Ch. 18: Macet

Kegiatan pagi hari saling diam selama perjalanan ke sekolah Sally usai. Jam bergerak terasa begitu cepat. Mungkin efek menyesuaikan tempat baru, menjadikan Zean terlalu fokus dan lupa waktu.

Laptop di atas meja, Zean matikan. Beberapa berkas yang dia pelajari seharian ikut dibawa pulang. Tak ada asisten pribadi di sana, berbeda saat di Pratama Group, Zean ditemani Elo.

Tak masalah, Zean pikir bisa mengatasi semua itu. Kecerdasannya selalu menjadi andalan sang ayah.

Keluar dari ruang kerja dengan langkah penuh percaya diri, Zean menapaki lantai menuju lift.

Beberapa karyawan yang hendak memakai lift urung ketika mendapati pimpinan baru mereka ingin melakukan hal yang sama.

Pria itu hanya tersenyum tipis.

Pintu lift terbuka karena sampai di lantai dasar, Zean bergegas keluar gedung dan melajukan mobil untuk menjemput sang istri.

Sudah hampir satu jam Sally menunggu jemputan. Gadis itu pulang tak sampai jam lima sore meski ditambah pelajaran tambahan.

 

***

Kafe terdekat dengan sekolahan menjadi tempat Sally dan Lisa bercengkrama. Dua gadis cantik itu tak langsung pulang dan memilih mampir sembari menunggu jemputan dari Zean.

Gadis cantik berambut pendek itu terpingkal-pingkal sampai memukul meja berulang. Sally dibuat malu dengan kelakuan Lisa.

“Udah. Ketawa mulu. Nggak capek?”

“Aduh, perutku sampai sakit, Sa.”

Sally mencebik. “Makanya diem.”

Lisa membenahi ekspresi. Dia mengontrol diri agar tenang. Tidak mungkin terus tertawa atau perut itu akan kaku sebentar lagi.

“Aku ke toilet dulu, ya. Nggak kuat, nanti kalau ngompol di sini, kan, nggak lucu.”

“Idih! Jorok banget.”

Lisa kembali tertawa, tetapi tubuhnya mendorong kursi dan pergi. Dia meninggalkan Sally sendiri.

Mobil parkir di halaman kafe yang cukup luas. Zean turun lalu merapikan pakaian sesaat. Jas dan dasi masih menempel, kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung.

Langkah kakinya mengayun santai masuk ke area kafe. Suara musik mulai terdengar.

Bisik-bisik pengunjung mulai ikut mengalun. Mereka saling lempar pandang lalu menatap takjub pada sosok rupawan yang tak sengaja menebar pesona.

Mahasiswi dan pelajar menjadi satu di tempat itu, kafe dengan sasaran anak muda karena harga menu low budget.

Zean melepas kacamata, mengedarkan pandangan. Mata hitamnya menangkap sosok yang dicari. Gadis berambut panjang dengan ikatan gaya ekor kuda itu tengah menunduk dan bermain ponsel.

“Kenapa sendirian?”

Suara serak itu sukses membuat Sally mendongak. Dia langsung melengos.

Zean menarik kursi di sebelah Sally. Tanpa peduli, dia mengambil  ice coffee yang ada di depan istrinya lalu ikut menyesap melalui sedotan.

Sally membulatkan mata. “Punyaku!” hardiknya kesal.

Zean tersenyum lalu menyodorkan gelas yang habis separuh isinya. “Haus.”

“Siapa peduli? Uangmu banyak, apa nggak bisa pesan sendiri?”

Melihat Sally bersungut, Zean justru merasa senang. Dia hendak menjawab, tetapi Lisa sudah datang.

“Kakak Ganteng.”

Gadis itu antusias, membuat Sally memutar bola mata. Zean mengangguk sambil melempar senyum.

“Kakak mau minum?”

“Tidak. Mau pulang.”

“Oh, oke. Kalau gitu aku bayar.”

“Tidak perlu, aku saja. Kalian di sini.”

Mendengar perintah Zean, Lisa kembali duduk dan hanya menjadi penonton atas perilaku suami sahabatnya itu.

Tubuh Zean yang tinggi tegap dengan langkah tenang ikut menyihir Lisa dan lainnya.

“Ya, ampun, Sa. Beruntung banget punya suami kayak Kakak Ganteng.”

Sally hanya berdecih. Dia lalu mengambil minumannya lagi dan menghabiskan sisa Zean tadi.

“Ayo!”

Tak selang lama, Zean kembali. Dia sudah berdiri di dekat istrinya dan Lisa.

Perempuan yang ditunggu masih tak peduli, Lisa geleng kepala.

“Ayo, Sa! Ditungguin Kakak Ganteng.”

Tak ada jawaban. Minuman dingin itu akhirnya habis. Zean masih setia terdiam, membiarkan Sally bertingkah sesuka hati. Bukankah istrinya memang suka demikian? Menguji kesabaran manusia.

Lisa sudah berdiri lebih dulu lalu diikuti Sally.

Nona muda keluarga Birawan itu memundurkan kursi dan memutar diri. Namun, nasib sial seolah tengah menimpa dirinya. Satu kaki sebelah kiri berbalut sepatu kets itu tersangkut di salah satu kaki meja, membuat Sally nyaris terjatuh.

“Hati-hati,” kata Ze saat berhasil menangkap sang istri.

Beberapa saat mereka berpandangan tanpa diminta. Lisa ikut ternganga, tetapi detik berikutnya dia sengaja berdehem, membuat dua pengantin baru itu saling menjauhkan diri.

“Cieee ….” Sorakan pengunjung saling menyahut. Zean dan Sally berubah canggung.

Gadis sembilan belas tahun itu segera membenahi sweter yang menutup seragamnya. Lalu, kakinya melangkah tergesa. Zean segera menyusul.

Sepanjang perjalanan tak ada obrolan. Sally membisu dengan wajah malas sedangkan Zean tengah fokus mengemudi.

Jalanan kembali dipadati dengan puluhan atau mungkin ratusan kendaraan yang saling berebut untuk segera sampai. Namun, semua usaha akan terasa percuma karena sekarang memang jam pulang orang-orang yang seharian bekerja menyebabkan macet di setiap titik.

Kemacetan cukup lama membuat Zean bosan. Dia melirik Sally dan ingin bertanya, tetapi ragu.

“Kau bisa mengemudi, Gadis Kecil?”

Akhirnya Zean lebih dulu mengajak bicara. Tak ada salahnya mengakrabkan diri.

Hening. Tetap tak ada jawaban. Bibir mungil istrinya seolah sulit sekali untuk terbuka.

Zean mendengkus kasar. “Sa, aku nanya.”

Gadis itu menoleh. “Bisa!” jawabnya ketus.

Zean ganti menghela napas panjang. Belum seminggu menghadapi istri kecilnya sudah harus banyak bersabar.

“Kau marah padaku?”

Diam lagi. Sally benar-benar tak bisa diajak mengobrol meski hanya sebagai pengisi waktu selama terjebak di jalanan.

Gadis ini, sungguh menyebalkan dari yang aku kira.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Maharani Chy Fadrus

Maharani Chy Fadrus

tapi jangn bikin sellynya terlalu cuek thor g seru

2021-09-14

1

Nurcahyani Nurr

Nurcahyani Nurr

Sally msh beradaptasi inih bng ze.. Sabarrr

2021-08-03

0

Anggra

Anggra

ahhh Sally ....cowok tampan gt jgn disia"in donk..diem aja😔

2021-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1: Rumah Sakit
2 Ch. 2: Pertemuan
3 Ch. 3: Pertikaian
4 Ch. 4: Video Call
5 Ch. 5: Debat Lagi
6 Ch. 6: Sesuai Janji
7 Ch. 7: Naluri
8 Ch. 8: Cincin Pernikahan
9 Ch. 9: Galau
10 Ch. 10: Wedding Day
11 Ch. 11: Kamar
12 Ch. 12: Pesta Pernikahan
13 Ch. 13: Kamar (2)
14 Ch. 14: Pagi Pertama
15 TCGK-15
16 Ch. 16: Tidur Nyenyak
17 Ch. 17: Diantar Suami
18 Ch. 18: Macet
19 Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20 Ch. 20: Lupa
21 Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22 Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23 Ch. 23: Terpisah Jarak
24 Ch. 24: Uji Coba Pertama
25 Ch. 25: Ternoda
26 Ch. 26: Kunjungan
27 Ch. 27: Hujan
28 Ch. 28: Ujian Nasional
29 Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30 Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31 Ch. 31: Lebih Baik Diam
32 Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33 Ch. 33: Tetap di Sini
34 Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35 Ch. 35: IGD
36 BAB 36
37 Bab 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 Ch. 44 : Menemukanmu
45 BAB 45
46 BAB 46
47 Ch. 47: Luapan Rindu
48 Ch. 48: Kembali
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 Ch. 53: Dingin
54 Ch. 54: Anak?
55 Ch. 55: Perjalanan
56 BAB 56
57 Bab 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 S2 - Bab1
63 S2- Bab 1
64 S2- Bab2
65 S2- Bab 3
66 S2 - Bab 4
67 S2- Bab 5
68 S2 - Bab 6
69 S2- Bab 7
70 S2 - Bab 8
71 S2 - Bab 9
72 S2 - Bab 10
73 S2 - Bab 11
74 Bab 11
75 S2 - Bab 12
76 S2 - Bab 13
77 S2 - Bab 14
78 S2 - Bab 15
79 S2 - Bab 16
80 S2 - Bab 17
81 S2 - Bab 18
82 S2 - Bab 19
83 S2 - Bab 20
84 S2 - Bab 21
85 S2 - Bab 22
86 Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87 Ch. 87: Terhukum Rindu
88 S2 - Bab 25
89 S2 - Bab 26
90 S2 - Bab 27
91 S2 - Bab 28
92 S2 - Bab 29
93 S2 - Bab 30
94 S2 - Bab 31
95 Akhir Kisah (END)
96 Maaf dan terima kasih.
97 Extra Part
98 BonChap ZeSa - 2
99 Extra Part (3)
100 Extra Part (3)
101 Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102 Baca Aja
103 Wanita Bayaran untuk Anakku
104 Menikahi Teman Kelas (info)
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Ch. 1: Rumah Sakit
2
Ch. 2: Pertemuan
3
Ch. 3: Pertikaian
4
Ch. 4: Video Call
5
Ch. 5: Debat Lagi
6
Ch. 6: Sesuai Janji
7
Ch. 7: Naluri
8
Ch. 8: Cincin Pernikahan
9
Ch. 9: Galau
10
Ch. 10: Wedding Day
11
Ch. 11: Kamar
12
Ch. 12: Pesta Pernikahan
13
Ch. 13: Kamar (2)
14
Ch. 14: Pagi Pertama
15
TCGK-15
16
Ch. 16: Tidur Nyenyak
17
Ch. 17: Diantar Suami
18
Ch. 18: Macet
19
Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20
Ch. 20: Lupa
21
Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22
Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23
Ch. 23: Terpisah Jarak
24
Ch. 24: Uji Coba Pertama
25
Ch. 25: Ternoda
26
Ch. 26: Kunjungan
27
Ch. 27: Hujan
28
Ch. 28: Ujian Nasional
29
Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30
Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31
Ch. 31: Lebih Baik Diam
32
Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33
Ch. 33: Tetap di Sini
34
Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35
Ch. 35: IGD
36
BAB 36
37
Bab 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
Ch. 44 : Menemukanmu
45
BAB 45
46
BAB 46
47
Ch. 47: Luapan Rindu
48
Ch. 48: Kembali
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
Ch. 53: Dingin
54
Ch. 54: Anak?
55
Ch. 55: Perjalanan
56
BAB 56
57
Bab 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
S2 - Bab1
63
S2- Bab 1
64
S2- Bab2
65
S2- Bab 3
66
S2 - Bab 4
67
S2- Bab 5
68
S2 - Bab 6
69
S2- Bab 7
70
S2 - Bab 8
71
S2 - Bab 9
72
S2 - Bab 10
73
S2 - Bab 11
74
Bab 11
75
S2 - Bab 12
76
S2 - Bab 13
77
S2 - Bab 14
78
S2 - Bab 15
79
S2 - Bab 16
80
S2 - Bab 17
81
S2 - Bab 18
82
S2 - Bab 19
83
S2 - Bab 20
84
S2 - Bab 21
85
S2 - Bab 22
86
Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87
Ch. 87: Terhukum Rindu
88
S2 - Bab 25
89
S2 - Bab 26
90
S2 - Bab 27
91
S2 - Bab 28
92
S2 - Bab 29
93
S2 - Bab 30
94
S2 - Bab 31
95
Akhir Kisah (END)
96
Maaf dan terima kasih.
97
Extra Part
98
BonChap ZeSa - 2
99
Extra Part (3)
100
Extra Part (3)
101
Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102
Baca Aja
103
Wanita Bayaran untuk Anakku
104
Menikahi Teman Kelas (info)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!