Kini di sore hari, Veby beserta suaminya dan putranya tampak sudah bersiap-siap untuk pergi kerumah Miranda. Tidak hanya mereka saja, tapi Renaldo dan keluarganya juga sudah tampak bersiap-siap.
Veby satu mobil dengan Putra dan Felix,. sedangkan Renaldo naik mobil mereka sendiri, yang mereka gunakan saat datang ke desa. Mereka mengikuti mobil yang dibawa Felix. Felix hanya mengikuti arah yang dikatakan mamanya. Karena dia memang belum mengetahui posisi rumah Miranda saat mereka keluar dari rumah mereka sendiri.
Tiga mobil mewah berhenti di depan rumah yang tampak kecil, depan rumahnya tampak tersusun rapi bambu-bambu yang dijadikan sebagai pagar, dan juga banyak bunga-bunga yang cantik dan tampak terawat. Veby dan Putra langsung turun dari dalam mobilnya, sedangkan Felix tampak hanya diam saja. Dia sungguh terkejut melihat tempat tinggal Miranda saat ini.
Tidak hanya Felix saja yang terkejut, Renaldo beserta keluarganya juga sangat terkejut. Mereka tidak menyangka kalau Miranda Dan Sartika tinggal di rumah yang sangat kecil. Mereka juga ikut turun dari mobil mereka.
tok...tok...
Veby mengketok rumah Miranda, yang lainnya hanya diam berdiri melihat pintu rumah itu. Mereka terus membuka pintu rumah itu. Tapi, Miranda tidak juga keluar dari dalam.
"Maaf permisi! Cari neng Ira ya?" seorang ibu-ibu keluar dari dalam rumah yang disebelah rumah Miranda, mungkin dia keluar karena terus mendengar suara gedoran pintu.
"Iya, Bu! Ira nya ada didalam kan?" tanya Veby dengan lembut.
"Tadi, neng Ira pergi Bu! Katanya sih dia mau ke depan! Mungkin sebentar lagi dia datang!" ucap ibu itu.
"Oh! Makasih ya, Bu!" jawab Veby.
Akhirnya mereka memilih menunggu didepan rumah Miranda. Tidak butuh waktu yang lama, mereka melihat wajah yang dinanti-nantikan mereka. Ternyata apa yang dikatakan ibu itu, benar, kalau Miranda akan kembali sebentar lagi.
Mereka melihat sosok Miranda yang hanya menggunakan celana pendek, kaos yang agak besar, rambut yang dikepang dua dan tidak lupa dengan kacamatanya yang bulat. Membuat dirinya tampak aneh dilihat orang. Mereka juga melihat Miranda membawa bungkusan kecil yang bisa dilihat kalau didalamnya ada satu butir telur dan satu bungkus Indomie, karena bungkusannya yang putih bening. Meskipun begitu dia masih tampak manis, karena dia tampak sangat polos.
Miranda sebenarnya terkejut melihat papanya dan seluruh keluarganya ada didepan rumahnya. Ingin rasanya dia berlari memeluk seorang pria yang bertubuh tegap, rambutnya yang sudah mulai tumbuh rambut putih, tapi masih tampak sangat gagah dan keren, sehingga pria itu tidak tampak tua. Tapi, tiba-tiba dia merasakan dadanya mulai terasa sesak, dan bayangan yang sangat menjijikkan baginya dan mamanya, terlintas dipikirannya. Wajahnya sudah mulai, berkeringatan. Dia ingin sekali lari dari tempat itu, dan apa lagi mereka mulai maju mendekati dirinya. Dengan cepat dia, mulai melangkah mundur dan memberikan tanda dengan tangannya supaya mereka tidak maju lagi. Miranda langsung menutup matanya dan mulai menarik nafasnya dalam-dalam. Semuanya tampak sangat panik melihatnya, apalagi Miranda tiba-tiba saja tampak pucat.
"Mira sayang kamu tidak apa-apa?" Miranda mendengar suara yang sangat dirindukannya, terdengar seperti suara orang yang kuartir.
Miranda tiba-tiba teringat AAP yang dikatakan dokter Jenny padanya, dia langsung mencobanya berharap bayangan itu hilang. Setelah itu dia mulai membuka matanya dan menatap seluruh keluarganya dan Keluarga Felix secara bergantian. Dia pun mulai melangkah maju ke depan dan membungkukkan tubuhnya seperti memberikan hormat pada mereka.
"Selamat sore! Maaf, telah membuat kalian semua menunggu saya diluar!" ucap Miranda dengan dingin, dia berbicara seperti berbicara dengan orang lain.
Keluarganya tampak sedih melihat apa yang dilakukan Miranda pada mereka. Setelah menyapa mereka, Miranda melangkah ke depan untuk membuktikan pintu rumahnya.
"Silahkan masuk!" ucap Miranda kepada mereka semua.
Mereka pun langsung mulai masuk kedalam, dan duduk di sofa yang tampak lusuh. Hanya para orang tua saja yang duduk, karena sofa nya tidak muat untuk mereka semua, Felix dan Mike memilih berdiri. Sebenarnya ada satu kursi plastik yang bisa diduduki, tapi mereka tidak ingin duduk, karena biarlah Miranda saja yang duduk. Sedangkan Miranda masuk kedalam arah dapurnya. Dia langsung mengambil sirup yang ada didalam kulkas kecilnya, itu memang selalu dia sediakan untuk persediaan kalau ada orang yang datang ke rumahnya.
Renaldo yang awalnya duduk, langsung berdiri ketika melihat ada dua foto yang tergantung di dinding rumah itu.
Dia langsung mengelus foto itu, dia melihat ada mendiang istrinya dan putrinya yang masih kecil tampak bahagia, dan disampingnya juga ada foto yang sama tempat pengambilannya, yang berbeda hanya disitu dia melihat istrinya tampak sangat kurus dan putrinya yang sudah besar. Tidak hanya Renaldo saja yang memperhatikan tapi seluruh keluarganya juga ikut berdiri memperhatikan foto itu.
"Jangan sentuh foto itu!" Ucap Miranda dengan dingin.
Semuanya langsung melihat kearah Miranda yang berdiri menatap mereka sambil membawa minuman yang dibuatnya. Tanpa bantahan, mereka pun langsung kembali duduk di kursinya. Setelah mereka duduk, Miranda langsung meletakkan minuman yang dibawanya ke meja. Dan dia kembali ke dalam lagi. Dan Miranda langsung kembali lagi sambil membawa kursi plastik satu.
"Kak Elix dan kak Mike duduklah!" ucap Miranda kepada Felix dan Mike yang berdiri di dekat pintu. Mike yang mendengar Miranda memanggilnya kakak merasa bahagia dan langsung tersenyum.
"Tidak perlu, kami duduk saja!" ucap Mike.
"Tidak! Aku tidak mungkin membiarkan tamuku yang datang hanya berdiri saja. Silahkan duduk!" ucap Miranda lagi. Mike yang tadi tersenyum, langsung kembali sedih.
Karena Miranda hanya menganggap mereka hanya tamu, bukan Keluarganya. Mike dan Felix pun dengan terpaksa duduk karena Putra mengedipkan matanya kepada mereka, supaya mereka menuruti apa yang dikatakan Miranda.
Setelah itu semuanya tampak hening, suasana rumah itu terasa seperti dingin. Tidak ada yang mulai membuka suara.
"Nak Ira, apa sudah mulai sehat?" tanya Putra yang berinisiatif mulai membuka pembicaraan.
"Sudah om!" ucap Miranda.
"Maaf, saya ingin tahu atas keperluan apa keluarga pak Renaldo datang ke rumah saya?" ucap Miranda dengan dingin.
Mendengar putrinya menyebutkan namanya, membuat dia langsung sangat sedih. Tidak hanya dia saja, tapi seluruh keluarganya. Putra dan keluarganya tampak terkejut mendengar Miranda menyebutkan nama papanya,. seperti orang asing.
"Mira sayang..." ucapannya langsung terpotong karena Miranda.
"Jangan pernah memanggil ku dengan nama itu! Panggil saja aku Ira! Hanya Ira! Aku tidak suka memiliki nama yang sama dengannya!" ucap Miranda dengan dingin. Mira yang tahu, kalau yang dimaksud dirinya merasakan sakit di dadanya.
"Baiklah, papa dan keluarga mu kemari ingin menjemput, mu untuk pulang! Papa mohon maafkan papa dan kami semua, nak!" ucap Renaldo dengan wajah sendu.
"Baiklah aku akan memaafkan kalian!" ucap Miranda, semuanya langsung tampak bahagia. Tapi tidak dengan Mike dan Felix, mereka melihat ekspresi Miranda yang tampak biasa saja.
"Mulai hari ini aku ingin memaafkan kalian! Karena itu juga adalah permintaan terakhir dari mama ku!"
"Apakah benar sayang?" tanya Cantika, nenek dari mamanya.
"Tentu saja, asalkan kalian bisa mengabulkan permintaan ku!" ucap Miranda.
"Apa saja yang kamu minta, papa akan mengabulkannya!" ucap Renaldo bahagia.
"Baiklah. Hanya satu saja yang ku minta. Aku ingin hubungan kita tetap seperti selama ini, kita tetap seperti menjadi orang asing!" ucap Miranda dengan santai. Wajah bahagia mereka kini telah langsung hilang.
****
visual Felix Sanjaya
Visual Miranda Wijaya
Kalau tidak sesuai visualnya, kalian bisa membayangkan visual yang menurut kalian yg cocok, ya..🤭
Terimakasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Shinta
eh encut...
2022-10-13
0
kiki
visualnya merusak imajinasi gw thor
2021-10-14
0
santi asmara
ceritanya oc, visualnya ogah bngt
2021-04-24
1