Entah sudah berapa kali Aluna mengumpat pada dirinya sendiri, dan kebodohannya yang selalu tidak bisa menjawab kala Rey bertanya, sungguh sulit untuk mengendalikan kondisi jantungnya.
"Ya udah gue anterin lo balik! Mau balik sekarang?" Tanya pria itu dan di angguki oleh Aluna.
Rey berjalan menuju motornya yang terparkir berjejeran dengan motor kawan kawannya.
Pertanyaannya kenapa motor mereka masih stay karena ada yang masih latihan futsal satu tim dengan Andri.
Rey memberhentikan motornya tepat di hadapannya gadis itu lalu mengulurkan tangannya.
"Gue bisa sendiri kok!" Ucap gadis itu lalu naik ke atas motor, memang jelas sih setiap hari pulang pergi naik motor gede milik Andri dan hal itu sudah biasa.
Tangan Rey kembali memegang stir motornya, "Udah siap?" Aluna mengangguk.
"Gue gak bisa liat gerakan kepala lo kalau lo gak jawab pake suara!" Lagi Aluna merutuki kebodohannya ini, jelas gak akan keliatan gadis itu berada di belakang tubuh Rey.
"S-siap Kak!" Jawab sang gadis pelan namun masih bisa terdengar.
Banyak pasang mata yang menyaksikan mereka berdua sedari tadi, seakan lupa dengan kekhawatiran yang selama ini dia rasakan, gadis itu sama sekali belum menyadari apa resiko yang akan dia hadapi didepannya.
Di dalam perjalanan hanya hening setelah Aluna menyebutkan alamat rumah Andri ketika pria itu bertanya, Aluna masih terus berpikir dan pertanyaan pertanyaan itu seolah mengulang di dalam kepalanya.
*Kenapa bisa bisa nya menunggu orang yang bahkan siapa orang ini?
Lalu kenapa sekarang dirinya bisa satu motor dengan pria ini?
Apa yang sebenarnya terjadi dengan saat ini?
Ada apa dengan diri gue*?
Tak berselang lama mereka pun tiba sesuai alamat yang di sebutkan gadis itu,
"Bener ini rumah lo?" Tanya Rey.
"Bukan!" Aluna turun dari motor Rey dan berdiri di samping motor gede itu.
"Lah terus?" Rey mengkerutkan dahinya saat helmnya terlepas. Bingung, iya bukannya ini alamat yang di sebutkan.
"Ini rumahnya Kak Andri!" Astaga Aluna, untung saja dia gadisnya jika bukan sudah dia lempar ke antartika. Eit tunggu sudah berapa kali Rey mengklaim Aluna sebagai gadisnya? Entahlah setiap bersama Aluna jantungnya seolah tak karuan.
Rey menghela nafas nya, "Ya udah masuk gih istirahat."
Aluna mengangguk, "Emm, gak mampir dulu Kak?" Wow Aluna sudah berani ngajak cowo mampir kerumah bahkan bukan rumahnya dan disana tidak ada siapa siapa.
"Gak papa lain kali aja, di rumah gak ada orang kan?" Rey bagaikan cenayang bisa membaca pikirannya.
"K-kok tau?" Jawab Aluna gugup.
"Keliatan kok sepi, jadi lain kali aja." Jawabnya sambil mengusap kepala Aluna, seketika tubuh Aluna menegang perlakuan Rey sangat manis dan senyum yang tak pernah lepas untuknya bertambah manis, kini jantungnya berdegup semakin kencang.
Rey terkekeh pelan melihat tingkah gadis didepannya,
Manis sekali!
"Kalau gitu gue pamit." Aluna mengangguk.
"Makasih Kak! Hati hati." Balas Aluna dan Rey menjawab dengan anggukan karena kepalanya sudah tertutup helm fullface.
*****
Gadis itu menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu, memendamkan wajahnya disana mencoba meredakan detak jantung yang sedari tadi terus meronta.
"Ahh gila, kenapa Kak Rey kaya gitu ke gue?" Aluna bermonolog dan membalikan badannya menjadi terlentang memandang langit langit kamar yang dihiasi stiker bintang.
"Gue masih ngerasa mimpi pulang bareng cowo terkenal di sekolah, Meskipun Kak Andri juga sama terkenal sih tapi ini rasanya beda!" Lagi, gadis itu bergumam sendiri.
"Ahh sudahlah gak tau!" Aluna langsung bangun dan berlari menuju kamar mandi membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian santai.
****
Langit pun sudah berubah menjadi gelap dan bintang mulai nampak bermunculan dan cahaya bulan mulai mengintip.
Gadis manis bersandar di dekat jendela besar di ruang keluarga menatap langit dari dalam rumah, rumah yang sepi tantenya yang tambah sibuk dan Andri juga dengan kegiatan sekolahnya.
Gadis ini sendiri disini terkadang merasa rindu pada orang tuanya, tapi terakhir menelpon mereka memang sedang sibuk lebih tepatnya Papa Aluna dan Mama Aluna jelas harus mendampingi setiap saat, Aluna hanya bisa menitipkan do'a yang terbaik untuk kedua orang tuanya.
"Ngapain lo ngelamun di situ?" Astaga hampir saja Aluna terjungkal karena kaget akibat suara berat Andri yang baru saja datang.
"Astagfirullah!" Gadis itu mengusap dadanya,
Sabar!
Lalu matanya beralih menatap Andri dengan tajam.
"Baru pulang tuh ucapin salam bukan ngagetin orang!" Pekik gadis itu.
Andri menyimpan sepatu futsalnya di rak yang memang sudah ada khusus sepatu, "Dih dari tadi juga gue udah salam, lo aja kali kupingnya berkeliaran jadi gak denger gue." Bantah Andri tanpa menoleh ke arah Aluna.
Gadis itu berdecak, "Habis sendirian dirumah ya ngapain lagi kalau bukan ngelamun? Ngelamun juga nikmat." Astaga dapat dari mana Aluna kata kata itu.
"Lah teruss?" Andri menaikan satu alisnya menatap pada gadis yang masih setia di sebelah jendela itu.
"Iyaaaa.. Kak Andrii cari pacar donggggg biar ada temen nih Ana." Gadis itu memberikan ekspresi wajah babyface pada Andri, yang membuat Andi bergidik ngeri.
"Gak ada pacar pacar." Elak Andri lalu pergi menaiki anak tangga satu persatu.
"Ihh Kak Andri jangan kelamaan jomblo nanti jadi JOMBLO TUA..!!" Di akhiri dengan teriakan di ujung kalimat, seperti nya Andri mendengar perkataannya karena Aluna pun mendengar suara pintu tertutup cukup keras otu tandanya Andri kesal.
Aluna tidak ingin dirinya menjadi prioritas bagi Andri, Aluna tidak ingin membuat Andri harus kehilangan masa putih abu abunya dengan tidak menyenangkan seperti mereka pada umumnya.
Aluna ingin Andri merasakan indahnya putih abuabu penuh warna tidak hanya hitam putih yang monoton melindungi dirinya dan juga kegiatannya saja, Aluna ingin Andri memiliki seseorang yang bisa mencintai nya dengan tulus dan selalu mendukung disampingnya.
Aluna selalu bilang untuk Andri mencari pacar namun lagi lagi pria itu malah mengelak dengan mengganti topik pembicaraan atau bahkan menjawab dengan ribuan alasan yang berbelit belit membuat Aluna menyerah jika berdebat dengan Kaka satu ini.
Aluna jadi berpikir beruntung sekali jika ada yang bisa memenuhi hati pria dingin itu, Andri terlihat seorang yang penyayang bahkan pria itu akan melindungi orang yang dia sayang sampai kapan pun, begitu pun pada Aluna dengan status sepupu pasti jika dengan pacar Andri akan selalu menjaganya.
Ah, Rasanya Aluna ingin sekali memiliki pacar seperti Andri, penyayang, tulus, jujur, dan selalu melindunginya memang pria langka. Aluna tersentak kenapa tiba tiba bayangan wajah Rey muncul saat dirinya mengatakan pujian untuk Andri, dengan cepat gadis itu menggeleng menepi bayangan Rey yang tiba tina terlintas dalam pikirannya.
"Kenapa harus Kak Rey!" Lirih Aluna.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Lo ngelamun lagi?" Gadis itu terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments