Masih dengan rasa tidak percaya apa yang telah terjadi beberapa menit lalu, seolah pikirannya saat ini kosong dan hanya satu terkunci pada kejadian tadi.
Gadis ini berdiri di depan cermin dalam toilet wanita di sekolahnya, Aluna kembali mengingat kejadian tadi.
*Flashback On.
Perlahan Rey mendekat kearah Aluna membuat mata Aluna terpejam dengan nafas tercekat.
Tuk.
Bunyi dagu Rey yang menyentuh tepat di atas kepalanya membuat Aluna membuka mata, tubuh yang tegang dan detak jantung yang tidak karuan, Aluna pikir Rey pasti dengan jelas bisa mendengarnya, dan satu lagi dengan jarak sedekat ini dengan jelas indra penciumannya sangat tajam saat aroma tubuh Rey menyeruak masuk pada hidungnya.
Aroma ciri khas dari Rey membuat suhu tubuhnya menegang bahkan Ac di ruangan perpus ini terasa tidak mempan. Terdengar helaan nafas dari Rey yang menggelitik ubun ubunnya.
"Mulai detik ini, saat ini, hari ini lo milik gue!" Nada yang tegas penuh penekanan, saat Aluna akan mengatakan sesuatu dengan cepat Rey menyel, "Gue gak nerima penolakan dan perkataan gue mutlak tidak bisa dibantah dan lo-" Rey memundurkan tubuhnya dan kini menunduk menatap Aluna yang juga menatapnya. "Lo milik gue!" Sekali lagi perkataan itu terucap dengan tegas dan penuh penekanan.
Penampilan Rey yang memang diatas rata rata untuk kaum adam membuat siapapun terpesona bahkan Aluna sendiri, hati Aluna ingin membantah pernyataan itu namun lidah dan tubuhnya terasa kelu sulis sekali untuk berkata dan memberontak.
Rey yang santai bersandar pada lemari buku dengan kedua tangan yang di masukan di saku celana, matanya tajam menatam intens pada Aluna, gadis itu semakin menegang keringat mulai berucuran di pelipisnya.
Satu tangan Rey terulur, "Lo milik gue Aluna!" Dan sekali lagi kata itu terlontar Rey kembali mendekatkan wajahnya mencium kening Aluna lama, bagaikan terkena aliran setrum puluhan volt tubuh Aluna menegang.
Dan setelah itu Rey pergi meninggalkannya tanpa bicara apa apa lagi sepontan tubuh Aluna melorot kebawah duduk dilantai memegang dadanya seperti seseuatu mendesak ingin melompat dari tempatnya.
Jantungnya begitu cepat berdegup, Aluna ingin ini semua hanya mimpi tapi suara jantungnya yang kencang menyadarkan dirinya bahwa ini bukan mimpi. Aluna menggelengkan kepalanya lalu berusaha berdiri walau lututnya terasa lemas, tujuannya saat ini adalah toilet guna untuk melihar dirinya sendiri didepan cermin.
Flashback Off*.
Dan disinilah Aluna masih berdiri dengan tatapan kosong dalam isi kepalaya seperti kaset yang bisa mengutar kembali pada kejadian itu, slide demi slide ingatan kejadian tadi terus berputar dalam isi kepalanya.
Aluna bingung dia harus merespon seperti apa, ini telalu tiba tiba tanpa memikirkan perasaannya sendiri, dan Rey mengatakan itu dengan sepihak megklaim dirinya menjadi milik Rey bahkan Aluna untuk menolak pun sulit, dan ini aneh.
Aluna tersadar saat mendengar bunyi bel istirahat telah berakhir, jadi selama apa dirinya diam di depan cermin hingga melupakan jam istirahat dan mengisi perutnya, bahkan Aluna melupakan Nadia yang pasti sekarang uring uringan mencarinya.
Aluna kembali merutuki dirinya sendiri.
Bodoh!
********
Benar saja saat Aluna tiba dikelas dia melihat sorot mata Nadia yang menyeramkan bagaikan ibu tiri di salah satu sinetron yang belogo ikan terbang.
Dengan nafas yang terengah engah akibat berlari dari toilet menuju kelas, perlahan Aluna mendekat kearah bangkunya dimana disana Nadia sedang bersedekap dan menatap tajam bagaikan singa betina ingin memangsa santapannya.
"So-sorry!" Cicit Aluna yang sekarang duduk berhadapan dengan Nadia, namun Nadia masih tetap diam dengan wajah marahnya.
Aluna menunduk, dia bingung harus menjelaskan dengan jujur atau kebohongan.
Jika jujur dia takut dan jika bohong Aluna pun merasa takut kebohongan nya akan terus panjang.
"Nad sorry!" Sekali lagi Aluna meminta maaf.
"Jelaskan!" Akhirnya Nadia berbicara meski hanya satu kata yang penuh penegasan.
Aluna mengigit bibir bawahnya kedua jarinya saling bertautan resah, Aluna tidak terbiasa melakukan kebohongan tapi..
"T-tadi gue ketemu Bu Sonya Di-disuruh ke perpus!" Dengan terpaksa Aluna berbohong, gadis itu memejamkan matanya.
Nadia mengrenyit bingung, "Maksud?"
"G-gue di tawarin olimpiade sama Bu Sonya!" Jelas Aluna, iya yang ini memang tidak berbohong Aluna sempat bertemu dengan Bu Sonya saat menuju perpus dan Bu Sonya menawarkan perihal olimpiade.
Gadis itu mempertimbangkan tawaran Bu Sonya dan akan menemui nya nanti,
Sedikit kebenaran dengan bumbu kebohongan, miris, Aluna kembali memejamkan matanya menghembuskan nafas panjang.
"Oke gue percaya." Seketika Aluna mendongang namun tangan Nadia menahan Aluna yang akan memeluknya.
"Tapi gue masih kesel sama Lo, Gue nunggu Lo sekian lama tapi lo gak muncul muncul dan lo tau? Mie ayam yang gue pesenin buat lo habis di makam Doni. Kesel gue sama lo!" Aluna tersenyum dia sudah tidak merasa khawatir akan kejadian tadi, ternyata Nadia marah oadanya karena mie ayam yang Nadia pesan untuknya di makan habis oleh Doni teman sekelas kita yang duduknya tepat di depan Aluna.
Perdebatan kecil itu pun terhentikan karena guru yang akan mengajar sudah datang, dan semuanya fokus kedepan.
Akhirnya bunyi bel pulang sekolah pun berbunyi setelah sekian lamanya otak di isi dengan berbagai macam materi yang hampir membeludak, sorak senang terdengar ricuh disetiap kelas siapa yang tidak bahagia waktu pulang telah tiba.
Aluna dan yang lainnya membereskan semua buku diatas meja dan memasukannya kedalam tas, "Nadia, lo masih marah sama gue?" Tanya gadis itu setelah memasukan semua peralatan sekolah nya ke dalam tas.
Nadia seketika menghentikan aktivitasnya untuk memasukan bukunya lalu menoleh pada Luna dan menggeleng pelan, seketika Nadia tersentak karena ulah Aluna yang memeluknya tiba tiba.
"Ihhss apa sih lo peluk peluk gue!" Risih Nadia mencoba melepas pelukan Aluna.
"Thanks Nad lo emang temen baik gue, besok gue traktir lo dehhh!! Taoi tar gue mau minta ka Andri dulu duitnya,, heheheh!" Memang beginilah Aluna, Nadia tidak pernah benar benar marah pada Aluna, dan sebaliknya begitu.
"Yu keluar!" Ajak Aluna yang di angguki Nadia.
Mereka berdua berjalan saling merangkul menuju gerbang sekolah, sesekali tertawa kecil karena Nadia menceritakan perihal tadi di kantin bersama Doni.
Banyak pasang mata yang melihat mereka namun apa peduli kedua gadis itu yang terpenting sekarang pulang..
Langkah Aluna terhenti saat melihat sosok yang amat sangat dia kenal tengah berdiri di sana dan memandangnya, Nadia yang bingung kenapa temannya ini mendadak berhenti padahal parkiran masih beberapa langkah lagi.
"Nad,lo duluan aja ya, udah pesen gojek kan?" Tanya Aluna mengalihkan pandangannya pada Nadia.
Nadia mengangguk, "Iya udah, udah di depan nih." Nadia memperlihatkan layar ponselnya bahwa ojolnya sudah menunggu di depan gerbang.
"Ya udah lo duluan aja, gue mau nunggu Kakak gue." Ucap gadis itu sebisa mungkin tidak memperlihatkan kegugupannya saat ini karena sosok pria itu masih terus memperhatikan.
"Oke kalau begitu, bye Luna janga lupa besookkk...!!!" Aluna menghembuskan nafas berat temannya ini kalau soal gratisan tidak pernah lupa, dan untung saja Nadia tidak curiga.
Setelah benar benar Nadia pergi dan tak terlihat, dengan langkah ragu Aluna mendekati pria itu.
"Kenapa nunduk?Hemmm." Tanya pria itu saat Aluna sudah berada di dekatnya.
"Kenapa Kaka disini?" Pertanyaan bodoh semua juga tau kalau diparkiran mau apa.
"Lo pulanh bareng gue!" Perintah lagi yang di lontarkan oleh pria itu, Aluna mendongak, "Kenapa harus dikasih penegasan dulu sih biar lo mandang gue." Aluna mengalihkan wajahnya kesamping wajahnya terasa panas entah cuaca saat ini atau emang perkataan Rey barusan.
"T-tapi Kak Andri!" Cicit Aluna, Aluna bingung dan takut bicara dengan Andri jika pulang bersama seorang laki laki.
"Biar gue yang bilang." Ucap Rey yang langsung berjalan kearah motor Andri yang masih terparkir karena Rey melihat Andri sedang berjalan menuju motornya.
Sedangkan Aluna, gadis itu masih berdiri disana tanpa bergerak dan hanya melihat kedua pria jangkung dan keren disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments