Hotel mewah dengan gemerlap lampu pesta pernikahan berangsur senyap. Musik yang mengalun merdu beberapa jam lalu ikut berhenti.
Sepasang pengantin baru sudah tak ada di pelaminan. Satu menuju kamar dengan menjinjing gaun, satu lagi keluar dan terlihat diikuti asisten pribadi di belakangnya.
“El, apa ia tahu tentang pernikahanku?”
Pria berpakaian serba putih itu bertanya pada orang yang berdiri di belakang tak jauh darinya. Sorot mata menajam, memusatkan pikiran.
Elo melangkah ke depan dua langkah. Satu tangan dia masukkan ke saku celana sebelah kiri. “Tentu saja tahu. Meski hari ini aku tidak melihat batang hidungnya dengan mata kepalaku sendiri, tapi kuyakin ia ada di antara kita.”
Zean tersenyum masam. Tangannya mengangkat gelas yang sempat dibawa lalu meneguk isinya sampai habis.
Rasa soda menyeruak ke tenggerokan sesaat terasa panas, Zean sampai melipat bibirnya sendiri.
“Kau tahu, El? Sekarang tanggung jawabku bertambah.” Pria itu masih menatap lurus. Seolah dia sedang memandangi masa-masa yang akan datang dengan segala kerumitan hidupnya selama ini.
Menjadi anak tunggal keluarga Pratama membuat Zean harus mau menanggung semua. Tentang tanggung jawabnya pada Pak Bobi, Pratama Group, dan sekarang ditambah dengan hadirnya Sally sebagai istri. Lengkap sudah semua hal yang harus dipikul.
Delon bergeming di posisi yang tadi. Pria itu tak mau menyela ketika adik iparnya ingin berkeluh kesah. Selama ini memang Zean tidak ada tempat berbagi kecuali dirinya. Elo sadar secara penuh bagaimana kehidupan Zean yang penuh tekanan.
“Ze, aku tahu posisimu. Terlalu banyak hal yang perlu kau tanggung.” Elo mendekat lagi, menepuk pundak Zean secara pelan. “Aku ada di sini. Akan kutemani perjalananmu.”
Ekor mata Zean melirik tangan kakak sepupunya yang ada di atas bahu. Dia memutar badan dan memeluk Elo dengan erat.
“Terima kasih untuk semua. Aku bahkan tak tahu sampai kapan akan terus merepotkanmu.”
Elo hanya menepuk punggung Zean yang lebar. Pria itu membiarkan adik sepupunya tenang sebentar.
“Sudahlah, apa kau ingin menangis?”
Zean mendorong Elo segera. “Enak saja! Sejak kapan aku jadi pria lemah seperti itu.”
Anak keluarga Bagaskara itu tertawa melihat ekspresi Zean semakin membuatnya bahagia. Pria tampan yang ada di hadapannya itu tengah memberengut dengan muka masam.
“Oke, oke. Sorry. Masuklah dan ke kamar. Bukankah ini malam pertamamu? Adik Ipar pasti sudah menunggu.”
“Cih! Gadis itu.” Zean menggeleng ketika ingat Sally. Perempuan yang seharian ini terasa begitu mengganggu hidupnya.
Elo mengernyitkan dahi, melipat satu tangan ke perut dan lainnya mengusap dagu. “Jangan begitu, bagaimanapun juga dia istrimu.”
Zean menukikan satu alisnya. “Kenapa kau jadi sok bijak begini? Menjijikan!”
“Apa kau bilang?” Elo berteriak karena Zean sudah melenggang masuk kembali ke hotel, meninggalkan dia tanpa peduli.
“Hei, Ze! Kurang ajar sekali dia ini.” Sepupu Zean itu hanya bisa menggerutu, memaki saat adiknya telah hilang dari pandangan.
Pengantin pria itu bergegas menuju kamar yang dia tempati sore tadi. Kaki jenjangnya melangkah santai menuju lift.
Ketika hendak masuk, Zean bertemu sang ayah. Pak Bobi menepuk pundaknya sekilas. “Papa kira sudah masuk kamar dari tadi.”
Zean menggeleng. “Masih ngobrol sama Elo.”
“Hm. Lalu Sally?”
“Sudah ke kamar dari tadi.”
“Kau antar?”
“Tidak.”
“Ya ampun, Zean!” Pak Bobi memukul kepala putranya. Zean mengaduh dan mengusak kepala bagian belakang.
“Kenapa, sih, Pa?”
“Bagaimana bisa kau ini tidak peduli begitu. Dia istrimu sekarang.”
Bibir Zean terbungkam. Dia selalu tak bisa menentang pembicaraan Pak Bobi, hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala. Ayahnya tak pernah menerima penolakan.
“Iya, maaf.”
“Maafmu harusnya pada Sally. Untuk apa sama Papa?”
“Iya, Pa. Nanti minta maaf.”
Pak Bobi mengurut pangkal hidungnya sendiri. Beliau lelah karena beberapa hari ikut sibuk dengan besannya.
“Sudahlah, naik ke atas dan temui istrimu.”
Pintu lift terbuka dan Zean segera masuk bersama ayahnya.
***
Tanpa mengetuk pintu, Zean memasuki kamar president suite yang menampung dirinya dan Sally tadi. Pria itu melangkah menuju sofa dan mengempaskan diri di tempat empuk tersebut.
Jas yang membungkus dirinya sejak tadi Zean lepas dan dibuang asal. Tangannya bergerak membuka kancing kemeja.
Dia membiarkan tubuhnya terekspos tanpa peduli. Entah lupa atau sengaja seolah tak menganggap Sally ada.
“Argh!” Lengkingan suara lagi-lagi memekakkan telinga. Zean yang sempat memejamkan mata kembali melek.
“Gadis Kecil! Berisik!” bentaknya seketika. Dia lelah mendapati Sally suka sekali berteriak.
“Kamu!”
“Hm.” Zean menjawab malas.
“Kenapa kamu di sini?” Sally kebingungan sampai menutup mulut. Satu tangan menarik ujung kaos oblong yang dia kenakan untuk menutup pahanya karena hanya memakai celana pendek.
Pria itu tak lantas menjawab. Dia memilih berdiri dan melenggang menuju kamar mandi.
“Hei! Kamu mau ke mana? Aku belum dapat jawaban.”
Zean tetap melangkah sampai akhirnya Sally memblokir jalan dengan cara mengadang dan merentangkan dua tangan.
Suaminya mendecakkan lidah, meraup wajah secara kasar lalu membuang napas besar. “Menyingkir! Aku mau mandi.”
“Jawab dulu pertanyaanku!”
Pria itu bersedekap. “Apa?”
“Kenapa kamu di sini?” tanya Sally lagi.
“Bodoh!”
“Apa kamu bilang?” Sally melotot sambil berkacak pinggang. Tidak terima Zean menilai dirinya demikian.
“Kubilang, kau itu bodoh. Sudah tahu aku suamimu, kenapa harus bertanya ada urusan apa aku di sini!”
“Eh?” Sally mengerjap linglung. Sepertinya gadis itu lupa jika sudah menikah.
Zean tersenyum geli, lalu mendorong tubuh istrinya sampai menabrak tembok dekat pintu kamar mandi. “Mau jawab apa kau?”
Gadis itu beringsut mundur sampai memalingkan wajah. Dia ketakutan setengah mati karena tubuh Zean terlalu dekat dalam mengurung dirinya. Pria itu tersenyum miring, mungkin merasa lucu dengan istri barunya itu.
Saat Sally masih memalingkan wajah dan memejamkan mata rapat, Zean berangsur mundur. Dia mengacak rambut Sally dan pergi.
“Huh!” Gadis itu membuang napas lega saat mendengar pintu kamar mandi ditutup dan melihat Zean sudah tak ada. Mungkin dia merasa terselamatkan karena tak ada apa-apa yang terjadi.
.
.
.
.
Bersambung ….
Makasih sudah mau mampir.
Info karya-karya Uki Suki yang lain bisa intip di instagram @ukiii__21
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
sharvik
in yg bikik kesel. . .walaupun tk cinta tp tk mgkn jg lupa dg suami hahah
2024-05-27
0
Qaisaa Nazarudin
Siapa?? pacarnya Zean ya??
2023-02-21
0
Julita Rahmi Harahap
semangat thor
2021-03-15
0