Ch. 16: Tidur Nyenyak

Perjalanan di hari Minggu memang membuat orang-orang terjebak macet. Tak terkecuali Zean dan Sally.

Sepasang pengantin baru itu baru keluar dari rumah keluarga Pratama sekitar jam lima sore. Sekarang, jam di tangan Zean menunjuk angka tujuh. Hari-hari biasa perjalanan kota C ke A cukup memakan waktu 120 menit. Akan tetapi, tidak untuk kali ini.

Dengkusan kasar dari hidung Zean sejak tadi terdengar. Terlihat sekali pria itu mulai bosan dan tidak betah. Sementara itu, Sally di sebelah bergeming. Gadis itu benar-benar marah pada suaminya.

Zean melirik ke arah kiri. Terlihat istri barunya itu hanya melihat luar jendela. Dia berdehem beberapa kali, tetapi tidak digubris sama sekali.

Huh! Baiklah, buang harga diri, Ze. Kau harus mengajaknya bicara dulu.

Hati Zean bergumam. Mau tidak mau dia tetap mengalah demi kebaikan bersama.

"Gadis Kecil, kau masih marah?"

Meski sudah memulai pembicaraan lebih dahulu, tetap saja Sally membisu. Gadis itu justru melengos. Dia menyamankan posisi lalu memejam setelah itu.

Ya ampun, susah kalau punya istri masih bocah!

Ingin sekali Zean mengumpat. Pria dua puluh enam tahun itu merasa diinjak-injak harga diri yang ia miliki.

Selama ini, Zean selalu disegani. Tak-tiknya dalam berbinis sangat mumpuni. Dia seolah berdiri tegak di belakang sang ayah.

Namun, sayangnya semua kekuasaan dan cara kerjanya tak bisa digunakan sekarang. Pak Bobi mengultimatum sore tadi jika dia tak boleh menyakiti si Menantu Kesayangan.

"Suka atau tidak, cinta atau benci. Papa dan Mama tidak mau mendengar alasanmu menyakitinya. Titik!"

Gendang telinga Zean seolah dipenuhi ucapan Pak Bobi. Ayahnya memiliki kuasa penuh atas kehidupan yang Zean jalani. Pria itu sejak kecil didikte begitu keras dan tak bisa menentang apa pun yang diucap Pak Bobi.

Ketika Zean melanggar atau melakukan kesalahan. Suami dari Bu Lyra itu tak segan menghajar putra tunggal mereka. Zean sadar jika ayahnya memiliki tempramen yang sangat buruk.

Setelah berkutat di jalanan hampir tiga jam penuh, akhirnya mobil Zean sampai di depan gerbang kediaman Birawan. Dia segera memencet klakson agar dibukakan pintu gerbang.

Pak Im terlihat mendorong gerbang sampai mobil bisa masuk. Beliau mengangguk dan mengucap selamat malam.

Mobil putih itu parkir di pelataran rumah dekat teras. Mesin sudah mati dan pria di dalamnya siap turun. Tangan Zean bergerak lincah melepas sabuk pengaman yang membelit tubuh.

"Gadis Kecil, ayo turun," ucapnya tanpa melihat Sally.

Tak ada jawaban yang didapat selama Zean merapikan pakaian. Dia lalu menoleh.

"Haish ... ternyata kau tidur." Pria itu mencondongkan diri lalu mengguncang pelan lengan istrinya. "Gadis Kecil, sudah sampai. Bangun."

Zean menunggu beberapa detik. Akan tetapi, sepertinya usaha yang dilakukan sia-sia.

"Sa, bangun." Dia terus berusaha lebih keras lagi.

"Hah! Bagaimana bisa kau tidur senyenyak ini? Kau kira ini di kasur?" Usai mendesahh sekejap, Zean turun lalu memutari mobil menuju pintu sebelah kiri. Dia terpaksa menggendong Sally. Gadis itu hanya menggeliat sebentar.

"Apa gendonganku terlalu nyaman? Sampai kau hanya seperti itu?"

Tangannya sekarang sibuk membawa Sally. Jadi, koper di bagasi tak bisa Zean bawa pula. Pria itu berteriak minta tolong pada Pak Im karena tak ingin bolak-balik keluar.

"SIAP! Tuan Muda." Jawaban lantang diberikan Pak Im ketika mendengar teriakan Zean. Menantu majikannya itu lebih dahulu memasuki rumah.

Pintu dibukakan oleh Bu Anna sendiri. Beliau sempat terhenyak melihat sang menantu membopong tubuh putrinya.

"Ze! Ada apa?"

Zean menggeleng. "Sepertinya dia mengantuk sekali, Mi. Jadi ketiduran dan tidak mau bangun. Jangan panik, Mi."

Bu Anna membuang napas lega. Kemudian, beliau meminta Zean segera ke kamar.

Sampai di bawah tangga, Zean berhenti. Bu Anna di belakang bertanya, "Ada apa, Ze?"

"Mi, aku tidak tahu kamar Sally."

"Oh, iya. Biar Mami duluan."

Zean mengikuti ibu mertua menuju kamar Sally. Di belakang ada Pak Im yang menyeret dua koper sekaligus.

Sampai kamar, menantu keluarga Birawan itu merebahkan Sally hati-hati. Ikat rambut yang mengganjal dia lempar ke sembarang arah.

"Ze, kamu mau makan sekarang?"

"Tidak, Mi. Nanti saja kalau Sally bangun."

"Oke. Istirahatlah. Mami keluar dulu. Koper ada di depan kamar, Pak Im sudah turun sepertinya."

"Ya, Mi. Nanti aku bawa masuk."

Zean beranjak dari tempat tidur, dia lalu mengantar Bu Anna keluar sekalian menyeret koper.

Pintu dia tutup kembali setelah semua masuk. Dia memandangi sebentar ruangan di mana sekarang harus tidur.

Kakinya bergerak mendekati ranjang, ganti memandangi istrinya yang masih pulas. Sadar atau tidak dia tersenyum tipis.

"Sebaiknya aku ke kamar mandi sebentar, baru nyusul tidur."

____________________

Mentari menyibak cakrawala yang hitam. Sally menggeliat tanpa arah dan memeluk gulingnya erat.

Mata masih terpejam, alis bertaut dan dahi Sally berkerut saat merasa gulingnya terlalu keras.

Secara perlahan dia membuka mata yang masih terasa lengket. Kedua panca indra itu langsung membola.

"Arg--"

"Kalau berteriak kau akan mati!"

Sally mendelik menatap itu. Suaminya dengan tega mengancam dan membekap mulut semena-mena.

Gadis itu tadi kaget karena tidur memeluk Zean. Dia lupa jika sudah menikah.

"Hmph ... hmph ...." Kepala Sally menggeleng kanan kiri minta dilepas, tetapi Zean justru tersenyum jail.

"Kau terlihat lucu kalau begini."

Sally makin meronta. Dia menarik tangan suaminya yang ada di wajah, tetapi percuma. Zean menekan terlalu dalam. Apa pria itu benar-benar ingin membunuh istrinya?

"Hmph!"

"Janjilah untuk diam. Hilangkan kebiasaanmu teriak-teriak."

Nona Muda Birawan itu cepat mengangguk. Pipinya ikut sakit terlalu lama dibungkam. Suami barunya benar-benar gila.

"Hah!" Dia membuang napas besar. Bungkaman dari Zean membuat Sally sempat merasa takut.

"Kamu keterlaluan!" Bantal yang ada di dekat Sally pukulkan pada Zean. Pria itu mengangkat kedua tangan untuk menghalau tindakan istrinya.

"Cukup!" Zean berkata tegas. "Mandi sana kalau tidak mau telat."

Jam di atas nakas Sally tengok. Dia kelabakan dan langsung turun. Rambutnya yang panjang dikumpulkan jadi satu, dia kebingungan mencari ikat rambut.

"Sudah kubuang." Zean menyela santai ketika sadar kelakuan istrinya.

Si pemilik ikat rambut menoleh sinis. Bibirnya cemberut dengan raut wajah ingin marah.

Akan tetapi, tanggapan Zean tak acuh. Hal itu membuat Sally mendengkus berulang sebelum dia mencari ganti ikat rambut lain dari laci.

.

.

.

Terpopuler

Comments

El_Tien

El_Tien

semangat up

2022-01-20

0

Kenzien Yodha

Kenzien Yodha

novelmu bagus² thor..semangat untuk tetap berkarya🥰🥰

2021-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1: Rumah Sakit
2 Ch. 2: Pertemuan
3 Ch. 3: Pertikaian
4 Ch. 4: Video Call
5 Ch. 5: Debat Lagi
6 Ch. 6: Sesuai Janji
7 Ch. 7: Naluri
8 Ch. 8: Cincin Pernikahan
9 Ch. 9: Galau
10 Ch. 10: Wedding Day
11 Ch. 11: Kamar
12 Ch. 12: Pesta Pernikahan
13 Ch. 13: Kamar (2)
14 Ch. 14: Pagi Pertama
15 TCGK-15
16 Ch. 16: Tidur Nyenyak
17 Ch. 17: Diantar Suami
18 Ch. 18: Macet
19 Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20 Ch. 20: Lupa
21 Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22 Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23 Ch. 23: Terpisah Jarak
24 Ch. 24: Uji Coba Pertama
25 Ch. 25: Ternoda
26 Ch. 26: Kunjungan
27 Ch. 27: Hujan
28 Ch. 28: Ujian Nasional
29 Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30 Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31 Ch. 31: Lebih Baik Diam
32 Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33 Ch. 33: Tetap di Sini
34 Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35 Ch. 35: IGD
36 BAB 36
37 Bab 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 Ch. 44 : Menemukanmu
45 BAB 45
46 BAB 46
47 Ch. 47: Luapan Rindu
48 Ch. 48: Kembali
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 Ch. 53: Dingin
54 Ch. 54: Anak?
55 Ch. 55: Perjalanan
56 BAB 56
57 Bab 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 S2 - Bab1
63 S2- Bab 1
64 S2- Bab2
65 S2- Bab 3
66 S2 - Bab 4
67 S2- Bab 5
68 S2 - Bab 6
69 S2- Bab 7
70 S2 - Bab 8
71 S2 - Bab 9
72 S2 - Bab 10
73 S2 - Bab 11
74 Bab 11
75 S2 - Bab 12
76 S2 - Bab 13
77 S2 - Bab 14
78 S2 - Bab 15
79 S2 - Bab 16
80 S2 - Bab 17
81 S2 - Bab 18
82 S2 - Bab 19
83 S2 - Bab 20
84 S2 - Bab 21
85 S2 - Bab 22
86 Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87 Ch. 87: Terhukum Rindu
88 S2 - Bab 25
89 S2 - Bab 26
90 S2 - Bab 27
91 S2 - Bab 28
92 S2 - Bab 29
93 S2 - Bab 30
94 S2 - Bab 31
95 Akhir Kisah (END)
96 Maaf dan terima kasih.
97 Extra Part
98 BonChap ZeSa - 2
99 Extra Part (3)
100 Extra Part (3)
101 Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102 Baca Aja
103 Wanita Bayaran untuk Anakku
104 Menikahi Teman Kelas (info)
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Ch. 1: Rumah Sakit
2
Ch. 2: Pertemuan
3
Ch. 3: Pertikaian
4
Ch. 4: Video Call
5
Ch. 5: Debat Lagi
6
Ch. 6: Sesuai Janji
7
Ch. 7: Naluri
8
Ch. 8: Cincin Pernikahan
9
Ch. 9: Galau
10
Ch. 10: Wedding Day
11
Ch. 11: Kamar
12
Ch. 12: Pesta Pernikahan
13
Ch. 13: Kamar (2)
14
Ch. 14: Pagi Pertama
15
TCGK-15
16
Ch. 16: Tidur Nyenyak
17
Ch. 17: Diantar Suami
18
Ch. 18: Macet
19
Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20
Ch. 20: Lupa
21
Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22
Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23
Ch. 23: Terpisah Jarak
24
Ch. 24: Uji Coba Pertama
25
Ch. 25: Ternoda
26
Ch. 26: Kunjungan
27
Ch. 27: Hujan
28
Ch. 28: Ujian Nasional
29
Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30
Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31
Ch. 31: Lebih Baik Diam
32
Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33
Ch. 33: Tetap di Sini
34
Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35
Ch. 35: IGD
36
BAB 36
37
Bab 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
Ch. 44 : Menemukanmu
45
BAB 45
46
BAB 46
47
Ch. 47: Luapan Rindu
48
Ch. 48: Kembali
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
Ch. 53: Dingin
54
Ch. 54: Anak?
55
Ch. 55: Perjalanan
56
BAB 56
57
Bab 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
S2 - Bab1
63
S2- Bab 1
64
S2- Bab2
65
S2- Bab 3
66
S2 - Bab 4
67
S2- Bab 5
68
S2 - Bab 6
69
S2- Bab 7
70
S2 - Bab 8
71
S2 - Bab 9
72
S2 - Bab 10
73
S2 - Bab 11
74
Bab 11
75
S2 - Bab 12
76
S2 - Bab 13
77
S2 - Bab 14
78
S2 - Bab 15
79
S2 - Bab 16
80
S2 - Bab 17
81
S2 - Bab 18
82
S2 - Bab 19
83
S2 - Bab 20
84
S2 - Bab 21
85
S2 - Bab 22
86
Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87
Ch. 87: Terhukum Rindu
88
S2 - Bab 25
89
S2 - Bab 26
90
S2 - Bab 27
91
S2 - Bab 28
92
S2 - Bab 29
93
S2 - Bab 30
94
S2 - Bab 31
95
Akhir Kisah (END)
96
Maaf dan terima kasih.
97
Extra Part
98
BonChap ZeSa - 2
99
Extra Part (3)
100
Extra Part (3)
101
Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102
Baca Aja
103
Wanita Bayaran untuk Anakku
104
Menikahi Teman Kelas (info)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!