dengan tangan yang masih terkepal. Sungguh ingin meledak isi kepalanya. Suasana hati tiba-tiba memburuk bersamaan dengan isi kepalanya yang sedang kacau.
"Tunggu saja hingga aku kembali! Tidak akan ku biarkan kau menyakiti hatinya."
Dengan kasar ia menutup layar laptopnya, segera ia melangkahkan kakinya menuju tempat tidur. Masih tak mengubah raut wajahnya. Masih keras dan tegang. Bahkan hati dan pikirannya pun masih tetap resah.
Jika saja bisa, ia sangat ingin sekali segera kembali pulang dan akan mengungkapkan semuanya. Ia merasa tidak terima pada kenyataan yang telah menyiapkan luka untuk seorang lelaki yang sangat baik menurutnya.
Tak bisa menahan diri lagi, dengan nafas yang mulai berat, ia melepaskan rasa sesaknya melalui lelehan air mata. Bukan dirinya yang sedang mengalami luka, namun hati begitu pedih saat mengingat luka yang akan menyambut saudara kembarnya.
Rasa tak terima masih melekat dibenaknya. Sungguh sakit. Hanya membayangkannya saja tak kuasa. Ia tak sanggup menyaksikan sendiri ketika nanti apa yang sedang dipikirkannya menjadi nyata.
Sosok Kakak beserta saudara kembarnya adalah panutan baginya, dewa penolong dan penyelamat untuknya. Bagaimana bisa orang sebaik itu akan mendapatkan luka? Masih berlarut dalam suasana hatinya. Perlahan rasa kantuk membelai, hingga ia pun pada akhirnya membawa kesedihannya dalam mimpi.
Bersambung...
Kita hanya manusia biasa yang terlalu tertarik untuk memandang dan menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Cantik dan tampan bisa menjadi poin utama apalagi diikuti oleh kekayaan dan kemapanan. Padahal kecantikan hati lebih baik dari apapun yang ada pada diri manusia.
Kekhilafan yang hakiki yang sering kali dilakukan adalah kita para manusia yang dengan sengaja membutakan mata untuk menatap seseorang melalui hatinya, bukan dari ada apa-apanya yang dimiliki.
Tidak ada maksud memprovokasi atau menyudutkan seseorang. Author hanya ingin menyampaikan sebuah pendapat yang mungkin saja dapat memberikan pandangan lain yang lebih baik.
Ambil nilai positifnya yah...
Mohon jangan dibully...
🙏🙏🙏🙏🙏
Jangan lupa like dan komen...
Terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Rose Try
kadang cerita yg selalu menyembunyikan idetintas membuatku bingung kesan bertele2,
2021-11-26
0
Feronika Lanny
si Anggi ternyata jadi perempuan "aneh" 🙈
2021-05-10
0
Merzin Prismi
thor... knp khal harus ngalamin kisah yg begini sih thor. tdinya aku pikir anggi bakalan berjuang buat cintanya sm khan tp ternyata malah..... hhmmmmm....
2021-04-23
0