“Apa yang kau lakukan di sini?”
Zean menghampiri Sally yang sejak tadi berdiam diri di balkon. Pria itu tahu kebiasaan istrinya. Namun, tak pernah sekalipun dia peduli.
Baru kali ini Zean merasa perlu bicara dengan Sally karena hampir satu jam gadis itu berdiri dengan memegangi pagar balkon.
Ketika mendongak ke langit, Zean tak mendapati bintang. Justru awan mendung tengah menggantung di setiap sisi. Lantas, apa yang diperbuat istri kecilnya ini di luar? Sekeras apa pun otak Zean berpikir, dia belum menemukan jawaban.
Selain tak saling mengenal dekat, Zean dan Sally seolah memilih hidup dengan gaya dan ego mereka masing-masing.
Tidur di kamar yang sama, bukan berarti menjadikan keduanya dekat dan serba ikut campur. Tak ada perjanjian pernikahan, mereka sadar jika hubungan itu dijalani atas keperluan masing-masing.
Sally menikah demi bakti keluarga sedangkan Zean atas dasar balas budi. Kesamaan mereka dalam hubungan ini hanyalah rasa sayang ke keluarga.
“Sa.”
“Jangan mengurusiku!”
Lagi-lagi kata ketus yang diterima Zean. Pria itu mendecih lalu masuk kamar tanpa peduli.
Zean menuju kamar mandi lalu pindah ke ruang ganti. Dia mengganti pakaian untuk segera tidur.
Tak ingin ambil pusing dengan urusan istrinya, Zean lebih memilih diam dan membiarkan Sally sesuka hati.
Gadis itu menyebalkan dan keras kepala, Zean pikir untuk apa membujuknya.
Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh, pendingin ruangan sudah diatur senyaman mungkin. Tinggal menerbangkan kesadaran ke alam mimpi.
Sally berulang kali menghela napas panjang. Dia seperti memiliki beban yang banyak. Pernikahan dadakan itu mungkin memberikan tekanan di hidupnya, dia merasa tak bebas lagi menikmati masa muda.
Statusnya tak lagi single, tetapi sudah berganti menjadi istri orang. Otaknya seolah tak mampu menerima itu. Ada kalanya dia merasa perih di hati jika mengingat sosok pria yang menikahinya. Zean arogan, kasar, dan suka sekali jail.
Rintik hujan mengenai kulit tangannya yang putih, Sally menengadahkan wajah.
“Hujan,” gumamnya.
Mau tak mau dia beranjak, masuk kamar dan menutup pintu. Mendekat ke arah ranjang, Sally melihat punggung Zean sekilas lalu membuang napas lagi.
.
****
Udara malam terasa menusuk kulit. Gadis SMA itu gegas mencari remote AC untuk mematikannya. Dia menarik selimut lebih tinggi, tetapi rasanya tak cukup.
Nona Muda Birawan itu terus bergerak gelisah, membuat teman tidurnya ikut bangun. Zean membalikkan badan, dia mengernyit melihat istrinya tak bisa diam.
Kenapa gadis ini?
Tanpa menunggu persetujuan, pria itu membuang guling di tengah. Lalu, merapatkan diri dan memeluk istrinya.
Rasa hangat seketika dirasakan Sally ketika mata itu masih terperjam. Beberapa menit dia kembali tenang. Zean tersenyum tipis, tanpa sadar ingin mengecup kening istrinya.
Astaga! Apa yang kulakukan. Ingat, Ze! Gadis ini terlalu keras kepala dan menyebalkan.
Cepat-cepat Zean menyadarkan diri. Dia meletakkan kepala lagi ke bantal dan memejamkan mata untuk meneruskan mimpi meski harus memeluk Sally.
***
Awan hitam semalaman telah berganti langit biru. Sally menggeliat tanpa arah, tetapi ia merasa sesak. Mata yang ditanami bulu lentik itu terbuka pelan, dia terperanjat saat melihat posisi tidurnya.
Kepalanya tengah menempel di dada bidang sang suami, dia menyentak mundur.
Jantungnya berdebar kuat. Sally langsung duduk dan memeriksa piyamanya sendiri.
Masih utuh.
“Tak ada yang terjadi, Gadis Kecil. Kau semalam hanya kedinginan, lalu inisiatif memelukku,” ucap Zean enteng. Entah kapan pria itu bangun.
Zean begitu licik membalikkan fakta. Tak mungkin dia mengatakan jika semalam tak tega melihat Sally gelisah lalu memeluk, akan seperti apa respons menyebalkan yang ditunjukkan istri kecilnya itu.
“Bohong!”
Zean duduk menyandarkan diri di kepala ranjang, dia mengusap wajahnya untuk mengurai kantuk. “Nggak percaya ya udah. Besok pasang CCTV di kamar ini.”
Sally menampar Zean dengan bantal karena kesal. Jawaban pria itu selalu santai dan membuat Sally hilang kesabaran.
Usai melakukan itu, Sally berangsur mundur dan pergi ke kamar mandi. Melanjutkan pembicaraan dengan Tuan Muda Pratama itu sama saja membuang waktu bagi Sally.
Sementara itu, pria yang masih ada di atas ranjang tersenyum miring. Mengerjai anak orang sepertinya menyenangkan.
Aku punya mainan baru.
Zean menyeringai lagi, lantas kembali merebahkan diri untuk melanjutkan mimpi. Padahal harus ke kantor dan mengantar Sally, tetapi dia tidak peduli.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments