"Suamimu belum bangun?" Theo mengendikkan dagunya ke arah pintu kamar Devan yang masih tertutup rapat.
Bellinda hanya memutar bola matanya.
"Mungkin dia memang seorang pria pemalas," jawab Bellinda sekenanya.
"Atau mungkin kau yang terlalu gila kerja," timpal Theo sedikit terkekeh.
"Kemarin kau dan Devan baru saja menikah, seharusnya kalian berdua masih bergumul di dalam selimut sekarang," imbuh Theo lagi. Telunjuk pria itu membentuk tanda kutip.
Bellinda sontak melotot horor ke arah Theo.
"Ini hanya pernikahan sementara. Jadi aku tidak akan menyerahkan hal paling berharga milikku kepada seorang suami bayaran," jawab Bellinda dengan nada tegas.
Theo terkekeh,
"Kau yakin, pernikahan sandiwaramu ini akan bertahan lama? Biasanya orang yang tidak saling menyukai, tetap akan bisa jatuh hati jika mereka tinggal satu rumah," tutur Theo mengemukakan pendapatnya.
"Aku bukan orang semacam itu," dengkus Bellinda sebelum menyesap teh di cangkirnya.
"Aku tetap akan bersikap profesional pada Devan. Kalaupun nantinya kami terlihat mesra, itu semua hanya sandiwara," ujar Bellinda lagi dengan nada penuh keyakinan.
"Lagipula, pria kere itu sudah mempunyai calon istri dan calon mertua yang matre. Dan aku tidak akan menjadi wanita perusak hubungan orang lain. Nona Bellinda Halley tidak akan serendah itu," imbuh Bellinda dengan nada pongah.
Theo hanya mengendikkan bahunya.
Nona Bellinda sudah bangkit dari duduk dan meraih tasnya yang ada di atas meja.
"Kita berangkat sekarang! Tak perlu menunggu pria pemalas itu bangun!" Titah Bellinda yang sudah berjalan cepat melintasi ruang tengah.
Nona direktur itu sudah sampai di depan pintu utama apartemen dan Theo dengan cepat menyusul langkah sang atasan.
Boss dan asisten itupun segera meninggalkan unit apartemen milik Bellinda dan menuju ke kantor Halley Development.
****
Devan mengerjapkan matanya saat mendapati sinar matahari yang sudah begitu menyilaukan menembus jendela besar di kamarnya. Pria itu meraih jam digital yang ada di atas nakas.
"Ya ampun!"
Devan bangkit dengan cepat saat mendapati angka sembilan di jam digital tersebut. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar beberapa kali sebelum beranjak dan pergi ke kamar mandi.
Devan keluar dari kamar dan sedikit celingukan. Apartemen Nona Bellinda terlihat sepi. Apa nona direktur itu juga belum bangun?
Devan sudah berdiri di depan kamar Nona Bellinda sekarang. Sedikit ragu, namun Devan memberanikan diri mengetuk pintu kokoh di hadapannya.
Tok tok tok!
"Nona Bellinda!" Devan memanggil sedikit keras.
Tidak ada jawaban.
Devan mengetuk sekali lagi.
"Nona Bellinda!" Panggil Devan lebih keras.
Namun masih tidak ada jawaban.
Devan meraih knop pintu itu dan membukanya perlahan.
Sepi!
Nona Bellinda tidak ada di kamarnya.
Apa mungkin nona direktur itu sudah pergi ke kantor pagi ini?
Tapi bukankah mereka baru saja menikah kemarin? Lucu sekali kalau Nona Bellinda langsung pergi bekerja hari ini.
Devan hanya mengendikkan bahunya dan segera menuju ke arah dapur. Tidak ada apapun di atas meja makan. Devan membuka kulkas untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa ia masak pagi ini.
Isi kulkas Nona Bellinda lumayan lengkap ternyata.
Devan segera mengeluarkan beberapa bahan untuk ia masak. Beruntung dulu Devan sering membantu Bu Devi memasak. Jadi pria itu tidak terlalu kaku saat harus turun memasak di dapur.
Setelah berjibaku selama tiga puluh menit di dapur mewah Nona Bellinda, Devan akhirnya bisa menyantap sarapan yang mungkin juga merangkap makan siang.
Namun, baru beberapa suap Devan menikmati sarapannya, telepon kabel yang ada di ruang tengah berbunyi.
Devan bergegas mengangkatnya.
"Halo!"
"Halo, Dev! Kau sudah bangun?" Suara Theo di seberang sana langsung bisa Devan kenali.
"Ya, aku tadi bangun kesiangan. Apa Nona Bellinda ke kantor pagi ini?" Tanya Devan sedikit khawatir.
"Ya. Bellinda sedang meeting bersama klien sekarang,"
"Dia marah tadi pagi?" Tanya Devan lagi semakin khawatir.
Yang benar saja, saat ini Devan menumpang di apartemen Nona Bellinda, tapi dirinya selalu saja terlambat bangun.
"Sedikit marah dan lebih banyak kesal."
"Astaga! Aku baru memejamkan mataku jam empat pagi. Makanya aku tidak bisa bangun pagi," Devan mencari alasan.
Terdengar tawa Theo di seberang telepon.
"Apa kau merasa galau semalaman karena tidak tidur bersama istrimu?" Ledek Theo yang masih tergelak.
"Apa maksudmu?" Tanya Devan tidak paham.
"Kenapa tidak kau dobrak saja pintu kamar Bellinda semalam dan meminta hakmu sebagai suami?" Theo masih tak berhenti meledek Devan.
"Dan Nona Bellinda akan langsung melemparku dari jendela apartemennya," timpal Devan merasa kesal.
Tawa Theo semakin terbahak di seberang telepon.
"Baiklah, aku harus pergi sekarang. Nona direktur itu sudah keluar dari ruang rapat," pungkas Theo yang langsung menutup telepon.
Devan meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Pria itu segera kembali ke meja makan dan membereskan sisa-sisa sarapannya.
Devan tidak tahu akan melakukan apa hari ini. Mungkin sebaiknya Devan mandi dulu sebelum memikirkan akan kemana atau melakukan apa setelah ini.
****
[Kau ke restoran paman Owen hari ini?] -Bellinda-
[Tidak. Kata paman Owen aku mendapat libur sampai besok] -Devan-
[Lalu sekarang kau dimana? Masih di apartemen dan bermalas-malasan?] -Bellinda-
[Aku baru saja akan keluar dan mengikuti kelas mengemudi seperti yang kau sarankan kemarin] -Devan-
[Bagus kalau kau sadar diri dan tidak terus-terusan menjadi benalu di apartemenku] -Bellinda-
Devan menarik nafas panjang sesaat setelah membaca pesan terakhir dari Nona Bellinda. Kata-kata nona direktur itu benar-benar setajam pedang. Jelas-jelas dia yang butuh kehadiran Devan sebagai suami bayaran, tapi kenapa dia menganggap Devan adalah benalu di apartemennya?
Devan segera mengeringkan rambutnya dengan handuk dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah mengemudi.
Devan benar-benar tidak mau dicap sebagai pengangguran apalagi benalu bagi nona Bellinda.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini 👠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
UDH DITOLONG BIAR DAPAT PROYEK JUTAAN DOLAR, MLH MNGHINA DEVAN..
2023-05-09
0
Ney Maniez
🤦♀🤦♀
2022-11-29
0
lucky gril
asli bagus baget alur ceritanya👍👍👍👍
2022-01-03
0