Sepasang suami istri itu akhirnya memutuskan tidak akan memberitahu kepada putra mereka dengan apa yang terjadi pada mereka.
Keesokan harinya, Miranda kembali ke rumah sakit. Dia ingin melihat bagaimana perkembangan keadaan suami istri itu. Dia akan datang setelah dia selesai mengajar. Padahal dia mendapatkan tawaran pekerjaan di perusahaan yang terbesar.
Tapi Miranda lebih memilih mengajar dan wali kelas satu disalah satu sekolah di desanya, dia sangat senang sekali mengajar anak-anak. Apalagi muridnya saat ini, murid-murid yang baik dan pintar. Sehingga membuat Miranda tidak terlalu capek untuk mengajari mereka.
Selesai pulang kerja dia langsung kerumah sakit. Saat sampai disana dia melihat kedua suami istri itu tidak lagi memakai infus ditangan mereka.
"Siang om, Tante! Maaf, saya baru bisa datang!" ucap Miranda.
"Ira!" ucap mereka serentak dengan tersenyum ketika melihat Miranda masuk kedalam ruangan mereka.
Miranda langsung mencium tangan kedua suami istri itu, dan langsung duduk disamping wanita itu.
"Om dan Tante tidak diinfus lagi?"
"Tidak, nak! Hari ini kami sudah diperbolehkan pulang sebenarnya dari tadi. Tapi, kami sengaja menunggu kamu! Karena kami harus membayar biaya rumah sakit kami dengan, mu!" ucap suami wanita itu. Karena mereka mendapatkan informasi kalau biaya rumah sakit mereka telah di lunasi Miranda.
"Tidak perlu om, Tante! Saya ikhlas membantu! Lagian, biayanya tidak terlalu besar!" ucap Miranda dengan tulus.
"Oh, ya! Kalau begitu, Ira antar om dan Tante pulang, ya! Ira harus memastikan kalau om dan Tante selamat sampai rumah!" ucap Ira.
"Boleh, nak!" ucap Wanita itu dengan bahagia karena Miranda mau mengantar mereka, sehingga dia bisa sangat dekat dengannya. Mereka punya rencana ingin menjodohkan Miranda pada putra mereka.
"Oh, ya Ira belum tahu nama om dan Tante!"
"Oh, iya ya. Om dan Tante lupa kenalkan diri. Nama om Putra Sanjaya dan istri Om bernama Veby Sanjaya!" ucap putra dengan tersenyum.
Miranda hanya mengangguk kepalanya dengan tersenyum ketika mendengar nama kedua orang tua itu.
" Kalau begitu kita langsung bergerak saja ya om, Tante!"
"Boleh, Ra!" jawab Veby.
Mereka pun langsung keluar dari rumah sakit. Miranda membantu mereka untuk membawa tas Mereka. Miranda mengusulkan supaya mereka naik kursi roda, tapi mereka langsung menolak. Karena mereka merasa sudah sangat sehat. Akhirnya Miranda pun tidak memaksa mereka.
Saat mereka sampai di depan pintu rumah sakit, seorang pria datang menghampiri mereka. Mereka langsung menyerahkan kunci pada Miranda.
"Non, ini mobilnya!" ucap pegawai bengkel itu sambil menyerahkan kunci mobil Putra.
"Terimakasih, pak!" ucap Miranda.
Miranda menyuruh pihak bengkel untuk mengantarkan mobil Putra ke rumah sakit. Setelah mendapatkan kunci mobil itu, Miranda membawa Putra dan Veby ke parkiran rumah sakit itu.
Putra dan Veby yang mengenal mobil mereka, sangat terkejut kalau mobil mereka sudah ada didepan mereka. Putra langsung memeriksa keadaan mobilnya, dan tampak terlihat mulus. Mereka langsung menghampiri Miranda yang lagi memasukkan tas milik Veby dan Putra kedalam mobil.
"Nak, bukannya ini mobil kami?" tanya putra. Miranda pun langsung melihat kearah mereka dengan tersenyum.
"Iya, om! Saya sudah membawanya ke bengkel! Sekarang, om dan Tante masuk, ya! Biar saya yang bawa! Karena om, baru keluar dari rumah sakit, jadi om belum boleh membawa mobil!" ucap Miranda setelah memasukkan tas milik Veby dan Putra.
"Kamu, bisa bawa mobil?" tanya Veby.
"Bisa Tante! Saya dulu sewaktu di kota x, jadi supir truk angkut barang yang dari pasar! Kalau mata kuliah saya yang kosong!" ucap Miranda dengan bangga.
Veby dan Putra sangat terkejut mendengarnya. Seorang wanita muda mau yang mau bekerja seperti jadi supir angkut barang. Padahal setahu mereka banyak anak muda yang gengsinya tinggi, apalagi mereka sangat takut ketahuan sama temannya kalau dia orang susah.
"Wah, kamu hebat nak! Baiklah, om dan Tante akan naik!" ucap Putra dengan bangga.
Mereka pun langsung naik dan duduk di belakang. Miranda pun juga ikut masuk kedalam. Setelah Miranda memastikan kalau Veby dan Putra sudah duduk, Miranda langsung menyalakan mesinnya. Dan setelah itu dia mulai melajukan mobilnya. Miranda bertanya kepada mereka alamat rumah mereka. Mereka langsung memberi tahu pada Miranda alamat mereka.
"Wah, ternyata kita tinggal dekat ya om, Tante!" ucap Miranda sambil menatap mereka dari kaca yang didepannya.
"Kamu juga tinggal di jalan itu juga! Om, kira kita hanya tinggal satu desa saja, ternyata rumah kita juga dekat . Kamu tinggal satu gang dengan kami?" ucap Putra.
"Tidak, om! Saya tinggal di gang sebelahnya!" ucap Miranda.
"Owh! Ya, sudah kalau kamu tidak sibuk kamu, main-main kerumah om dan Tante ya Ra!" ucap Veby dengan semangat.
"Iya, Tante!" jawab Miranda dengan tersenyum.
***
Akhirnya mereka sampai dirumah Putra dan Veby. Rumah yang agak luas dan besar dikampung mereka. Saat sampai dirumah itu, Miranda ingat kalau itu adalah rumah juragan kebun teh yang sangat luas dikampung tempat dia tinggal. Miranda sangat kaget ternyata yang ditolongnya adalah pemilik kebun teh di kampungnya.
Veby dan Putra yang tahu kalau saat ini pasti Miranda mengenal rumah ini karena dari reaksi Miranda ketika melihat rumah mereka.
"Nak, yuk masuk!" ucap Veby.
"Ini bukannya rumah juragan kebun teh kampung disini? Berarti om dan Tante?" tanya Miranda dengan gugup. Mereka pun tersenyum sambil menarik Miranda masuk kedalam tanpa memperdulikan pertanyaan Miranda.
"Nyonya, tuan besar!" sapa seorang wanita tua yang tampak baru keluar dari dalam rumah sambil menundukkan kepalanya.
"Bibi Mumun, tolong bawakan barang-barang yang didalam ya!" ucap Veby.
"Baik, nya!"
Mereka pun langsung masuk ke dalam, sesampainya di dalam mereka langsung mempersilahkan Miranda untuk duduk dan mereka pun juga ikut duduk di depan Miranda.
"Bi, bawakan minuman untuk Ira ya!" ucap Veby saat bibi Mumun masuk kedalam sambil membawa tas milik Veby dan suaminya.
"Iya, Nya!"
***
"Ini rumah kami! Kami memang pemilik perkebunan teh yang ada dikampung ini! Ira sudah lama tinggal di sini?"jelas Veby.
"Kamu disini tinggal bersama orang tua kamu?" Ira pun langsung menggeleng kepalanya.
"Mama, sudah meninggal, Tan" ucap Miranda dengan menampilkan sedikit senyumnya.
"Maaf, Tante tidak tahu!" ucap Veby merasa bersalah karena merasa tidak enak dengan Miranda.
"Tidak apa-apa Tante!" ucap Miranda.
"Permisi ini minuman nya, tuan, non! Silahkan!" ucap bibi Mumun sambil tersenyum.
"Makasih ya, bi!" ucap Miranda dengan sopan.
"Sama-sama, non! Permisi!" ucap bibi Mumun dengan menundukkan kepalanya sedikit kepada mereka.
"Kalau begitu Ira tinggal disini sendiri?" tanya Putra setelah bibi Mumun pergi.
"Ia, om! Sewaktu kami pindah ke kampung disini, mama beli rumah yang ada di gang sebelah! Jadi sayang kalau ditinggalkan begitu saja."
"Oh!"
"Oh, ya om, Tante! Ira ijin dulu ya! Ira nanti sore ada urusan lagi dengan anak-anak kampung sebelah!" ucap Miranda.
"Kamu tidak makan dulu, nak?" ucap putra.
"Tidak usah om! Ira tadi sudah makan sebelum ke rumah sakit tadi. Terimakasih" tolak Miranda dengan sopan.
"Baiklah! Lain kali kamu main-main kemari ya!" ucap Veby!
"Iya, Tante! Permisi om, Tante!" ucap Miranda dengan menyalami tangan mereka berdua. Saat Miranda sudah berdiri Miranda merasa kalau kacamatanya agak sedikit berdebu, lalu Miranda langsung membukanya dan membersihkannya dihadapan Veby dan Putra. Saat kacamatanya terbuka, Veby dan Putra sangat terkejut melihat wajah Miranda. Mereka tampak saling memandang. Entah apa yang mereka pikirkan saat itu ketika melihat wajah Miranda tanpa kacamata yang besar itu, hanya mereka saja yang tahu.
Mereka langsung mengendalikan keterkejutan mereka saat itu juga. Mereka memilih untuk mengantarkan Miranda ke depan pintu mereka.
"Hati-hati ya nak!" ucap mereka serentak.
"Iya, om!" Ucap Miranda dengan tersenyum.
***
Didalam kamar, Veby menyuruh suaminya untuk menyelidiki latar belakang Miranda. Dia sangat penasaran tentang Miranda. Karena dia merasa wajah Miranda yang sangat familiar bagi mereka. Dan mereka juga ingin kalau Miranda lah yang akan menjadi menantu mereka.
Putra pun langsung menyuruh anak buahnya untuk mencari informasi tentang Miranda. Dan dia juga mengirimkan foto yang sempat mereka ambil saat mereka ingin keluar dari rumah sakit tadi siang kepada orang suruhannya.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ratna Kurniati
thornya hjahat ma sartika
2022-03-06
0
Aji Suharni
jgn meninggal dulu harusnya biar liat karma buat keluarga besarnya dulu
2021-07-21
3
Nur Laili
kenapa mamax ira mati thor
2021-04-25
1