Yuk kita nostalgia sedikit dengan Pasangan Legendaris Rafania Amora dan Ammar Al Malik. Keduanya memiliki pahatan wajah yang sempurna. Tak ada yang bisa mengelaknya. Bahkan sang Author pun terpesona pada keduanya. 😘😘😘
Cung yuk yang kangen sama kemesraan mereka!!
Khaleed Ghazi Al Malik
Sosok lelaki yang tampan yang sedikit keras. Mungkin keras kepalanya menurun dari Ammar sang Ayah. Ia sangat susah untuk di atur, namun ia lebih bisa mandiri dan tegas daripada adik kembarnya.
Keenan Ghazi Al Malik
Kedua lelaki tampan ini adalah anak kembar Nia yang tidak diragukan lagi ketampanannya. Kini keduanya sudah beranjak dewasa. Sejak usianya 23 tahun, tiga tahun yang lalu, mereka berdua sudah belajar untuk siap menjadi seorang pemimpin. Walaupun begitu, keduanya tak meninggalkan pendidikan yang tinggi.
Bukan karena apa-apa. Karena memang keadaan yang harus membuat mereka harus sanggup menerima keadaannya. Mama cantiknya Meninggal karena mengalami serangan jantung, dan setelah 40 harinya sosok Papa tampannya menyusul karena mengalami gagal ginjal. Sungguh miris sekali kisah mereka.
Jangan salah, walaupun begitu, keduanya sudah sangat siap untuk mengambil alih perusahaan besar Keluarganya. Tentu saja semuanya juga tak jauh dari campur tangan Kakak iparnya yang selalu menjadi pembimbing terbaik bagi mereka berdua.
Kembali lagi pada cerita Khal dan Keen.
Terdengar suara gelak tawa dari sudut Cafe yang cukup digemari oleh para anak muda jaman sekarang. Sepasang pria dan wanita sedang asyik berbincang. Tidak menghiraukan keadaan sekitar.
"Sungguh aku tidak menyangka jika kita akan bertemu lagi," ungkap Keen masih tidak percaya.
Tiga hari sudah berlalu, tanpa sepengetahuan Bella, keen mengajak Anggi untuk mengobrol berdua karena ingin melepaskan rindu. Entah karena memang ingin melepaskan rindu ataukah ada hal lain, itu hanya keen yang tahu.
Anggi kembali terkekeh. "Hem... waktu aku pergi berobat di Singapore, Keen. Meninggalkan Kakak mu tanpa kabar. Aku sungguh merasa bersalah padanya."
Keen kembali meletakkan cangkir kopi miliknya setelah menyeruputnya sedikit. Ia tersenyum menatap wajah bersalah dari sahabatnya tersebut.
"Yah, Kak Khal sangat terpuruk saat ia tidak bisa mendapatkan kabar tentang dirimu. Bahkan, dia juga minta tolong pada pamanku yang juga dokter di rumah sakit tempatmu di rawat kala itu untuk mencari tahu keberadaan mu." Keen tersenyum sejenak, "Mama melarang paman untuk menuruti keinginannya. Mama ingin Kak Khal agar kembali fokus belajar."
Anggi mendengus sebal. Ia merasa bersalah. Namun, kejadian itu sudah beberapa tahun berlalu. Tidakkah ia bisa melupakannya saja agar rasa tidak nyaman itu menghilang dari dirinya.
"Jika kamu tidak keberatan, tolonglah aku agar bisa bertemu dengannya. Aku ingin sekali meminta maaf padanya, Keen."
Keen tersenyum lebar sembari mengangguk. "Tentu saja. Lebih dari sekedar bertemu, aku pun tak keberatan membantu."
Kali ini Anggi menaikkan sebelah alisnya. "Apaan sih, Keen."
Keen kembali terkekeh. "Dia masih jomblo, Nggi. Kau tidak ingin mendaftarkan diri? Tampan, baik dan tentu saja mapan. Sudah pasti akan menjadi idaman banyak wanita."
Lelaki itu menaikkan kedua alisnya berulangkali untuk menggoda wanita cantik yang ada di depannya. Namun, sang wanita hanya terkekeh. "Yah, wanita mana yang akan menolaknya. Tentu, aku pun tidak menolak."
Kali ini Keen juga ikut terkekeh. " Baiklah, sepertinya, kisah asmara kalian dimasa lalu akan terulang kembali. Aku akan membantumu."
dddrrrrtt... dddrrrrtt...
Sejenak keduanya menghentikan gelak tawa. Perhatian mereka teralihkan pada suara dering ponsel yang berasal dari dalam tas milik Anggi. "Sepertinya aku ada panggilan mendadak."
Keen mengangguk faham. Ia hanya terdiam saat melihat gadis cantik di depannya itu sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
Entah mengapa, ia merasa tidak bosan-bosannya menatap. Wajah cantik itu seakan mengalihkan hidupnya.
Mungkin seperti ini ketika Kak Khal merasakan debaran cinta dengan seorang wanita. batin Keen.
Ia mengkambinghitamkan Kakaknya atas perasaan yang saat ini sedang ia rasakan.
"Keen, sepertinya aku harus pergi. Ada pasien gawat darurat yang harus ku tangani."
Anggi sudah beranjak dari duduknya. "Tapi, apa tidak ada dokter yang jaga sesuai shift yang ditentukan."
Wanita itu mengangguk. "Dokter Jaganya sedang ijin mendadak karena anaknya sakit, Keen. Aku pergi dulu. Salam untuk Kekasihmu. Bye...," pamitnya terburu-buru.
Wanita cantik nan anggun itu sudah melangkah pergi meninggalkan Keen yang saat ini masih mematung ditempatnya. Tersenyum tipis saat mengingat wajah cantiknya.
"Dia semakin cantik saja."
****
Ditempat lain.
Seorang wanita sedang menggerutu tidak jelas. Berulangkali menghentakkan kakinya untuk menyalurkan rasa kesalnya pada seseorang.
"Dia sudah setengah jam lebih terlambat menjemput ku. Benar-benar menyebalkan."
Masih mencoba bersabar. Setia menunggu sang kekasih hati di depan kantor tempat dirinya bekerja. Hubungan mereka sudah terjalin satu tahun yang lalu setelah acara reoni kampus diselenggarakan. Tak disangka jika keduanya memang sudah saling memiliki perasaan sejak lama. Hingga kini keduanya telah menjadi sepasang kekasih.
Beberapa menit kemudian.
Sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti tepat di depannya. Kaca mobil telah terbuka. Menampilkan sosok lelaki tampan yang sedang tersenyum ramah.
"Honey, maafkan aku. Jalanan cukup macet dari Cafe tempatku bertemu dengan Client," ucap Keen berbohong.
Seharusnya, ia tidak perlu berbohong hingga seperti itu. Toh, ia tidak melakukan apapun, jadi seharusnya ia tidak perlu takut. Hem... alasannya bukan karena takut gaes, melainkan sosok Bella ini adalah wanita yang pencemburuan dan sayangnya, Keen sangat mencintainya.
"Honey, maafkan aku, oke."
Keen yang baru saja turun dari mobil segera merangkul bahu kekasihnya. Merayunya dengan tutur kata dan sentuhan lembut. "Bagaimana jika kita mampir beli es krim?"
Tersenyum. Bella mengangguk kecil. "Baiklah." Disusul oleh pekikan keras dari dalam hati Keen. Iyah bersorak karena Bella sudah tidak kesal lagi.
Keduanya segera masuk ke dalam mobil. Keen meraih tangan kiri Bella yang kemarin terluka. "Baguslah, jika lukanya sudah mengering."
Bella tersenyum. "Harus dong. Gak mungkin juga aku harus ambil cuti lagi. Jatah cuti ku pengen ku ambil nanti ketika kamu melamarku, Keen."
Seketika itu Keen mematung ditempatnya. Ia sedikit kepayahan menelan ludahnya. Bukannya ia tidak ingin segera melamar kekasihnya itu, namun ia tidak ingin mendahului Kakaknya.
"Aku akan melamar mu ketika Kak Khal sudah mendapatkan wanitanya. Kita sudah membicarakan mengenai hal ini juga, kan."
Bella meraih tangan Keen. "Iyah, aku tahu, tapi masa bertunangan saja harus menunggu Kak Khal mendapatkan Kekasih. Mama sama Papa juga ingin melihat aku menjalin hubungan yang lebih serius lagi denganmu, Keen. Kita sudah menjalani hubungan ini kurang lebih satu tahun, dan hubungan kita sama sekali tidak ada kemajuan."
Keen sedikit merasa tidak nyaman. Melepaskan genggaman tangannya. Ia menyandarkan kepalanya di jok mobil. Wajahnya berubah menjadi resah.
"Kamu tahu sendiri, kan. Kak Khal sangat sulit untuk berhubungan dengan wanita. Jika aku lebih dulu bertunangan. Bagaimana perasaannya? Tunggulah sebentar lagi, Honey. Aku akan mencarikan wanita yang tepat untuk Kakak ku itu. Setelah berhasil baru aku akan segera melamar mu."
"Hem... baiklah, semoga kamu lekas mewujudkannya."
Bersambung...
Anggita Maharani
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
ya ampun knp cepet kali nia dan ammar meninggal
2022-02-08
0
Yen Margaret Purba
memang sih ud tua pasangan itu tp apakah bs sikembar jalani hidup mreka dg 1 cinta anggi ini
2021-04-29
0
Diana Lestari Purba Dasuha
kenapa d buat ninggal pasangan Nia en Ammar Thor, berharap mrk Mash ada d crta sikembar...
yahh sangat d sayangkan
2021-04-28
0