Hari hari pun sudah berlalu minggu ke minggu tak terasa sudah satu bulan ini Aluna mulai merasa terbiasa keberadaannya di sekolah ini, sudah tidak ada rasa canggung lagi jika mengobrol bersama teman satu kelasnya dan juga sekarang Aluna sering ikut berbaur bersama yang lain.
Karena keramahan Aluna semua teman di kelasnya kini juga selalu menyapa gadis itu duluan, bahkan kini setiap paginya Aluna selalu tersenyum menyapa mereka terkadang membuat Andri khawatir.
"Gak papa ko Kak biar Aluna punya banyak temen, kalo ada apa apa janji langsung hubungi Kakak kok!" Lagi lagi Aluna mengelak saat Andri berkali kali bertanya akan kekhawatirannya pada gadis ini, namun apa jawabannya selalu saja bilang 'gak papa' sepertinya Aluna tertular oleh Nadia.
Rutinitas murid SMA seperti yang lainnya mengikuti pembelajaran yang sangat membosankan bahkan ada beberapa orang yang mengantuk di bangku belakang, begitu pun gadis cantik ini sudah menguap beberapa kali karena guru bahasa yang terus menerangkan yang bahkan tidak satu pun masuk ke dalam otak mereka semua, yang ada mereka merasakan lapar dan ngantuk.
Meskipun Aluna dan beberapa orang lain memiliki otak yang kadarnya tinggi, tak terpungkiri jika rasa ngantuk dan lapar membuat mereka tidak fokus pada apa yang guru jelaskan. Otak cerdas juga kan butuh asupan biar bisa mikir. Alesan salah satu teman Aluna.
Gadis cantik itu melihat jam yang melingkar dilengannya ternyata masih ada lima belas menit lagi jam istirahat ke dua, nampak hembusan nafas yang terus terulang menandakan kebosanan tingkat langit melanda. Aluna melirik pada bangku sebelahnya saat itu juga Aluna menahan tawanya kala melihat Nadia yang sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya.
"Pufft..!" Aluna menutup mulutnya sebelum suara tawanya terdengar oleh guru dan yang lainnya, lalu Aluna menyenggol siku Nadia membuat si empu terkejut.
"Astagfirullah!" Ucapnya, dan untung saja tidak berteriak jika berteriak sudah berabe semuanya.
"Lun ishh..!"Pekik Nadia merasa kesal karena tengah menikmati rasa kantuknya yang di kejutkan oleh Aluna dan Aluna hanya tertawa tanpa suara.
Tak selang beberapa menit kemudian bel istirahat pun berbunyi dan semua murid yang berada di kelas ini bagaikan kena sihir semuanya jadi kembali cerah dan tersenyum bahagia tidak sabar untuk segera berburu ke kantin.
Setelah Aluna membereskan bukunya, gadis itu dan Nadia keluar kelas menuju kantin karena cacing cacing di perut nya sudah meronta minta di isi. Dan seperti biasa Nadia selalu meninggalkan dirinya sendiri, kali ini alasan anak itu 'Gue yang pesen, lo cari tempat duduk jadi gue duluan dan pesenan lo seperti biasakan?' Tanpa pikir panjang bahkan Aluna hanya membalas anggukan kepala belum sempat bicara dengan cepat Nadia pergi meninggalkan Aluna yang terlihat bengong di lorong kelas.
Lagi lagi ditinggalin, dasar Nadia!!
Geram Aluna dalam hati.
Saat Aluna melanjutkan langkahnya tiba tiba ada seseorang yang mensejajarkan langkahnya dan berdehem, deheman suara berat yang terdengar oleh Aluna, dan itu sudah jelas suara laki laki, Aluna terdiam dan kaki laki laki itu pun ikut berhenti membuat Aluna langsung menoleh kearah sebelah.
Aluna tersentak untuk kedua kalinya saat menatap pria yang sekarang dihadapannya.
"Hai!" Suara berat itu menyapa gadis didepannya yang tingginya hanya sebahu pria itu.
Aluna masih terdiam entah kenapa bisa terkejut seperti ini, bibirnya pun malah bungkam dan sulit untuk berucap, pria yang sudah lama sekali tidak pernah dia jumpai akhir akhir ini dan pada saat kejadian meminta no ponselnya itu lah pertemuan terakhir nya dan sekarang pria itu ada di depannya.
Meskipun Aluna lupa tida menghubungi nomor Rey juga sih.
"Hey kok ngelamun!" Rey melambaikan tangannya di depan wajah Aluna, membuat Aluna kembali tersentak.
"Ehh i-iya Kak, kenapa?" Aluna menjawab dengan gugup dan itu terlihat jelas oleh Rey.
"Kenapa masih gugup aja sih?" Terdengar Rey menghela nafas.
Aluna diam dia tidak tau harus bilang apa, memang benar rasa gugupnya tidak bisa di tutupi, Aluna kembali menundukkan kepala nya, bahkan saat ini entah kenapa jantung nya sedang berdisko berharap tidak terdengar oleh pria didepannya, dan lagi terdengar helaan nafas dari bibir Rey.
Rey tidak tau kenapa gadis ini lebih suka menunduk ketimbang melihat wajah tampan nya, apa di bawah lebih menarik dari dirinya, jika iya kurang ajar sekali ini lantai beraninya membuat mata Aluna tertarik melihat lantai dari pada pria di depannya.
Rey kembali menghela nafas, "Lo pulang bareng gue! Andri hari ini ada latihan kan?" Seketika kepalanya mendongak.
Kan jika seperti ini baru dia akan mengangkat wajahnya -_-
Bener bener deh.
"Pokoknya gak ada penolakan, tunggu gue di parkiran!" Benar benar pria yang seenaknya asal perintah dan langsung pergi begitu saja.
Aluna tidak tau saja jika Rey saat ini sedang praktrek dan dia meminta izin keluar kelas sebentar hanya untuk menemui Aluna-nya, tunggu sejak kapan Aluna diklaim menjadi miliknya.
******
'Bodoh'
Gadis itu terus menerus merutuki dirinya sendiri, entah kenapa dia bisa begitu nurut pada perintah pria aneh itu yang tak lain adalah Rey.
Gadis itu menjuluki Rey dengan sebutan 'pria aneh' yang memang selalu tiba tiba datang dan tiba tiba pergi atau menghilang dan muncul kembali.
Gadis itu sekarang sedang mengetuk ngetuk kepalanya, ini kebodohan pertama yang dia buat, menunggu pria itu di parkiran sesuai perintah nya.
Gila!
Masih merasa tidak percaya dia berdiri disini sekarang yang biasanya akan ikut menonton latihan Andri, namun lihat lah sekarang bahkan Aluna untuk pertama kalinya berbohong pada Andri bahwa dia pulang bersama Nadia.
Namun sayang nama yang menjadi alasannya sudah pergi meninggalkannya sendiri disini, memang hobi sekali Nadia itu pergi meninggalkan nya tanpa merasakan perasaan orang yang dia tinggalkan.
Menyebalkan.
Aluna terkejut tiba tiba tangan yang tengah memukul kepalanya meski itu pelan kini tengah di tahan oleh seseorang.
"Jangan di pukul seperti itu! Nanti lo pusing." Satu kalimat terdengar dari suara berat yang khas, Suara yang tidak asing lagi baginya.
Aluna berbalik dan menatal pria itu, Deg!
Jantungnya kembali berpacu.
Sungguh sulit untuk mengendalikan detak jantungnya ini, Aluna kembali merutuki kobodohannya ini.
Dan Apa?
Apa itu?
Pria aneh ini tersenyum?
Sungguh ini pertama kali nya lagi bagi Aluna melihat senyum yang benar benar berbeda yang di berikan oleh Rey, entah apa arti dari senyuman itu tapi jujur kini Aluna seolah ingin mengubur dirinya sendiri karena detak jantung nya bertambah kencang, rasa rasa Rey akan mendengarnya.
"Jangan gugup!"
Rey perlahan membawa tangannya yang masih menggenggam tangan Aluna turun.
Sumpah demi apapun Aluna ingin pingsan saat ini..
Tolong siapa pun..
Tolong Aluna...
"Hey!"
.
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments