Sedari tadi gadis itu menahan laparnya berusaha sekuat mungkin agar tak terdengar suara cacing di perut nya, beberapa kali gadis ini melirik pada jam tangan nya berharap mata pelajaran saat ini cepat selesai dan cepat pula dia bisa sampai rumah dan bisa menyantap makanan Bi Siti yang super lezaattt.
Ah, Aluna membayangkannya saja sudah tidak tahan lagi bahkan air liur nya hampir netes.
Betapa bahagia nya sekarang gadis ini saat mendengar bunyi bel pulang dengan cepat gadis itu membereskan buku dan alat tulisnya, namun saat ransel yang akan di sematkan pada pundaknya dia teringat sesuatu.
Teringak kejadian beberapa jam yang lalu sebelum mSuk kelas saat pertemuan tak sengajanya dengan Reynad Batara, tiba tiba wajah gadis itu menjadi pucat membuat temn sebangkunya khawatir dan bingung.
"Lun, lo gak papa kan? Wajah lo pucet gitu." Nadia menjadi bingung dia harus gimana saat ini, Nadia kalang kabut membuat dirinya ribet sendiri, sedangkan Aluna dia kembali diam duduk di kursi nya.
Lalu Aluna mengambil ponselnya untuk megirim pesan pada Andri.
Kak Andri.
Kak, lo udah selesai?
Pesan itu terkirim dan nampak centak dua disana namun belum ada tanda di baca, dengan sabar Aluna menunggu hingga Andri disana sedang mengetik..
**Whatsapp Chat.
Kak Andri**.
Kak, lo udah selesai?
14:12
Andri sedang mengetik...
Udah, kenapa?
Aluna.
Kak lo, jemput gue di kelas yaaa 😳
Kak Andri.
Ck. Kenapa?
Aluna.
Pokoknya jemput..
Gak pake lama.. 😳
Aluna kembali memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya, dia memilih tidak melanjutkan chatnya dan kembali menatap temannya yang masih ribut tidak jelas.
"Aduh Aluna, gimana ini? Gue susul ke kelas Kak Andri aja ya! Atau gue mapah lo! Tunggu, tapi itu berat Lun! Ehmm, gimana dong Aluna jangan diem aja gue khawatir tauuu.!" Astaga, Aluna tambah pias kalau begini bukamnya tambah tenang.
Aluna memilih mengabaikan temannya itu dan tiba tiba salah satu teman kelasnya memanggil Aluna dengan lantang.
"Aluna ada yang cariin lo!" Teriak Monik cewe bar bar di kelasnya mamun tetap baik. Dengan cepat kepala Aluna menoleh kearah pintu kelas disana sudah ada Andri menenteng tasnya di bahu kiri.
Dengan cepat Aluna mendorong Nadia dan berlari menghampiri Andri.
"Ck. dasar temen gak ada akhlak Lo Lun." Cibir Nadia kesal karena dia dari tadi di abaikan dan sekarang di tinggalkan saat lagi sayang sayangnya.
Ups! Lebay yah... hahah
Nadia pun ikut bangun dari duduknya dan berjalan keluar kelas namun Aluna dan Andri sudah tak terlihat lagi, Cepat sekali ilangnya. Batin Nadia.
Dan gadis itu pun memutuskan untuk terus berjalan menuju gerbang dan pulang otw rumah.
Sedangkan Aluna dia terus menarik lengan Andri menuju parkiran dan jangan lupa dengan wajah yang terus menunduk menyembunyikannya dengan satu buku yang dia keluarkan.
"Ck. Kenapa sih main tarik tarik, sakit tau!" Andri berdecak kesal dengan tingkah aneh Aluna.
"Udah cepet buruan jalannya!" Perintah gadis itu dengan tak sabar terus menarik lengan Andri.
Andri hanya bisa menghela nafas dan mengikuti adik sepupunya itu, saat tiba di parkiran lagi lagi Aluna terus saja menempel pada Andri untuk menyembunyikan dirinya.
"Apa sih! Risih tau." Lagi lagi Aluna kena omelan dari Andri, tapi lebih baik omelan Andri dari pada harus di serang fans panatiknya Reynad.
Dan memang sedari tadi saat Aluna menarik lengan Andri banyak pasang mata memperhatikan nya bahkan Rey dan kawan kawan pun melihat adegan itu.
"Wihhh, gila tuh si Andri di tarik tarik cewek." Ucap Bagas sahabat dan teman sekelas Reynad, dia adalah Bagaskara Surya. Sama hal nya dengan Rey, dia adalah anak dari pengusaha kaya. Hampir semua sahabat Rey itu anak dari pengusaha kaya namun masih tetap kaya keluarga Rey, tapi mereka tidak membanggakan akan hal itu, mereka lebih memilih apa adanya saja.
"Ck, itu sepupunya Andri bego." Dengan naas jidat tampan milik bagas harus kena geplak tangan laknat milik Zian Abram, dia juga sahabatnya Rey.
Jadi Most Wanted SMS Galaxy itu terdiri dari, Reynad Batara, Aldan Putra, Bagaskara Surya dan terakhir adalah Zian Abram, para pria tampan seantero sekolah.
"Ohh sepupunya." Kepala bagas manggut manggut mengerti dengan satu tangan mengusap jidat mulus yang kena geplak Zian.
Rey dan Al hanya diam mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing masing dan sesekali menampilkan senyum tipisnya membuat Bagas dan Zian saling senggol siku memberi kode bahwa kedua sahabatnya ini mungkin terkena gangguan, tubuh Bagas dan Zian seketika merinding.
*****
Setiba di rumah gadis itu merasa takut dan resah, dia tidak biasa menyembunyikan sesuatu apa pun itu Andri, hingga dirinya lupa jika sedari tadi di sekolah menahan lapar dan tiba tiba rasa lapar itu hilang.
Saat ini gadis itu tengah mondar mandir di kamarnya dengan masih memakai seragam putih abu-abu nya, mengigit ujung kuku jarinya.
Arghkk..
Teriak Aluna dalam hati.
Aluna takut..
Sangat takut jika Andri tau, Aluna tidak bisa membayangkan betapa marahnya nanti pria itu, bahkan membayangkan saja Aluna tidak mau, namun Aluna berpikir kembali jika tidak memberitahukan Andri itu lebih kacau, hancur sudah kesejahteraan nya.
Aluna benar benar sangat bingung pikirannya sudah bercabang kemana mana, hingga ketukan pintu kamar nya mengagetkan Aluna.
"Astaghfirulloh!" Ucao gadis itu sambil mengelus dadanya.
Dengan cepat Aluna membuka pintu dan ternyata itu adalah Andri.
"Loh! Kok masih pake seragam sih?" Dua alis pria tampan itu menaut melihat dari atas hingga ujung kaki Aluna yang masih tetap sama saat turun dari motornya tadi sepulang sekolah.
"Ehh! Emm itu.. itu.. anu!" Aluna gugup dia bingung harus menjawab apa, Aluna tak biasa berbohong pada Andri, bahkan tidak pernah semenjak mereka Aluna disini.
"Kenapa sih? Lo aneh banget tau." Mata tajam itu penuh menyelidik mencari sesuatu dari mata Aluna dan gelagat Aluna.
Aluna semakin takut dibuatnya dia berdiri dengan gelisah tangannya terangkat untuk menggaruk tengkungnya yang tidak gatal, mencoba berpikir untuk mencari alasan namun tidak mendapatkan nya juga, Aluna menghela nafas pasrah.
"Kenapa?" Sekali lagi pria itu bertanya dengan nada yang sudah berbeda, Andri tau ada sesuatu yang disembunyikan oleh adik sepupunya itu.
"Eh-Emm.." Aluna bahkan sulit untuk menjelaskan.
"Katakan!" Sumpah Aluna tersentak kaget dengan nada bicara Andri barusan, bagaikan ibu tiri pada anaknya.
Duh, Aluna tidak bisa menjawab bahkan bibirnya terasa kelu untuk mengatakannya, keringat dingin sudah bercucuran di punduk gadis itu meski Ac di kamarnya menyala, lagi lagi wajah Aluna kembali memucat namun itu tak kurung niatan Andri luluh pada Aluna, pria itu tetap tegas menatapnya agar Aluna membuka suaranya menjelaskan semua padanya apa yang gadis itu sembunyikan.
"Aku tadi ketemu Kak Rey bahkan bertabrakan!" Cicit Aluna dengan lirih bahkan suaranya semakin memelan, Aluna meneguk silvianya dia benar benar sudah di ujug tanduk, Aluna takut dia benar benar takut, peringatan yang sering kali Andri ingatkan malah terjadi juga.
Gadis itu terus menunduk tak berani menatap mata Andri, yang sudah dia anggap Kaka sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments