Tidak ada lagi obrolan, sepasang kaki kedua gadis seumuran itu terus melangkah ke tujuan awal. Namun, tiba-tiba Lisa berhenti dan Sally tentu mengikuti gerakan sahabatnya.
"Ada apa?" Sally bertanya heran. Dia menoleh pada Lisa yang memandang lurus ke depan. Ketika pandangan mata Sally ikut diarahkan ke sana, dia sedikit terhenyak.
Apa-apaan dia itu.
Hati yang bersemayam di dada Sally spontan merasa kesal ketika melihat Zean dikerubungi beberapa siswi. Entah apa alasannya, Sally tidak tahu.
"Sa, lihat. Kakak Ganteng itu kemari lagi."
"Hm."
"Ayo ke sana." Tanpa menunggu jawaban, Lisa sudah menarik tangan Sally dengan antusias. Nona muda keluarga Birawan itu sampai berjalan setengah terseret.
"Lisa, apaan, sih?" Sally terus berusaha berontak, tetapi Lisa tidak memedulikan itu.
Tepat berada tak jauh dari Zean, kedua gadis itu baru berhenti. Kedua mata Zean menangkap kehadiran calon istrinya di sana. Dia segera menegakkan tubuh yang sejak tadi bersandar di kap mobil.
Kaki berbalut sepatu yang mengilap, Zean arahkan ke tempat Sally dan Lisa berada. Dua gadis itu memperlihatkan ekspresi tidak sama. Satu datar sedang lainnya salah tingkah.
"Kenapa diam di sini? Ayo!" Tangan seputih salju yang Sally miliki ditarik Zean tanpa bicara dulu.
Lisa dan siswi lain yang ada di sana membelalakkan mata. Tanpa melawan, Sally masuk mobil setelah pintu terbuka.
Zean mengambil alih kemudi. Ketika mesin menyala, para siswi bergeser dari posisi mereka agar tidak tersenggol.
Tanpa mengucap salam perpisahan, Sally pergi lebih dulu meninggalkan Lisa.
Gadis yang masih mematung di tempat itu tersadar. Lisa merasa benar-benar bodoh karena tidak bertanya apa pun, justru ditinggalkan begitu saja.
"Apa Sally kenal Kakak Tampan tadi?" Satu siswi bertanya.
"Iya, ya. Bukankah Sally enggak punya kakak selama ini?" Satu lagi menyahut.
"Apa mungkin saudara? Sepupu?"
"Aku rasa enggak, bukankah ayahnya anak tunggal?"
Satu siswi menanggapi hanya dengan mengangkat bahu. Lisa yang mendengar itu tidak ambil pusing. Dia bergegas menuju mobil dengan beribu pertanyaan.
Apa hubungan Sally dengan pria itu? Apa dia calon suaminya? Tapi bukankah sudah om-om?
Di belakang kemudi, Lisa masih terheran. Namun, detik berikutnya dia mencoba kembali sadar agar bisa mengemudi dengan baik.
***
Zean terus fokus pada jalanan. Sejak tadi tidak ada obrolan antara dirinya dengan Sally. Gadis 18 tahun di sebelahnya duduk, hanya diam, tidak mengajak mengobrol barang sepatah kata.
"Gadis Kecil, apa mau makan dulu?"
Hening, tidak ada jawaban.
"Hei, Gadis Kecil, aku bicara padamu?" Zean berucap dengan mata berkeliaran, menatap antara jalanan dan spion karena sedang berbelok.
Masih tetap tak ada respons.
"Sa ...." Suara pria itu diperhalus. Intonasi dia turunkan tidak setinggi tadi. Namun, tetap percuma. Perempuan yang ada di sebelah masih tetap duduk setengah memunggungi.
Anak Bu Lyra itu berdecak keras, berusaha memancing perhatian, tetapi tetap sepi. Akhirnya, dia menepikan mobil sebentar.
"Sa, kau marah?" Zean bicara tanpa menoleh.
Tidak ada jawaban membuat Zean kesal. Tangannya dengan berani menarik bahu Sally.
"Oh, ya ampun. Kau tidur rupanya." Zean menepuk keningnya sendiri, merasa konyol dengan tingkahnya barusan.
Wajah perempuan itu tertutup rambut, jemari Zean secara yakin menyelipkan ke belakang telinga.
Mungkin posisi terlalu dekat, membuat jantung Zean berdegup lebih kencang ketika melihat bibir merah muda milik calon istrinya.
Naluri kelelakian Zean bangkit. Dalam keadaan setengah sadar, dia memejamkan mata dan menuntun wajah lebih dekat lagi.
Akan tetapi, belum sampai bibir Zean mendarat di tempat tujuan, Sally sudah mendorong kasar hingga membuatnya terhuyung mundur.
"Apa yang kamu lakukan?" Sally memekik secara spontan. Dia dengan kelabakan memeriksa pakaian guna memastikan seragam masih lengkap dan benar posisinya.
"Kau!"
Oh, s h i t!
Zean mengumpat dalam hati. Sikunya terasa nyeri lantaran membentur dasboard dan bagian punggung menabrak pintu.
"Apa?" Sally membalas tanpa takut. Dia benar-benar marah. Terbukti dari wajahnya yang putih menjadi sedikit memerah karena menahan emosi. Deru napasnya terdengar lebih kencang.
Zean berdecak usai membenarkan posisi. "Aku hanya membantu mengubah posisi. Sejak tadi kepalamu terantuk kaca jendela."
Alasan yang sempurna dilontarkan Zean. Dia tidak mungkin mengaku jika tadi ingin mengambil ciuman diam-diam. Harga diri seorang Tuan Muda Pratama bisa jatuh.
"Awas saja kalau kamu macam-macam!" Sally bicara dengan nada mengancam, lalu kembali membenarkan posisi duduknya menatap ke depan.
Cih, Gadis Kecil. Liat saja kau setelah jadi istriku. Aku akan mencabik-cabik dirimu, sampai membuka mata pun berat.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Efvi Ulyaniek
dipart sebelum nya ktnya rambut sebahu..lha kok mendadak jd panjang bergelombang 😀😀🤭
2023-12-20
0
Qaisaa Nazarudin
Bisa2 nya Sally tidur..🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-02-21
0
Riska Wulandari
gayamu sok dingin sok jual mahal Ze,,tapi baru liat begitu aja pikiran udah kemana mana..😜😜😜
2021-11-14
1