Kilau kuning keemasan mulai menampakkan diri. Perlahan langit pun berubah menjadi langit jingga. Jika saja mampu, siapapun yang menatapnya, pasti akan merasakan ketenangan.
Seseorang sedang gusar di tempatnya. Langit yang begitu indah bahkan tak dihiraukannya. Berulangkali ia melirik jam tangannya. Namun raut wajahnya tetap sama.
Sesaat kemudian ia mengambil ponselnya dari dalam kantong celana. Sepertinya, ia akan menghubungi seseorang, menempelkan benda pipih itu dekat daun telinga.
"Halo, Keen. Kau bisa menjemput ku? Pak Herman mendadak gak bisa jemput, anaknya sakit."
Menunggu dan sedikit berharap jika seseorang yang ia hubungi bisa untuk membantunya.
"Sorry, Kak. Hari ini aku lagi jalan-jalan bareng Bella. Ini udah di Mall."
Khal menghela nafasnya. Merasa sedikit frustasi, ia harus segera menuju ke suatu tempat. Yah ... tentu saja tempat di mana sosok kekasihnya berada. Ceritanya tu, ingin melepas rindu.
"Sayang, biar saja lah. Ayo kita jemput Kak Khal!" sahut Bella.
Keduanya sejenak saling memandang. Bagaimana jika nanti Bella bertanya macam-macam dengan Kakak? Astaga, jangan Keen ... jangan .... batin Keen.
Keen menggeleng dan berbisik, "Kakak akan marah kalau tahu kita sedang belanja. Biar saja dia pulang naik taksi."
"Tapi, Kan. Kamu tadi sudah bilang kalau kamu sedang di Mall."
"Iyah, tapi kan, aku nggak bilang kalau lagi belanja."
Bella mengangguk, membuat Keen merasa aman.
"Kak, Kakak pulang naik taksi saja, ya. Aku sedang mencari kado. Nanggung juga soalnya kita baru sampe."
Khal mendesah kasar. Sial! Dia malah asyik pacaran. batin Khal.
Tut.
"Lihat saja, lain kali aku tidak akan mau membantu mu. Adik Sialan."
Segera Khal memasukkan benda pipih tersebut ke dalam kantong celananya. Melangkah perlahan untuk mencari taksi. Setelah dapat, ia pun bergegas masuk ke dalam.
Beberapa menit kemudian.
Taksi berhenti di sebuah Rumah Sakit swasta. Khal memberikan uang lebih untuk sang sopir. Namun, uang itu tidak cuma-cuma, ia meminta pada sopir taksi itu untuk mengantarkan kopernya ke rumah.
Dengan memasang senyuman, Khal mulai melangkah. Menyusuri koridor Rumah Sakit tersebut. Bayangkan sosok cantik kekasihnya yang terkejut, sudah terlintas. Ia mengulum senyum.
Bahagia dihatinya begitu nyata, seakan ingin cepat-cepat bertemu agar dapat melepas rindu. Kini ia tahu, apa yang dikatakan oleh Dilan itu benar, jika menahan rindu itu memang sangat berat.
Khal menghentikan langkahnya. Sejenak ia melirik dirinya sendiri. Memastikan penampilan diri, agar tampak sempurna di depannya. Hem berwarna hitam yang bercorak bunga, sangat pas dipadukan dengan celana jeans yang dipakainya. Tersenyum tipis. Ia siap untuk segera bertemu.
tok tok tok
Beberapa kali ia bersabar menunggu seseorang untuk menjawab salam darinya. Namun, tetap nihil hingga beberapa menit berlalu. Merasa sedikit kecewa. Ia segera berbalik badan karena merasa sang kekasih yang sedang sibuk di tempat lain.
"Dddoooorrrrrr."
"Astaghfirullah haladzim," pekik Khal sambil memegang dadanya. Ia sungguh terkejut dibuatnya.
Seseorang terkekeh senang. Bahkan ia terbahak melihat ekspresi wajah Khal. Masih terbahak, dan hal itu membuat Khal sedikit kesal, namun juga bahagia.
"Jadi kamu sengaja ngagetin aku, yah."
Setelah puas terbahak, ia segera menutup mulutnya agar tawa tak meledak lagi. Menatap sosok lelaki tampan yang sejak beberapa hari kemarin telah membuat hatinya hampa.
Anggi menggeleng. "Nggak. Hanya kebetulan aja ada kesempatan ngerjain kamu."
Tak menghiraukan keadaan, bahkan Khal tak berniat menanggapi obrolan dari wanitanya. Segera ia membawa tubuh Anggi ke dalam pelukannya. Begitu erat seakan tak ingin terlepas.
"Aku merindukanmu, sayang."
Satu kecupan hangat mendarat dengan sempurna di puncak kepala. Keduanya saling tersenyum merasakan hangatnya suasana. Melepaskan segala lembaran rindu yang mungkin saja sudah berubah menjadi sebuah buku.
Angin sore membawa dedaunan kering berjatuhan, seakan alam ikut serta dalam kisah cinta keduanya. Menyaksikan dengan senyuman indah pada sepasang kekasih yang sedang melepaskan rindu.
"Eherm...."
Deheman seseorang telah menyadarkan keduanya. Segera Khal dan Anggi melepaskan diri. Keduanya menatap malu pada seorang Dokter yang saat ini sedang berada di depan mereka.
"Ah, maaf Dokter Luna. Ada keperluan penting apa sehingga datang kemari, Anda bisa saja meminta perawat untuk memanggil saya, jika Anda ingin." Anggi pun segera melangkah membukakan pintu ruangannya. "Mari masuk dulu, Dokter Luna!"
Anggi menatap Khal, "sayang, tunggu bentar yah!" Khal mengangguk mantap.
Dokter Luna tersenyum lembut. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, namun wajahnya masih tetap menawan. Matanya bergerak menatap Anggi dan Khal secara bergantian.
"Nggak papa, Dokter Anggi. Sudah di sini saja. Jangan terlalu sungkan! Saya hanya ingin mengatakan jika saya besok tidak bisa masuk, bisa kamu menggantikan saya untuk jaga?"
Mereka masih bertahan di tempatnya. Anggi melirik ke arah Khal. Sebenarnya ia keberatan karena besok Khal akan berkunjung ke rumahnya. "Ehmm...."
Setelah melihat Khal mengangguk, Anggi pun segera memberikan jawaban. "Iyah, Dokter. Saya bisa."
Tersenyum lebar. Dokter Luna melangkah mendekat pada keduanya. "Terimakasih yah. Semoga hubungan kalian langgeng."
Anggi tersenyum bahagia. Khal pun juga sama. "Baiklah, saya permisi. Maaf sudah mengganggu waktu kalian."
"Ah, Dokter Luna bisa saja."
Setelah Dokter Luna pergi, khal dan Anggi saling menatap. "Katanya kamu mau main ke rumah, kalau aku besok masuk kerja, main kerumahnya ditunda dulu dong. Kan, aku sudah bilang sama Mama."
Khal terkekeh. "Kenapa risau. Aku bisa main ke rumahmu nanti malam. Aku tidak ingin menundanya lagi." Khal melirik jam tangannya. "Sekarang aku akan pulang, dan nanti malam aku akan main ke rumah untuk melamar mu."
Senyuman indah terbit setelahnya. Khal tampak begitu tampan. Wanita mana yang tidak kesemsem melihatnya. Anggi mengangguk semangat. Tak lupa ia pun tersenyum lebar untuk meluapkan kebahagiaan.
"Baiklah, aku tunggu!"
Masih dengan mempertahankan senyumnya, Khal sedikit memajukan wajahnya. Ciuman di pipi kanan Anggi pun tersampaikan.
Sejenak keduanya saling menatap. Membiarkan beberapa orang menatapnya dengan tatapan aneh bahkan lucu.
"Oyah, sampai lupa. Ini untukmu, aku membelinya khusus."
Khal menyodorkan paper bag yang sejak tadi dibawanya. Anggi pun tak menolak. Bahkan ia terlihat begitu senang s saat menerimanya. "Makasih, yah. Sudah sana pulang. Aku takut kamu kecapean."
Khal terkekeh kecil. "Baiklah, sampai bertemu nanti malam."
Saling melambaikan tangan. Khal melangkah semakin menjauh. Anggi tersenyum ditempatnya. Masih tak bergeming menatap sosok kekasihnya yang saat ini sudah pergi.
"Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti sekarang. Terimakasih sudah mempertemukan aku dengannya."
Hatinya masih berbunga-bunga. Bahkan, sadar atau tidak jika saat ini paper bag yang tadi diberikan oleh Khal sedang berada di dalam pelukannya.
Bersambung...
Berikan dukungan kalian dengan like dan komen...
kisah mereka belum berakhir yah gaes...
kepoin terus...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Feronika Lanny
semoga hubungan Khal n Keen gak retak🙏
2021-05-09
0
Vera😘uziezi❤️💋
🤣 🤣 🤣 🤣
2021-02-03
0
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
q suka thor,ceritanya seru
semoga sukses dan sehat selalu thor
2021-01-21
0