"Kak Andri tunggu dong..."Seorang gadis tengah berlali sambil kedua tangannya berusaha memakaikan satu sepatunnya yang sebelah kanan, hingga terjinjit-jinjit mengejar Andri yang sudah berjalan menuju motornya.
Gadis itu menarik tas ransel milik Andri dari belakang membuat pria itu melangkah mundur satu langkah dan berhenti lalu berbalik, "Cungkring! Lo kebiasaan." Ucapnya sedikit geram. Sudah menjadi kebiasaan kalau setiap hari senin gadis ini suka lama didalam kamarnya, entah apa yang dilakukan Aluna, ya gadis itu adalah Aluna.
"Iya ihh.. Iya maaf! Ini udah." Aluna mengehntakan satu kakinya cemberut menghadap Andri.
"Ya udah cepet naik, nanti Lo mau di jemur?" Dengan buru buru gadis itu menaiki motor Andri, dengan Andri yang sudah duduk didepannya mengendarai motor besar berwarna putih itu.
Aluna berpegangan pada ujung tas milik Andri, dan tak lupa Luna sudah memakai helm pogo berwana maroon itu yang hadiah dari Andri saat Aluna pindah ke ibu kota.
Andri menjalankan motor besarnya dengan kecepatan yang tinggi, menurut Aluna. Tapi jika Aluna komentar dia pasti akan kena omelan Andri, "Lo diem aja kalau gak mau gue turunin di pinggir jalan." Begitu isi ancaman Andri. Terkadang sepupunya ini memang menyebalkan namun posesif.
Contohnya saja sekarang setelah tiba di parkiran sekolah mereka Andri membantu membukakan helm Aluna, "Lo harus inget perkataan gua, Lo-"
"Harus tetep jaga jaga, jangan banyak tingkah, jangan cari gara gara, jangan bikin gue susah, kalau ada apa apa hubungi gue." Langsung saja Aluna melanjutkan apa yang akan Andri katakan, gadis itu sudah hampir bosan mendengarkan perkataan yang selalu Andri bilang sebelum mereka berpisah ke kelas masing masing, karena Andri sudah kelas dua belas.
"Gue ke kelas, inget yang gue bilang." Sekali lagi pria itu memperingatkan pada Aluna dengan nada tegasnya, memang cocok sekali sebagai kakak yang menjaga adiknya. Ya karena memang Andri anak satu satunya tante Anita.
Aluna mengangguk dan mereka berpisah di lorong sekolah, Aluna berbelok menuju kelasnya, kelas sebelas IPA satu, tiba tiba saja gadis itu terkejut karena ada tepukan yang sangat keras di pundaknya.
"Astagfirullah!" Ucap gadis itu lalu berbalik dan nampaklah orang yang mungkin sebulan ini membuatnya merasa bosan tapi jika di pikir pikir hanya dia yang menjadi salah satu temannya yang setia, iya dia adalah Nadia teman sekelas plus sebangku Aluna.
"Kebiasaan Lo!" Geram Luna yang malah mendapatkan cengiran manis khas Nadia.
"Gak papa itu obat epektif ngecek jantung Lo." Alesan Nadia dan Aluna memutar bola mata malas.
"Efektif Nad, bukan epektif." Aluna mengoreksi pelapalan yang di ucapkan Nadia, dan Nadia malah kembali nyengir kudanya.
"Gak papa kan gue yang ngomong." Selalu saja bilang 'Gak papa' dan Aluna harus ekstra sabar dengan teman barunya ini, yang selalu seenaknya saja asal bicara atau asal jeplak saja yang penting masih benar dan bisa dimengerti. Itu alasan Nadia.
Kedua gadis itu berjalan menuju kelasnya untuk menyimpan tas mereka, "Hai Lun!" Sapa salah satu teman sekelasnya yang bernama Neva, Sekertaris kelas.
"Hai!" Luna membalas sapaan temannya dan tak lupa dengan tersenyum canggungnya, entah kenapa Aluna masih saja kaku untuk berbaur dikelas dan hanya Nadia saja yang bisa dia percaya meski baru kenal.
Aluna dan Nadia mengambil dan memakai topi sekolahnya, lalu berjalan menuju lapangan upacara karena sebentar lagi akan dilaksanakannya upacara bendera ritual hari senin.
****
Setelah selesai upacara kedua gadis itu kembali berjalan menuju kelasnya, namun saat di koridor kelas tiba tiba namanya di panggil.
"Aluna." Terdengar suara berat yang tertangkap dari kedua gadis itu, dan mereka berdua berbalik. Memang yang di panggil adalah Aluna tapi keduanya tetap berbalik.
Aluna tersenyum kaku-lagi saat melihat siapa yang memanggil namanya, dia adalah Aldan Putra, Kakak kelas sekaligus anggota Most Wanted disekolah ini, Aluna tau, gadis itu tau hanya saja tidak terlalu peduli karena selalu teringat pe-ri-nga-tan Andri yang tidak boleh membuat gara gara atau terjerat gara gara.
Pria itu menghampiri Aluna, sekilas penjelasan kenapa pria itu kenal dengan Aluna, karena Aluna tidak sengaja membantu Aldan saat di perpustakaan yang saat itu Aldan tengah tertimpa beberapa buku besar dan disitu juga Aluna melihatnya, jadilah Aluna membantu Kakak kelasnya itu, dan membuat mereka kenal, namun hanya Aldan lah yang merasa lebih tapi tidak dengan Aluna.
"Emh, kenapa Kak." Sangat terlihat jelas betapa kakunya Aluna bicara, padahal gadis itu berusaha agar senormal mungkin.
"Nanti kalau udah istirahat dan ada jam kosong Lo nonton pertandingan tim gue ya!" Pintanya, iya Aldan satu tim dengan sepupunya Andri. Aluna sering menonton karena memang menunggu Andri bukan yang lain.
Makanya Aldan merasa tidak asing saat pertama ketemu dengan Aluna karena dia sering liat Aluna duduk di kursi penonton setiap ada latihan futsal.
Terlihat Aluna tengah menimang ucapannya, gadis itu juga sadar di tim Aldan ada Andri, dan Andri juga udah bilang tadi malem kalau sekarang hari ini ada pertandingan futsal antar kelas.
Akhirnya Aluna mengangguk samar, mengiyakan ajakan Aldan, pria itu tersenyum dan mengangguk, "Kalau gitu gue duluan." Dan benar pria itu langsung pergi begitu saja tidak ada kata kata manis seperti di sinetron jiga seseorang mendekatinya pasti ada adegan manis atau perkataan romantis, namun tidak dengan Aldan, memang pria itu sering menyapa Aluna tapi hanya sekedar menyapa atau mengajak hal penting seperti nonton pertandingan 'hanya itu saja'.
Dan setelah itu Aluna bersama Nadia kembali berjalan menuju kelasnya, seperti biasa keadaan masih adem ayem dan sejahtera menikmati masa sekolah putih abu abunya. Aluna selalu bisa memecahkan rumus yang diberikan oleh guru dengan cepat meski ada orang yang lebih pintar dari Aluna dikelasnya yaitu Raka, pria populer dikelasnya.
Aluna tidak akan membanding bandingan hal apapun itu, karena Aluna selalu teringat LAGI pe-ri-nga-tan Andri yang jangan pernah berbuat aneh aneh atau terlibat dengan hal yang aneh aneh, yang membuat Andri harus turun tangan mengurusnya karena pria itu tidak mau atau tidak ingin Aluna terjadi hal hal buruk apapu, A-P-A-P-U-N.
Dan dia pun akan sewajarnya saja didalam kelas, Aluna benar benar ingin menjadi siswi biasa saja, tidak ingin mencolok dari segi mana pun, meskipun terkadang teman teman sekelasnya selalu memuji kecantikan Aluna dan kepintaran Aluna dan Aluna hanya bisa menjawab 'Terima kasih' cukup itu saja, tapi Aluna masih bersyukur karena teman satu kelasnya menyukainya, mereka mencoba berbaur untuk mengajak Aluna meski Aluna sendiri merasa kaku, tetapi Aluna tetap ikut bergabung yang hanya akan menyimak saja.
Ada ketakutan yang tidak bisa Aluna jelaskan sekarang ini...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next...
Like.. ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Phoenix VR
perbanya pecakapannya dong
2021-04-28
1
atmaranii
crtanya mnarik to kbnyakan narasi jd bikin ngntuk bcanya
2021-04-12
2