Makan malam akan dimulai sebentar lagi, gadis manis nan cantik itu sudah memakai piama serba panjang tengah berjalan menuju kamar Andri yang tak jauh dari kamar nya.
Tok tok tok...
"Kak Andriiiii.... Ayo turun kita makaaaannnn...!" Dengan suara cempreng yang di buat buat sangat lantang memanggil Andri.
"Ish!! Berisik Lo." Andri mengusap kedua telinganya saat keluar pintu kamar dan melewati Aluna begitu saja.
Aluna mengerucutkan bibirnya dan menghentakan kakinya, selalu saja di tinggalin jika seperti ini, tapi memang itu cara kedekatan mereka berdua.
"Buruan katanya mau turun." Ucap Andri yang kini sudah menuruni anak tangga, dengan cepat Aluna pun menyusul dan sekarang sudah berada di belakang Andri.
Dan disinilah mereka berdua duduk di kursi meja makan hanya berdua karena tante Anita masih belum pulang, iya sih bulan bulan sekarang tuh pasti banyak banget yang PO gaun ke tante Anita, karena memang butik tante Anita sudah terkenal kualitas yang top markotop.
"Selamat makan!" Ucap gadis itu setelah membaca do'a sebelum makan, lalu menyuapkan makanannya.
Tidak ada percakapan apapun saat makan, memang Aluna diajarkan seperti itu dan Andri pun sama, hanta terdengar suara dentingan sendok dan piring saja. Hingga mereka pun selesai makan, Aluna selalu membantu membereskan bekas makan malamnya dan terkadang membantu mencuci piring kotor meski Bi Siti melarang tapi Aluna mau.
"Lun!" Panggil Andri yang sekarang mereka berada di ruang keluarga tengah menonton tv.
"Hemm." Gadis itu hanya bergumam.
Ck.
Andri berdecak lalu meraih wajah Aluna agar menghadapnya, "Dengerin kek gue ngomong." Ucapnya tepat di depan wajahnya.
"Ish iya ih.. iyaaa..." Dengan cemberut Aluna terpaksa harus teralihkan dari serial kartun yang ada di tv kesukaannya.
"Maaf! Maaf tadi gue narik tangan Lo!" Ucap Kak Andri lirih.
"Ma-maksud Kak Andri?" Aluna bingung dengan ucapan Andri barusan. Kenapa harus minta maaf kan Kak Andri gak salah. Pikir gadis itu.
"Sebenernya tadi pas udah upacara gue mau nyamperin Lo tapi gue liat ada Aldan disana, dan gue sempet denger ajakan Aldan ke lo, gue bersyukur lo ada kelas seudah jam istrahat, gue gak mau lo keluar dari jalur lo, gue gak mau lo mendapatkan gara gara, sebisa mungkin lo harus tidak berurusan dengan orang orang tenar di sekolah. Lo paham kan maksud gue?" Andri memegang kedua bahu Aluna, dan Aluna mengangguk bahwa dirinya mengerti.
Iya Aluna tau, Aluna paham, dirinya harus tidak mencari gara gara bahkan Aluna harus terus berada di jalur yang memang sudah di atur sedemikian rupa. Aluna sadar karena memang ini terpaksa harus dia lakukan, bahkan kebalikan dari sikap aslinya saat dulu sebelum kejadian itu menimpanya.
Aluna berkaca kaca saat kembali mengingatkan hal itu membuat Andri khawatir, "An, sudah jangan di ingat oke! Lo sekarang ada gue." Andri membawa Aluna kedalam pelukannya, Andri sudah menganggap Luna sebagai adiknya sendiri, Andri sebenarnya senang jika Aluna tinggal disini karena dirinya ada temen, meski kedua sahabat Kak Andri juga suka maen ke rumah.
Dan, iya kedua sahabat Kak Andri gak boleh sering sering nyapa Aluna disekolah, mereka harus bersikap cuek di sekolah kecuali Kak Andri sendiri, namun berbeda jika mereka sudah berkunjung ke rumah Kak Andri, mereka selalu merecoki, berisik, bikin berantakan rumah bahkan sering juga menjahili Aluna.
Kak Andri menenangkan Aluna agar tidak teringat kejadian buruk itu, "Udah ya nonton kartun aja, gak papa gue ikhlasin buat lo sekarang gak nonton balap motor kesuakaan gue." Dengan semangat Aluna menyengir, ini sebuah keberuntungan baginya Andri mengalah demi kartun kesukaan Aluna dia rela tidak menonton balap motornya, padahal tak pernah sekali pun Aluna dibiarkan merebut remot tv.
Langsung saja Aluna standby dengan mata berbinar menonton kartun, Andri menghela nafas dengan terpaksa dia harus menguras kuotanya karena harus streaming nonton balap motor kesuakaannya. Memang cepat jika membujuk Aluna dengan acara kartun.
Gue gak akan biarin hal itu terulang kembali sama lo Na. Gumam Andri dalam hati.
Andri akan berusaha sebisa dirinya untuk melindungi Aluna dari apapun yang mungkin akan datang hal buruk, apa lagi ibu kota, sebenarnya Andri dari awal khawatir jika Aluna tinggal disini tapi, jika Aluna sendiri itu lebih bahaya dan membuat semuanya khawatir.
"Lo jadi adik gue yang penurut oke?" Andri mengusap kepala Aluna, dan Aluna hanya mebalas dengan anggukan karena mata binarnya tak lepas dari serial kartun robot kucing itu.
******
"ALUNAAA... " Sungguh sangat berisik suara cempreng melengking yang memang murni tidak di buat buat, suara Nadia membuat seisi kelas meringis mengusap kuping mereka.
Nadia dengan cengir khasnya mengabaikan semua tatapan melotot dari teman sekelasnya karena mengganggu ketenangan di pagi hari, sumpah demi apapun Nadia ini dibuat dari apa sih?
"Hai Aluna selamat pagi!" Sapa gadis itu yang sekarang duduk manis di bangku sebelah Aluna.
"Berisik Lo!" Pekik Aluna, "Tumben Lo cerah banget pagi ini." Iya memang heran tidak biasanya teman sebangkunya ini bersinar mengalahkan lampu bohlam nomor satu di dunia.
"Ish, temen lagi seneng juga Lo." Nadia melepaskan tas ranselnya lalu menopang dagu dengan kedua tangannya menatap Aluna sambil terus tersenyum.
"Lo gak gila kan Nad?" Pasalnya Aluna khawatir jika tadi dijalan menuju sekolah, Nadia kejedot atau ke timpa benda berat sehingga membuat Nadia seperti ini.
"Ihh sembarangan deh." Gadis itu mengibaskan rambutnya lalu menatap Aluna, "Lo tau-"
"Enggak." Aluna dengan cepat menerobos perkataan Nadia sambil menggelengkan kepalanya dengan lucu.
Lucu menurut Aluna sendiri.
"Ihh Aluna dengerin dulu dong." Sekarang gadis itu malah merengek cemberut pada Aluna, Aluna hanya bisa memutar bola mata malas.
"Gue itu dapet tambahan uang jajan lohhh... Uhhh surga dunia!! Jarang banget nyokap gue nambahin uang saku gue dongss, berkat mimpi ketemu lee min hoo jadi beruntung banget pagi pagi begini." Kalian tau Nadia bicara seperti itu meniriukan gayanya cibi cibi? Hal itu membuat Aluna semakin merinding.
Aluna yakin, fix Nadia kena sesuatu saat tadi berangkat sekolah.
Merasa tidak ada respon dari Aluna, Nadia menoleh, "Ihhh gue serius Lunaaa..."
"Iya iya.. Semerdeka Lo aja deh Nad." Karena memang sudah malas untukbmenanggapi tingkah aneh Nadia.
"Nanti istirahat gue traktir mie ayam Mang Jojo deh." Wahh dengan antusias Aluna langsung memeluk tubuh Nadia, kalo geratisan mah sikat teroosss...
"Kan kalau ada maunya lo peluk peluk gue." Nadia membalas pelukan Aluna.
"Gak papa demi gratisan, kan kata lo juga." Iya memang mungkin sekarang Aluna sedikit tertular oleh perkataan Nadia.
Karena yang gratis itu gak boleh di tolak, itu adalah hadiah dari Tuhan untuk kita dan mereka sebagai perantara. Itu kata Nadia.
Aluna jadi pengen tau apa sih isi di dalam otaknya Nadia, ada saja dan apa saja gadis itu bisa asal jeplak bicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
abdan syakura
Semangat,Thor!!!!!
2023-03-03
0