*Falshback On.
Sosok pria yang tampan tiada tara baru terbangun dari tidurnnya karena bising dari suara alarm yang berasal dari ponselnya itu.
Pria itu meraba raba nakasnya dengan mata masih terpejam, mata coklat itu mulai terbuka dan menekan tombol untuk mematikan alarm itu,namun saat kembali memejamkan matanya pria itu langsung saja terkejut dan bangun.
"Buset gue kesiangan!" Gusarnya mengacak rambut, dengan cepat pria itu berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Rey selalu saja kesiangan bangun kalau sudah main ps sampai larut, karena memang tidak ada yang membangunkannya, kedua orangtua nya sedang perjalanan bisnis di luar negri Kakak nya Rey dia memilih tinggal di apartemen.
Alhasil anak bungsu ini harus tinggal sendiri dirumah yang sangat besar, meski ada peperapa penjaga dan pembantu.
Setelah selesai rutinitas mandinya dengan cepat Rey memakai seragamnya, lalu menyambar helm kesayangannya dan kunci motornya.
Dijalan yang bahkan tak membuatnya merasa takut menjalankan motornya dengan kecepatam tinggi, tak kala dia mendapatkan umpatan dari beberapa pengendara lain dia tidak peduli yang penting cepat sampai sekolah dengan selamat.
Rey berdecak kesal pasalnya gerbang sekolah sudah tertutup rapat dan apesnya lagi guru BK ada disana, sudah tidak ada harapan lagi untuk kabur, dengan pasrah dia menuruti perintah gurunya itu, mendorong motornya masuk melewati gerbang dan menghadap sang guru.
"Kesiangan?" Ucap guru kiler itu.
"Maaf Pak!" Pak Bambang guru BK tersebut hanya bisa geleng geleng kepala.
"Lari keliling lapangan basket outdoor sambil dorong motor kamu!" Dengan mata yang hampir keluar, apa Rey tidak salah dengar, lari sambil dorong motor.
Masih mending motor kecil yang biasa, lah ini motor kesayangannya itu motor gede, lebih gede dari badannya.
Buset.
"Gak salah kan Pak?" Rey kembali meyakinkan sang guru.
"Ohh oke kamu keliling 7putaran."
"Hah!" Mulut yang sudah menganga bahkan mata yang tambah melotot.
Ya ampun nasib hari ini sial.
Rey belum sarapan dan sekarang harus lari sambil sorong motor nya tujuh keliling.
"Cepat sebelum saya tambah lagi hukuman kamu." Astaga menyeramkan sekali guru ini, dengan segera Rey menuruti perintah gurunya, memanh tidak hanya dirinya yang kesiangan.
Ah Rey merasa lega ada teman kelelahan.
Hahha.
Saat setelah selesai di putaran terakhir baru saja pria itu akan duduk istirahat, tiba tiba guru kiler itu sudah ada di hadapannya.
"Hey suruh siapa kamu duduk!" Isk. Rey meringis lalu kembali menegakan tubuhnya.
"Cepat semuanya kelapangan upacara." Semua menuruti perintah-nya begitu juga Rey dengan seragam yang sudah tak rapih dan lusuh berjalan menuju lapangan upacara, dan sayangnya mereka dibariskan di depan sejajar dengan guru guru disana dan sangat jelas ratusan murid di lapangan otu menatap ke arahnya.
Rey kembali meringis harus dipermalukan seperti ini, dan ini bukanlah dirinya. namun mata coklat itu menyapu setiap barisan yang berada didepannya, tak sengaja matanya tertuju pada gadis yang selalu berjumpa dengannya tanpa sengaja, siapa lagi kalau bukan Aluna.
Namun sayang Aluna saat itu menatap ke atas ke arah bendera sang merah putih, namun Rey tetap masih menatap gadis itu, gadis yang akhir akhir ini mengganggu pikirannya.
Dan saat itu juga ternyata Aluna pun menatapnya, bibir Rey sedikit menyinggung namun tak akan terlihat oleh Aluna, tatapan mereka bertemu dengan cukup beberapa menit hingga Aluna memutuskannya.
Sangat terlihat jelas oleh Rey pipi gadis itu memerah, entah karena kepergok sedang memandangnya atau karena terpapar matahari.
Ada desiran aneh dalam tubuhnya bahkan jantung Rey pun kini berdebar.
Aneh.
Ah. Gadis lucu.
Itu nama panggilan untuk Aluna dalam hati dan pikirannya.
Falshback Off*.
Hingga rutinitas hari senin pagi itu selesai bahkan jantung Aluna masih merasakan berdebar.
Meskipun gadis ini sekarang tengah berjalam menuju kelasnya bersama Nadia yang selalu berisik, menceritakan banyak hal. Iya apapun yang dia temui tadi pagi sebelum berangkat sekolah, sampai kuping Aluna terasa panas.
Gadis itu mulai bercerita karena jika sedang upacara mungkin mereka akan kena hukuman gara gara mengobrol, Tangan mungil itu memegang dadanya merasakan degupan jantung nya.
Apa tadi Kak Rey menyadarinya kalau gue natap dia? Ahh malu banget gue! Batin gadis itu menjerit.
Mungkin sekarang wajah gadis itu memerah, bahkan Aluna memgabaikan celotehan Nadia yang tiada hentinya, dia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Tina tiba gadis itu ingin ke toilet, "Nad! Gue ke toilet dulu." Dengan begitu saja Aluna pergi tanpa mendengar jawaban dari Nadia, dan Nadia hanya bengong melongo menatap punggung Aluna yang sekarang sudah berbelok di ujung koridor.
"Ck, Kebiasaan ninggalin!" Apa tidak salah? Bukannya dirinya sendiri yang selalu meninggalkan Aluna sendiri dengan tiba tiba.
Dengan perasaan dongkol Nadia melangkahkan kembali kakinya menuju kelas sedangkan Aluna sekarang sudah berada di toilet dan sudah menuntaskan niat tadinya.
Aluna keluar dari toilet dan berjalan di kolidor, memang sudah sangat sepi karena semua sudah memasuki kelasnya masing masing, namun tiba tiba lengannya ada yang menarik ke sisi lorong kolidor yang sepi.
"Akh-" Aluna menjerit tertahan karena mulutnya terlebih dulu di bungkam oleh tangan besar.
Mata Aluna melotot tidak percaya saat melihat siapa pelakunya yang kini sedang celingukan melihat situasi, dengan cepat Aluna memukul lengan itu dan sosok ini pun tersadar lalu melepas tangannya.
"Ah, Sorry Gue bener bener minta maaf." Ucapnya setelah melepas tangannya dari mulut Aluna, dan gadis itu mengangguk, masih ada rasa takut jika berhadapan dengan pria ini namun jantungnya malah kembali berdebar.
"K-kenapa Kak?" Cicit Aluna, sangat terlihat jelas kegugupan Aluna di mata Rey.
"Sorry gue narik lo! Boleh gue minta nomor ponsel Lo?" Sepersekian detik kepala Aluna mendongak dan mata mereka kembali bertatapan.
Deg.
Deg.
Jantung ini!
Aluna tidak percaya pria populer ini tengah meminta nomor ponselnya, apa Aluna bermimpi? Namun tidak, inilah kenyataannya.
Aluna masih diam, dan masih menatap pria dihadapannya, baru kali ini Aluna benar benar melihat wajah Rey sedekat dan sejelas ini, memang benar Tampan ah tidak tapi sangat tampan.
Sungguh sempurna ciptaan tuhan yang satu ini, beruntung sekali jika seseorang mendapatkannya atau bahkan jika tuhan mengizinkan sosok ini untuk Aluna, gadis itu meringis sungguh tidak akan mungkin.
"Hey, gue minta nope Lo?" Sekali lagi Rey bicara karena Aluma hanya diam menatapnya saja.
Iya gue tau gue ganteng.
"Ke-kenapa?"
Ck.
Rey berdecak," Kenapa malah nanya kenapa? Gue tuh minta nope Lo Aluna!" Terang Rey sekali lagi dengan nada suara yang masih halus.
Aluna menjadi gelagapan salah tingkah, "Ma-maksud gue buat apa Kak?" Hah pertanyaan konyol kenapa harus muncul.
"Astaga Aluna! Ya biar bisa chat Lo lah." Masa iya buat pajangan doang, dan itu gak mungkin buat Rey, dia tidak sembarang orang untuk memintai nomor ponsel bahkan nomor Rey sendiri pun hanya orang orang tertentu yang tau.
Tangan Aluna bergetar menyerahkan ponselnya kepada Rey, "Ke-ketik punya Ka-Kakak aja, nan-nati Gue miskol." Ucap gadis itu gugup.
Rey tersenyum, dia pikir tidak akan mendapatkan nomor gadis ini, dengan cepat Rey mengetik nomornya lalu dia miskol sendiri karena mungkin saja Aluna tidak memiskolnya dan hanya alibi.
Terasa bergetar benda pipih itu di dalam sakunya tanda panghilan masuk, Rey segera mematikan panggilannya dari ponselnya Aluna lalu kembali menyerahkan itu pada Aluna, Aluna menerimanya.
"Oke makasih! Cepet masuk kelas sebelum Lo kena marah guru Lo! Ucap Rey dengan kalimat terakhir di bisikan di telinga Aluna membuat gadis itu merinding tegang, dan kesadaran Aluna kembali muncul bahwa dia sekarang harus masuk kelas.
Dengan cepat Aluna berbalik berlari meninggalkan Rey disana menuju kelasnnya, dan Rey yang melihat itu pun hanya terkekeh.
Lo memang lucu. Batin Rey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Susi Ana
jempol hadir, mampir ya
2021-01-08
1