Bellinda menyambar segelas minuman dan langsung menenggaknya hingga tandas. Nona direktur itu menghampiri Theo dengan raut wajah kesal atau mungkin marah.
"Ada apa denganmu?" Tanya Theo heran.
"Aku sedang kesal. Apa kau tidak bisa melihatnya?" Gumam Bellinda mendesis di antara giginya yang saling mengerat.
Nona direktur itu berusaha menahan emosinya agar tidak meledak, karena ini bukanlah tempat untuk meluapkan semua emosi ataupun kekesalannya.
"Dimana Devan?" Tanya Theo lagi yang kini kepalanya celingukan mencari keberadaan suami dari Nona Bellinda tersebut.
"Entahlah! Mungkin sedang membenamkan kepalanya di toilet," jawab Bellinda ketus.
Tak berselang lama, Devan sudah datang menghampiri Bellinda dan Theo.
Devan segera menyapa Theo dan berbincang sebentar. Sedangkan Bellinda hanya bersedekap dan menatap malas pada dua pria di depannya tersebut.
Perasaan Bellinda saja atau dua pria itu memang terlihat seperti anak kembar siam sekarang? Mereka begitu dekat dan akrab setiap kali mengobrol.
"Bell!" Panggil Theo membuyarkan lamunan Bellinda.
"Apa?"
"Ajaklah Devan berkeliling dan kenalkan dia pada rekan-rekan bisnismu!" Ujar Theo memberikan saran.
Bellinda menghela nafas. Sedikit malas namun nona direktur itu akhirnya tetap menggeret lengan Devan dan mengajaknya berkeliling ruangan. Menyapa satu persatu tamu yang hadir seraya menunjukkan sikap mesra bak pasangan suami istri yang tengah kasmaran.
Menjelang tengah malam, Bellinda dan Devan baru meninggalkan lokasi acara.
"Biar aku yang mengemudi, Bell!" Tawar Devan saat keduanya hendak masuk ke mobil.
"Aku tidak akan mempertaruhkan nyawaku atau membiarkanmu merusak mobil kesayanganku ini. Aku masih sanggup mengemudi," Jawab Bellinda ketus.
"Duduk saja dan pasang sabuk pengamanmu!" Imbuh Bellinda lagi sebelum nona direktur itu benar-benar masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi.
Devan melepas jasnya dengan cepat, dan memakaikannya ke tubuh Bellinda dengan cekatan.
Bellinda tersentak kaget, namun gadis itu hanya diam dan tidak berusaha mencegah tindakan Devan.
"Kau lancang sekali!" Gumam Bellinda tanpa melihat ke arah Devan.
"Kau adalah istriku, jika kau lupa," jawab Devan enteng.
Pria itu sudah kembali duduk di kursinya dan memasang sabuk pengaman.
"Tentu saja aku ingat. Jadi tidak perlu mengingatkanku setiap saat karena hubungan ini hanya sandiwara," tegas Bellinda sebelum melajukan mobilnya meninggalkan hotel.
****
Jarum jam menunjukkan pukul dua dinihari, saat Bellinda terjaga dari tidurnya dan mendapati gelas di atas nakas kosong. Gadis itu segera bangkit dan keluar dari kamar. Suasana apartemen gelap gulita. Hanya ada pantulan cahaya dari lampu di luar gedung apartemen yang menelusup masuk melalui jendela besar di ruang tengah.
Belinda berjalan cepat melintasi ruang tengah dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.
Namun saat langkah kakinya baru sampai di ruang makan, Bellinda terkesiap.
Devan sedang duduk di kegelapan malam, seraya memandangi layar ponselnya. Sepertinya Devan tidak menyadari kehadiran Bellinda di balik punggungnya.
Bellinda mengintip dari balik punggung Devan, gambar apa yang sebenarnya tengah dipandangi oleh pemuda itu.
Ada foto seorang gadis yang memakai baju sederhana. Wajahnya manis dan rambut panjangnya diikat rapi ala gadis desa.
Apa itu Riana?
Ternyata gadis itu begitu manis. Pantas saja Devan mati-matian memperjuangkan hubungannya bersama Riana hingga rela menjadi suami bayaran untuk Bellinda.
Bellinda tak berhenti bergumam dalam hati.
Bellinda menarik nafas panjang sebelum melanjutkan langkahnya masuk ke dapur dan menuang air dari dalam kulkas.
Devan tentu saja terkejut saat mendapati nona direktur itu yang tiba-tiba sudah ada di dapur.
"Nona Bellinda?" Gumam Devan memastikan.
Hanya ada cahaya lampu kulkas yang menjadi sumber penerangan bagi Devan untuk melihat nona Bellinda yang mengenakan piyama lengan pendek dengan celana yang juga hanya di atas lutut.
Astaga!
Kenapa nona kaya ini suka sekali memakai baju kurang bahan?
Devan tak berhenti menggerutu dalam hati.
"Apa kau sedang menonton film porno?" Tegur Bellinda dengan nada menyindir.
Gadis itu sudah kembali menutup pintu kulkas. Kini suasana kembali gelap.
Devan segera mematikan layar ponselnya.
"Kalau iya, apa kau ingin ikut menontonnya?" Sahut Devan berusaha menahan tawanya.
Bellinda berdecak. Gadis itu duduk di kursi yang ada di samping Devan, lalu meneguk air di gelasnya hingga tandas sebelum mulai berbicara.
"Kau seperti maling yang hendak mencuri di apartemenku. Tengah malam buta, duduk di dapur tanpa menyalakan lampu." Bellinda menghela nafas.
"Apa kau tidak bisa memandangi foto pacarmu itu di kamar saja?" Omel Bellinda lagi merasa kesal.
Devan tergelak,
"Apa kau merasa cemburu, Nona Bellinda?" Goda Devan menatap lekat wajah Bellinda meskipun samar.
Tidak ada cahaya di tempat mereka duduk saat ini.
"Kau terlalu percaya diri, Devan Anggara!" Bellinda tersenyum sinis.
"Aku selalu bersikap profesional dalam semua hal." Bellinda mengarahkan telunjuknya ke dada Devan.
Nona direktur itu sudah beranjak dari duduknya.
"Termasuk juga dalam pernikahan sandiwara ini, aku juga akan bersikap profesional. Jadi aku tak perlu merasa cemburu atau marah jikapun kau bercinta dengan gadis lain." Bellinda masih belum mengalihkan jari telunjuknya dari dada Devan.
"Karena urusanmu dan urusanku berbeda, meskipun status kita adalah suami istri. Karena sekali lagi aku tegaskan kalau pernikahan ini hanyalah-"
"Sebuah pernikahan sandiwara," potong Devan cepat seakan melanjutkan kalimat Nona Bellinda barusan.
Tentu saja Devan sudah hafal dengan kalimat Nona Bellinda yang satu ini.
Bellinda tersenyum tipis,
"Bagus jika kau paham," pungkas Bellinda seraya menepuk punggung Devan.
Gadis itu segera berlalu dari hadapan Devan tanpa berpamitan.
Namun netra Devan masih tak berhenti mengikuti langkah Nona Bellinda yang berjalan cepat melintasi ruang tengah sebelum akhirnya nona direktur itu masuk ke kamarnya dan menutup pintu.
Devan mengusap wajahnya sendiri, dan akhirnya beranjak dari duduknya. Sedikit malas, namun Devan memaksakan kakinya untuk masuk ke kamar. Besok Devan harus bekerja, jadi Devan akan mencoba untuk memejamkan matanya dan beristirahat. Meskipun pikiran Devan benar-benar kalut belakangan ini.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini 👠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SANDIWARA MMG LISAN, TPI LO SUAMI ISTRI YG HALAL, SAH AGAMA & NEGARA..
2023-05-09
0
Ney Maniez
🤦♀🤦♀🤦♀🤦♀
2022-11-29
0
Kustri
terbuat dr apa hatimu nona bellinda!
klu batu bs terkikis, q yakin dev yg akan mengikis hatimu jg!!
2021-02-16
0