Ch. 5: Debat Lagi

“Hei, kenapa lama sekali!” Teguran kesal langsung menyambut Sally ketika gadis itu baru menggeser icon hijau dari ponsel.

Mata Sally membulat penuh ketika melihat wajah siapa yang tengah memenuhi layar ponsel miliknya.

Otaknya tiba-tiba tumpul dan tidak bisa diajak berpikir. Bibir Sally ikut kelu sampai tak bisa menjawab.

“Hei! Kau di mana? Kenapa yang kulihat hanya tumpukan buku?” Zean terus protes. Pria itu tidak terima karena tak kunjung dapat jawaban dan tidak melihat orang yang dihubungi.

“Hei! Apa kau dengar?” Wajah Zean yang kesal terlihat kentara.

Sally cepat-cepat mengalihkan kamera. “Iya,” jawabnya malas tanpa rasa bersalah.

 “Huh! Dari mana saja kau?”

Sally tak kunjung menjawab. Dia malas meladeni Zean. Rasa kesalnya belum hilang lantaran pertikaian tadi sore begitu membekas di hati.

“Hei, aku tanya.”

“Iya, aku juga tahu.” Sally berkata jutek.

“Huh.” Zean menatap remeh. “Lalu dari mana kau?”

“Tidak dari mana-mana.” Sally menjawab asal. Raut wajahnya memperlihatkan ekpsresi dingin dan ketus, tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Andai saja Zean bukan seorang pria, pasti dia sudah tersulut emosi dan mematikan panggilan.

Akan tetapi, pria itu justru tersenyum miring. Melihat tingkah Sally, Zean menebak kalau gadis itu masih begitu labil. Kelak, jika menikah pasti akan merepotkan. Memikirkan itu saja, membuat anak Pak Bobi itu menertawakan dirinya sendiri.

Seorang Tuan Muda Pratama, hidup serba mudah, tetapi segalanya harus diatur sang ayah. Hebatnya lagi, Zean tidak bisa mengelak barang sedetik saja. Otak pria itu tidak bisa menjangkau pikiran Pak Bobi. Begitu tega beliau meminta Zean menikahi Sally.

“Ada apa? Dapat dari mana nomorku?” Sally melempar pertanyaan karena sejak tadi Zean tak menyahut lagi. Pria itu hanya terdiam dengan ekspresi yang tidak bisa Sally mengerti.

Kedua mata bening Zean mengarah pada ponsel, memandang wajah Sally yang masih kesal. “Kenapa responsmu seperti itu? Apa aku ini mengganggu?”

“Tentu saja!” Sally menyergah cepat.

Gelak tawa terdengar dari sambungan telepon. Sally jadi bingung karena merasa tidak ada yang lucu. Namun, kenapa Zean bisa terbahak-bahak demikian? Apa dia setengah tidak waras? Oh, entahlah. Sally sendiri tak begitu mengenal putra semata wayang keluarga Pratama itu.

“Kau marah padaku, Gadis Kecil?” Usai puas tertawa,  Zean kembali menjadi manusia normal. Dia sudah tenang dan ekspresinya kembali datar. Dia begitu cepat mengubahnya.

Sally tak langsung menjawab. Lelah berdiri, dia menarik kursi belajar dan duduk. Kemudian, dia baru berkata, “Enggak! Buat apa marah? Lagi pula, aku nggak paham dengan apa yang sedang kamu bahas.” Dia menyibak rambut sebentar. “Dan satu lagi, aku minta jangan memanggilku gadis kecil!” Nada bicara dia tekankan di kata terakhir, pertanda gadis itu tidak menyukai panggilan yang diberikan Zean.

Bagi Sally, umurnya memang masih belia. Akan tetapi, dia merasa sudah cukup dewasa dalam menyikapi segala hal. Menjadi anak sulung, tentu Sally merasa harus bisa melindungi adiknya.

Zean tertawa lagi. Perlakuan itu membuat Sally bergidik sendiri, menerka-nerka apakah Zean ini memang gila? Kenapa harus demikian?

“Baiklah jika tidak marah. Aku hanya mau bilang besok kujemput lagi. Urusan kita belum selesai soal cincin. Tunggu aku di sekolah dan kuharap kau tidak mengacau kembali.”

Mendengar perkataan Zean, kedua mata Sally melotot. Gadis itu tidak terima disalahkan. Memangnya siapa mau mengurusi semua sendiri jika orang yang membawa saja tidak ada.

“Enak saja!” Sally menyela cepat. “Kamu bilang aku mengacau? Huh! Tidak berkaca. Itu salahmu!”

“Hei! Jelas saja itu salahmu. Siapa yang menyuruhmu hilang tiba-tiba, sehingga membuatku malu?” Zean memotong cepat. Pria itu enggan untuk mengalah. Badannya sudah lelah perjalanan tadi, tetpi Sally seolah sulit diajak bicara.

Mendengar penyelaan itu, Sally tertawa sumbang. Perlakuan itu terlihat jelas jika dia tengah meremehkan Zean. “Oh, Anda juga punya malu, Tuan Muda Pratama?” Gadis itu bicara dengan nada menyindir. Sontak, membuat Zean benar-benar meradang.

“Apa maksudmu?” Kedua mata Zean membulat, alisnya menaut pertanda tidak sedang main-main.

Melihat hal itu, Sally menelan ludah. Baginya, Zean mendadak terlihat menyeramkan. Tidak ingin memperpanjang masalah, dia segera mengalihkan perhatian. “Eng-enggak, aku cuma bercanda. Sudah dulu, ya. Aku harus belajar.”

Panggilan dimatikan Sally secara sepihak tanpa menunggu jawaban Zean.

“Hei!” Zean meneriaki layar ponsel yang sudah mati. “Huh! Gadis aneh.”

Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis. “Sepertinya aku dapat mainan baru.”

Panggilan sudah berlalu beberapa jam lalu. Waktu ikut bergulir. Sekarang, jam menunjuk ke angka sebelas. Namun, Sally masih terlihat berkutat dengan buku. Akibat terlalu serius, dia lupa berapa lama diam dalam posisi demikian.

“Huah, akhirnya selesai.” Buku latihan terakhir dia tutup. Matanya mulai lelah dan harus beristirahat. Padahal, Sally jarang sekali belajar sampai larut. Paling lama, dia biasanya jam sembilan sudah mulai merangkak ke ranjang.

Meja dan kursi telah rapi kembali. Nona Muda keluarga Birawan itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum terjun ke dunia mimpi.

Wajah Sally sudah segar usai dibasuh, pakaiannya sudah diganti kaus oblong dan celana katun pendek sepaha. Dia menyambar ponsel, lalu menuju kasur yang empuk.

Ponsel dia buka dan langsung muncul beberapa pesan. Sally sengaja mendiamkan benda itu sejak panggilan dari Zean terputus tadi.

[Sa, siapa laki-laki tadi yang mencarimu?]

[Sa, kamu bilang akan dijodohkan, kenapa kamu memiliki pria lain?]

[Sa, kamu harus menjelaskan padaku!]

[Hei, Sa, kenapa kamu enggak membalasku?]

[Sa, apa kamu marah padaku?]

Begitu banyak pesan yang Sally terima, membuat gadis itu tersenyum geli. "Dasar Lisa," decaknya.

[Maaf, aku baru sempat membalas pesanmu. Aku enggak marah, kok.]

Tanpa menunggu lama, balasan pesan yang baru Sally kirim beberapa menit lalu sudah tiba.

[Hei, ke mana saja kamu? Aku bahkan sudah menebak sesuatu yang enggak-enggak. Beri aku penjelasan.] Emoticon marah terselip di akhir kalimat, membuat bibir Sally tertarik ke atas.

[Besok aja, ya. Aku ngantuk sekarang. Pengin cepet tidur. Capek.] 

[Kamu bilang apa? Capek? Memangnya kamu habis melakukan apa? Kamu bahkan nggak peduli denganku yang sejak tadi menunggu balasanmu.]

Melihat balasan itu, Sally jadi membayangkan wajah cemberut Lisa. Gadis itu mengulum senyum tanpa niat  membalas. Pikirnya, besok juga ketemu.

.

.

.

.Bersambung

Terima kasih sudah mampir. Karya pertama saya masih amburadul, ya. Silakan lanjut jika masih nyaman. Hehehe,

Mau tahu info karya-karya dari Uki Suki yang lain? Silakan singgah di instagram @ukiii__21. Visual, spoiler bab, waktu update dibagikan di story.

Terpopuler

Comments

alisha

alisha

mampir dating agency Cyrano

2021-01-09

1

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1: Rumah Sakit
2 Ch. 2: Pertemuan
3 Ch. 3: Pertikaian
4 Ch. 4: Video Call
5 Ch. 5: Debat Lagi
6 Ch. 6: Sesuai Janji
7 Ch. 7: Naluri
8 Ch. 8: Cincin Pernikahan
9 Ch. 9: Galau
10 Ch. 10: Wedding Day
11 Ch. 11: Kamar
12 Ch. 12: Pesta Pernikahan
13 Ch. 13: Kamar (2)
14 Ch. 14: Pagi Pertama
15 TCGK-15
16 Ch. 16: Tidur Nyenyak
17 Ch. 17: Diantar Suami
18 Ch. 18: Macet
19 Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20 Ch. 20: Lupa
21 Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22 Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23 Ch. 23: Terpisah Jarak
24 Ch. 24: Uji Coba Pertama
25 Ch. 25: Ternoda
26 Ch. 26: Kunjungan
27 Ch. 27: Hujan
28 Ch. 28: Ujian Nasional
29 Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30 Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31 Ch. 31: Lebih Baik Diam
32 Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33 Ch. 33: Tetap di Sini
34 Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35 Ch. 35: IGD
36 BAB 36
37 Bab 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 Ch. 44 : Menemukanmu
45 BAB 45
46 BAB 46
47 Ch. 47: Luapan Rindu
48 Ch. 48: Kembali
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 Ch. 53: Dingin
54 Ch. 54: Anak?
55 Ch. 55: Perjalanan
56 BAB 56
57 Bab 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 S2 - Bab1
63 S2- Bab 1
64 S2- Bab2
65 S2- Bab 3
66 S2 - Bab 4
67 S2- Bab 5
68 S2 - Bab 6
69 S2- Bab 7
70 S2 - Bab 8
71 S2 - Bab 9
72 S2 - Bab 10
73 S2 - Bab 11
74 Bab 11
75 S2 - Bab 12
76 S2 - Bab 13
77 S2 - Bab 14
78 S2 - Bab 15
79 S2 - Bab 16
80 S2 - Bab 17
81 S2 - Bab 18
82 S2 - Bab 19
83 S2 - Bab 20
84 S2 - Bab 21
85 S2 - Bab 22
86 Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87 Ch. 87: Terhukum Rindu
88 S2 - Bab 25
89 S2 - Bab 26
90 S2 - Bab 27
91 S2 - Bab 28
92 S2 - Bab 29
93 S2 - Bab 30
94 S2 - Bab 31
95 Akhir Kisah (END)
96 Maaf dan terima kasih.
97 Extra Part
98 BonChap ZeSa - 2
99 Extra Part (3)
100 Extra Part (3)
101 Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102 Baca Aja
103 Wanita Bayaran untuk Anakku
104 Menikahi Teman Kelas (info)
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Ch. 1: Rumah Sakit
2
Ch. 2: Pertemuan
3
Ch. 3: Pertikaian
4
Ch. 4: Video Call
5
Ch. 5: Debat Lagi
6
Ch. 6: Sesuai Janji
7
Ch. 7: Naluri
8
Ch. 8: Cincin Pernikahan
9
Ch. 9: Galau
10
Ch. 10: Wedding Day
11
Ch. 11: Kamar
12
Ch. 12: Pesta Pernikahan
13
Ch. 13: Kamar (2)
14
Ch. 14: Pagi Pertama
15
TCGK-15
16
Ch. 16: Tidur Nyenyak
17
Ch. 17: Diantar Suami
18
Ch. 18: Macet
19
Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20
Ch. 20: Lupa
21
Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22
Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23
Ch. 23: Terpisah Jarak
24
Ch. 24: Uji Coba Pertama
25
Ch. 25: Ternoda
26
Ch. 26: Kunjungan
27
Ch. 27: Hujan
28
Ch. 28: Ujian Nasional
29
Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30
Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31
Ch. 31: Lebih Baik Diam
32
Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33
Ch. 33: Tetap di Sini
34
Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35
Ch. 35: IGD
36
BAB 36
37
Bab 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
Ch. 44 : Menemukanmu
45
BAB 45
46
BAB 46
47
Ch. 47: Luapan Rindu
48
Ch. 48: Kembali
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
Ch. 53: Dingin
54
Ch. 54: Anak?
55
Ch. 55: Perjalanan
56
BAB 56
57
Bab 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
S2 - Bab1
63
S2- Bab 1
64
S2- Bab2
65
S2- Bab 3
66
S2 - Bab 4
67
S2- Bab 5
68
S2 - Bab 6
69
S2- Bab 7
70
S2 - Bab 8
71
S2 - Bab 9
72
S2 - Bab 10
73
S2 - Bab 11
74
Bab 11
75
S2 - Bab 12
76
S2 - Bab 13
77
S2 - Bab 14
78
S2 - Bab 15
79
S2 - Bab 16
80
S2 - Bab 17
81
S2 - Bab 18
82
S2 - Bab 19
83
S2 - Bab 20
84
S2 - Bab 21
85
S2 - Bab 22
86
Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87
Ch. 87: Terhukum Rindu
88
S2 - Bab 25
89
S2 - Bab 26
90
S2 - Bab 27
91
S2 - Bab 28
92
S2 - Bab 29
93
S2 - Bab 30
94
S2 - Bab 31
95
Akhir Kisah (END)
96
Maaf dan terima kasih.
97
Extra Part
98
BonChap ZeSa - 2
99
Extra Part (3)
100
Extra Part (3)
101
Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102
Baca Aja
103
Wanita Bayaran untuk Anakku
104
Menikahi Teman Kelas (info)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!