Miranda kini dalam perjalanan menuju kampung sebelah. Saat didalam perjalanan, ojek yang dinaikkan Miranda mogok, akhirnya mereka berhenti di jalanan yang sepi. Miranda melihat sekelilingnya tidak ada orang yang lewat sama sekali.
"Gimana, pak? Sudah?" tanya Miranda pada tukang ojek itu.
Miranda tampak curiga dengan tukang ojek itu karena dari tadi terus menatap Miranda.
"Sebentar ya, neng!" ucap tukang ojek itu.
Saat Miranda memperhatikan sekelilingnya lagi, tukang ojek itu bangkit berdiri dan langsung meletakkan pisau dileher Miranda, dan tangan Miranda ditarik kebelakang tubuhnya.
"Jangan macam-macam! Sekarang ikut saya!" ucap pria itu.
Miranda semakin takut, dia bingung apa yang harus dilakukannya. Apalagi suasana saat ini sangat sepi. Miranda ingin sekali berteriak, tapi apalah daya! Mulut Miranda ditutup dengan rapat. Miranda dibawa kedalam hutan, Miranda menangis terus, dan berdoa ada seseorang yang dapat menolongnya.
Saat mereka sampai di dalam hutan, Miranda diikat di pohon.
"Hahaha. Nona bagaimana kalau kita hari ini menikmati indahnya dunia! Aku yakin, kamu pasti akan menyukainya!" ucap pria itu dengan tersenyum. Pria itu membuka ikatan mulut Miranda, karena dia merasa yakin kalau tidak akan ada orang yang mendengarnya.
"Tolong... tolong..hiks..hiks. Saya mohon lepaskan saya! hiks hiks hiks. tolong!" teriak Miranda.
"Hahaha. Berteriak lah sepuasnya!" ucap Pria itu dengan senyum licik.
Miranda sungguh merasa takut, mendengar ucapan pria itu. Dan tiba-tiba saja pria itu mensejajarkan tubuhnya dengan Miranda, lalu dia mengelus pipi Miranda. Karena perbuatan pria itu, tiba-tiba saja, Miranda teringat dengan apa yang telah dilakukan papanya dan tantenya.
Kini keringat sudah membasahi wajah Miranda dan dia merasakan dadanya seperti tertekan. Suaranya kini tiba-tiba menghilang begitu saja.
Pria itu langsung bangkit berdiri, dan melepaskan tali pinggangnya sambil menatap Miranda dengan tersenyum. Miranda sudah keringat dingin karena membayangkan apa yang dilakukan Papanya dan Tantenya. Dan disaat pria itu mendekati Miranda lagi, dan secara refleks
"Ah.........." Miranda menjerit Pria itu tampak terkejut Miranda berteriak histeris seperti orang yang kesurupan.
Bugh.
Tiba-tiba seseorang memukul pria itu dari belakang, sehingga membuat pria itu terhempas ke tanah. Karena pukulan itu sangat keras, membuat pria itu jatuh pingsan.
"Kalian urus dia!" ucap seorang pria yang memukul pria itu tadi.
"Siap komandan!"
Ternyata pria itu adalah seorang polisi dan ada juga beberapa anak buahnya dibelakangnya.
Flash back
Dua mobil dinas polisi melewati jalan yang dilalui oleh Miranda dan tukang ojek itu.
"Komandan Felix kereta siapa disana?" tanya seorang polisi yang disana. Felix pun melihat nya dari jendela mobil. Felix merasa curiga, dan matanya yang tajam melihat satu buku dan beberapa alat tulis berserakan di tanah.
"Berhenti!" ucap Felix.
Felix pun langsung keluar dari mobil dan berlari mendekati motor itu. Dan dia melihat rumput-rumput yang dipinggir hutan itu, seperti baru saja dilewati. Dengan instingnya yang tajam Felix masuk kedalam bersama anak buahnya, dan dia mendengar samar-samar suara wanita minta tolong sambil menangis. Dengan pelan, dia menyusuri hutan itu dengan mengikuti sumber suara.
Dan betapa terkejutnya Felix melihat seorang pria yang ingin melecehkan wanita. Dan apalagi dia melihat wanita itu sudah tampak pucat dan berkeringat dingin dan saat pria itu membelai pipi Miranda, Miranda langsung menjerit histeris. Dan tanpa aba-aba dia langsung memukul leher pria itu dari belakang.
Flash back end
"Bawa dia langsung ke kantor polisi. Aku yang akan mengurus nya nanti dan satu orang ikut dengan ku!" ucap Felix.
Akhirnya pria itu dibawa langsung ke kantor polisi, sedangkan Miranda tetap menjerit. Padahal beberapa polisi sudah berusaha menenangkannya. Felix mensejajarkan tubuhnya dengan Miranda dan menatap Miranda dengan lembut.
"Tenanglah, semuanya sudah aman!" ucap Felix dengan lembut. Tapi, tiba-tiba saja Miranda langsung pingsan, sehingga membuat Felix dan anak buahnya yang bernama Mario juga panik.
"Lebih baik kita bawa ke rumah sakit! Sepertinya dia merasa terguncang!" ucap Felix.
***
Sesampai di rumah sakit, Miranda langsung ditangani. Felix sudah memberitahu apa yang terjadi pada Miranda.
"Lebih baik kita pindahkan dulu keruangan! Sewaktu dia sadar nanti dia langsung ditangani dokter spesialis psikologis!" ucap seorang dokter muda.
"Baik, dok!" jawab Felix. Dokter itu pun langsung pergi.
Saat dia ingin melihat ke Miranda, namanya dipanggil seseorang.
"Felix!"
Felix langsung menghentikan langkahnya dan melihat kebelakang nya. Dan dia pun langsung tersenyum pada wanita itu.
"Rosa!" panggil Felix. Rosa dengan pakaian seragam putihnya, menunjukkan kalau dia adalah seorang dokter.
"Kamu tugas disini?" tanya Felix.
"Iya! Baru dua hari aku ditugaskan disini! Kamu disini kenapa?" tanya Rosa.
"Aku mengantar korban pelecehan tadi! Kami lagi menunggu dia sadar dulu, lalu diperiksa dengan dokter bagiannya!" ucap Felix.
"Oh. Ya, sudah aku lanjutkan pekerjaan ku dulu! Nanti kita lanjutkan obrolan kita!" ucap Rosa dengan tersenyum.
Felix pun langsung pergi, dan Rosa yang sudah melangkah pergi, dia langsung berbalik dan melihat punggung Felix dengan wajah yang sedih.
***
Di rumah kediaman Putra dan Veby yang kini lagi menikmati minuman sorenya, tampak saling berpikir dan mengingat wajah Miranda ketika tadi saat Miranda membuka kaca matanya untuk membersihkan kaca matanya.
"Mas, wajah Ira seperti tidak asing lagi ku! Wajahnya sangat familiar, dia mengingat ku dengannya!" ucap Veby.
"Benar juga, sayang! Saat dia membuka kaca matanya, membuat aku teringat dengannya! Apa dia anaknya?" ucap Putra.
"Gimana kalau kita rumahnya! Mana tahu kita mendapatkan apa jawaban dari pertanyaan kita!"
"Benar sekali!"
Putra dan Veby pun langsung pergi ke gang sebelah gang rumahnya dengan diantar supir mereka. Mereka tidak tahu rumah Miranda, karena mereka lupa tidak bertanya nomor rumah Miranda. Akhirnya mereka bertanya dengan orang yang dikampung itu. Putra menghampiri pria yang lagi membersihkan halaman rumahnya.
"Maaf, pak! kita mau numpang tanya!" ucap Putra.
"Eh, Juragan! Ada apa ya?" ucap pria itu dengan sopan, karena dia sangat mengenal siapa Putra.
"Kenal namanya Ira? Rumahnya di mana ya?" tanya Putra.
"Oh, nak Ira! Ini disamping rumah saya! Tapi, saat ini nak Ira tidak ada, juragan! Ada perlu apa ya?" Putra dan Veby langsung melihat rumah yang disamping rumah bapak itu. Rumah yang sangat kecil dan tapi dari halaman rumahnya tampak bersih dan terawat.
"Boleh saya tanya-tanya tentang Ira!" tanya Veby yang sangat penasaran dengan Ira.
"Boleh, Bu! Yuk silahkan duduk!" ucap bapak itu.
Mereka pun langsung duduk di kursi depan rumah pria itu.
"Maaf, dengan bapak siapa ya?"
"Panggil saja pak Jaka juragan. Saya bekerja di perkebunan teh juragan!"
"Oh, ya! Maaf ya pak, kami tidak tahu! Karena sudah lama tidak kemari! Jadi banyak lupa dengan nama pegawai kami sendiri!"
"Tidak apa-apa juragan! Kalau boleh tahu, juragan perlu tahu apa tentang nak Ira?"
"Ira tinggal sama siapa ya?" tanya Veby.
"Mamanya, Bu! Tapi, mama nya sudah lama meninggal! Kalau tidak salah ingat sewaktu dia masih SMA!"
"Oh. Mereka memang asli dari sini!"
"Tidak Bu! Mereka datang dari kota Jakarta! Mereka disini saat itu Ira masih kecil! Kira-kira umumnya masih 10 tahun!" Veby dan Putra saling memandang, mereka seperti memikirkan yang sama. Sama dengan orang yang ingin mereka ketahui.
"Nama mamanya Ira siapa ya?"
"Kalau tidak salah Ita Bu!"
"Apa itu nama aslinya?"
"Sewaktu saya membantu ibu Ika membeli rumah sebelah, saya melihat namanya sih Sartika Bu!" mata Putra dan Veby langsung membulat dan saling memandang.
"Tunggu sebentar, saya ingin menunjukkan pada bapak!" Veby langsung mengecek handphone nya. Dia melihat galeri foto-foto nya. Lalu setelah mendapat kan foto dirinya dengan Sartika sambil menggendong anak mereka masing-masing. Sartika mengendong putri nya yang masih berumur lima tahun dengan menggunakan seragam TK. Sedangkan Veby bersama putranya yang sudah tampak besar berumur delapan tahun dengan memakai seragam SD.
"Apa ini orangnya?" Tanya Veby dengan ragu dan matanya sudah mulai berkaca-kaca.
Pak Jaka pun langsung melihat kearah foto yang ditunjukkan Veby. Dan dia pun langsung tersenyum dan mengangguk kepalanya.
"Iya Bu!!"
Veby pun langsung lemas dan memeluk suaminya dengan menangis.
"Hiks hiks hiks hiks Akhirnya kita menemukannya mas! Tapi, dia sudah pergi mas! hiks hiks!" ucap Veby sambil menangis di pelukan suaminya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ratna Kurniati
pkokx thor jaht ma.sartika
2022-03-06
0
Aji Suharni
sahabatnya kah
2021-07-21
0
Ernawati Wati
ceritanya bikin nyesek Thor 😭😭
2021-06-28
0