Episode 4

Keesokan harinya

Keen berjalan dengan sangat santai. Melangkah menuju ruang kerja Kakak kembarnya. Walaupun mereka berada di dalam satu perusahaan, namun ruangan kerja mereka terpisah jauh, sesuai dengan wilayah kekuasaan masing-masing.

Lelaki itu menghentikan langkahnya. Baru saja ingin meraih knop pintu, namun yang terjadi pintu itu telah terbuka lebih dulu.

Khal mengernyitkan keningnya. Tidak biasa sang adik akan berkunjung ke tempatnya. Firasat buruk tiba-tiba datang dan hingga di dalam hati. Sebelah bibirnya terangkat.

"Ada masalah apa sehingga membuatmu datang kemari, Keen?" tanya Khal yang seakan sedang menyindir.

Keen sama sekali tidak merasa marah. Pasalnya ia sudah sangat kenal bagaimana sikap Kakak kembarnya itu. "Aku ingin mengajak Kakak untuk makan siang bersama. Apa Kakak sibuk?"

Khal bersendekap tangan. Ia menatap Keen dengan serius. "Kau tidak biasanya melakukan ini padaku, Keen. Katakan saja, ada apa?" desak Khal merasakan ada sesuatu yang mengganjal.

"Aku hanya ingin makan siang bersama. Apa begitu saja Kakak menyimpulkan jika aku sedang merencanakan sesuatu."

Keen mendengus kesal. "Yasudah, kalau Kakak tidak mau. Aku akan pergi saja."

Khal tersenyum remeh. "Aku sudah lama mengenalmu sebelum Mama. Jadi aku tahu apa yang saat ini sedang kamu lakukan. Ayo!" ucapnya.

Keen terkekeh. "Memang Kakak tahu apa?"

Keduanya mulai melangkah pergi meninggalkan perusahaan. Siang ini mereka akan makan siang di luar sesuai dengan keinginan Keen.

"Aku tahu jika kamu sedang merencanakan sesuatu."

Dan begitu saja Keen sudah kembali terkekeh. "Kakak memang ahlinya dalam membaca gerakan lawan."

Khal hanya menggeleng tanpa berniat untuk menjawab atau menjelaskan. Terlalu banyak pekerjaan hari ini, dan ia sudah cukup pusing dengan semuanya. Tidak ingin ambil pusing lagi dengan meladeni ucapan Keen.

****

Ditempat lain

Sosok wanita cantik baru saja turun dari mobilnya. Setelah merasa siap dengan penampilannya, ia pun segera melangkah masuk kedalam Cafe.

Mencoba tenang dalam keadaan gugup. Bahkan keringat dingin mulai bermunculan. "Pertemuan ini lebih mendebarkan daripada saat ujian praktek."

Hhhhuuuufftt..

Menghembuskan nafasnya sebelum ia memilih tempat duduk yang sesuai dengan keinginannya. Matanya menyorot setiap sudut. Hingga kini telah berhenti di satu sudut yang berada di paling belakang dekat dengan jendela.

"Tenang Anggi. Tenang."

Wanita itu bermonolog pada dirinya sendiri. Mencoba untuk mengurangi kegugupan yang mulai mengambil alih hatinya.

Krreekkkk

Ia menarik kursi dan segera duduk. Seorang pelayan Cafe datang, Anggi tak ingin menunda lagi untuk memesan sesuatu.

Setelah selesai, sang pelayan pun segera pergi meninggalkan dirinya. Anggi memegang dadanya. Degup jantungnya semakin tak karuan ketika ia menatap kearah luar jendela. Sosok lelaki yang kemarin ditemuinya, kini telah melangkah masuk kedalam Cafe, bersisian dengan dengan lelaki lainnya yang saat ini telah membuatnya merasa tidak nyaman.

"Apakah dia Khal?" ucapnya lirih, "Dia masih tetap sama. Wajahnya tampak kaku seperti dulu."

Ia tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya ketika melihat Keen sedang mencari dirinya. Kedua lelaki itu melangkah mendekat. Anggi merasakan hatinya semakin berdebar.

Sesaat langkah kaki Khal melambat. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya ketika melihat sosok wanita cantik yang sedang tersenyum.

Astaga... benarkah yang ku lihat ini? batin Khal.

"Maaf membuatmu menunggu," ucap Keen.

Keduanya saling melemparkan senyuman manis sebelum Keen memilih untuk duduk terlebih dahulu. Kini tinggal lah dua insan yang sedang berkabut rindu. Mereka saling memandang dalam diam. Mencoba menahan diri untuk tidak melakukan hal konyol.

Keduanya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Ada rasa canggung dan juga gugup. Waktu seakan berhenti. Pertemuan ini sungguh tak disangka akan terjadi.

Khal tersenyum manis, mewakili hatinya yang saat ini sedang berbunga-bunga. Tak lama ia pun segera menyodorkan tangannya. "Lama tak jumpa, Nggi. Bagaimana kabarmu?" tanya Khal dengan masih menatap lawannya begitu dalam.

Anggi meraih tangan Khal dan berucap, "Hem... sekarang aku sudah sangat baik, Khal. Maaf karena waktu itu aku pergi tanpa pamit padamu."

"Sudah, dong. Aku sendirian, jadi jangan dicuekin," sahut Keen.

Niat hati ingin bercanda, tapi kedua orang itu malah asyik saling melirik. Keen mendengus kesal. Sesaat kemudian, ada seorang pelayan datang. Khal dan Keen segera memesan makanan dan minuman.

"Bagaimana ceritanya kalian bisa bertemu?" tanya Khal membuka percakapan.

Anggi menatap Khal. "Kekasih Keen sedang dalam perawatan ku saat Keen menjemputnya."

Alis Khal terangkat sebelah. "Maksudnya perawatan mu?"

"Dia adalah dokter yang sedang menangani luka Bella kemarin, Kak. Anggi sekarang sudah menjadi dokter," sahut Keen dengan nada bangga karena ia telah lebih dulu mengetahuinya.

Khal sekilas menoleh ke samping di mana adiknya berada. Kemudian kembali menatap ke depan. Lebih baik menatap wanita cantik daripada menatap kearah Keen. Mungkin begitu pikirnya.

"Gak nyangka jika kita bisa bertemu lagi."

Anggi mengangguk. "Aku pun sama, Khal. Masih tidak percaya jika aku kembali bertemu dengan teman sebangku dan juga teman yang menolongku kala itu."

Percakapan terhenti ketika sang pelayan membawakan makanan dan minuman yang telah dipesan oleh Anggi.

"Sekali lagi terimakasih, Khal. Jika saja kamu tidak segera menghubungi sopirku, mungkin keadaanku tidak seperti sekarang," ungkap Anggi.

"Lalu bagaimana dengan penyakitmu? Apa sudah sembuh?" tanya Khal penasaran.

"Tentu Khal. Aku sudah melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang. Semuanya sudah berakhir dan bahkan sekarang aku sudah bisa menjadi seorang dokter," jelasnya.

Keen hanya menatap keduanya dalam diam. Ia mulai merasa tidak nyaman melihat keduanya yang mulai asyik mengobrol sendiri. Awalnya ia mencoba untuk biasa saja. Namun, semakin banyak waktu yang terlewati, ia pun merasa semakin tidak betah.

"Kak, maaf yah, aku lupa kalau hari ini aku harus menemui Bella," ucap Keen tiba-tiba. Bahkan ia pun sudah beranjak dari duduknya.

Anggi dan Khal sungguh terkejut. "Keen, kenapa kau tidak bilang dari tadi," sahut Khal sedikit kesal. Ia pun juga ikut beranjak dari duduknya. "Aku tidak bawa mobil jika kau lupa."

Anggi pun kini juga ikut berdiri. "Kok, kalian jadi pada pergi. Itu makanannya baru saja datang," ucap Anggi mencoba untuk mencegah kepergian mereka.

"Kamu bawa mobil kan, Nggi?" tanya Keen.

Anggi mengangguk kecil. "Iyah, kenapa?" jawabnya. Ken sekilas menatap kearah kakaknya dan kini berganti menatap Anggi. "Kamu bisa kan, antar Kakak balik kalau kalian sudah selesai makan siang. Soalnya aku buru-buru."

Tanpa menimang, Anggi segera mengangguk. Pasalnya ia memang sangat ingin sekali menahan Khal agar tidak ikut pergi.

"Apa tidak merepotkan mu nanti?" tanya Khal pada Anggi.

Hei, tentu saja tidak. Bahkan aku sangat senang sekali bisa lebih lama bersamamu. batin Anggi.

"Tenang saja! Hitung-hitung aku membalas kebaikanmu Khal," jawab Anggi. Mendengar itu membuat Khal tersenyum tipis.

Dalam keadaan yang lain, terlihat Keen sedang memasang wajah malas. Ia menatap tidak suka pada keduanya. Tidak ingin berada terlalu lama di antara mereka. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu."

Sambil melambaikan tangannya, Keen pun berlalu.

Entahlah, aku merasakan sesak di dadaku saat melihat Kak Khal dan Anggi begitu akrab. batin Keen.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Becky D'lafonte

Becky D'lafonte

lah masak ken suka jg sm anggi

2022-02-08

0

Salmah S

Salmah S

kayaknya Keen naksir sama Anggi deh...

2021-12-13

0

nyonya_norman

nyonya_norman

keen anggi atau keen bela?

2021-01-19

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!