Ch. 9: Galau

Sore yang melelahkan, itulah yang dirasakan hampir semua siswa kelas dua belas. Seharian mereka berkutat dengan buku-buku pelajaran. Hari ujian akhir semakin dekat. Bahkan try out pertama akan dilaksanakan dua minggu lagi.

Lisa dan Sally segera meninggalkan kelas. Mereka berjalan santai menyusuri sepanjang koridor. Langit sore terlihat cerah. Sang surya masih menyorot dunia dengan hangatnya. Kumpulan awan seputih kapas masih terhampar di atas sana.

"Sa, bagaimana dengan pernikahanmu?" Lisa membuka suara. Sejak tadi dia hanya mengatupkan kedua bibir.

Sally mengangkat tangan, mengedikkan bahu. "Enggak tahu, semua yang mengurus orang tua kami."

Lisa hanya mengangguk. "Sa, by the way, apa laki-laki yang jemput kamu beberapa hari lalu itu calon suamimu?" tanyanya lebih lanjut.

Sally menghentikan langkah sejenak untuk menatap wajah Lisa. Kedua pasang mata cokelat mereka bertemu, kemudian disusul dengan anggukan kepala.

"Hah!" Lisa terhenyak. Dia menutup mulutnya yang menganga karena syok dengan jawaban Sally.

Bagaimana bisa? Seorang laki-laki tampan itu adalah calon suami Sally? Lisa tidak habis pikir. Padahal, dalam bayangan gadis itu adalah seorang pria tua yang pantas dipanggil 'om' untuk seumuran anak SMA. Namun, di luar dugaan ketika dia melihat wujud asli pria itu.

"Sudahlah, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Ayo, pulang!" Bahu Lisa ditepuk Sally untuk menyadarkan.

Sally tak berucap lagi usai menjawab pertanyaan Lisa. Otaknya penuh dengan pikiran tentang pernikahan yang tinggal menghitung hari.

"Sa, sorry, ya. Selama ini aku udah salah sangka sama calon suami kamu." Tangan Lisa meraih lengan Sally, sedikit menggoyang-goyangkannya.

Sally menoleh. "Buat apa minta maaf? Kamu, tuh, harusnya minta maaf sendiri sama dia. Bukan aku," ujarnya sambil tersenyum tipis.

Lisa menunduk, merasa bersalah pada Sally karena terus memanggil Zean dengan panggilan yang tak seharusnya.

Dua  gadis yang sejak tadi mengobrol, kini sampai di parkiran. Sally sengaja pulang bersama Lisa karena sang ayah akan lembur, sedang sopir di rumah hanya seorang. Beliau selalu sibuk mengantar Bu Anna dan menjemput Dion.

"Lisa!"

Suara seorang laki-laki yang tengah memanggil nama gadis berambut pendek itu terdengar di telinga. Lisa menoleh ke sumber suara dan matanya bertemu pandang dengan sosok lencir berperawakan proporsional, berambut cokelat, mata biru sedang melambai dan tersenyum lebar padanya.

"Kak Leon?" Lisa tercengang saat mendapati kakak sepupunya tiba-tiba berada di sekolah.

"Hai," sapa lelaki itu saat sudah di depan kedua gadis yang merupakan adik kelasnya dulu. Senyum manis dan sikap ramah terpancar dari wajah Leon.

"Ngapain Kakak ke sini?" tanya Lisa masih dalam kondisi heran karena sudah lama hilang kontak dengan sepupunya satu ini. Leon kuliah di kota C, sedang Lisa sibuk mempersiapkan diri ujian.

"Ini, tadi ada perlu minta legalisasi ijazah." Tangannya mengangkat map yang dibawa.

Lisa mengangguk, sedangkan Sally masih terdiam sedari tadi. Hanya mengamati kedua saudara itu bertegur sapa.

"Kamu,  Sally, kan?" Pandangan Leon beralih pada gadis di samping sepupunya.

Sally mengangguk dan tersenyum. Senyuman itu begitu manis di mata Leon, membuat hatinya berbunga. Tak memungkiri, adik kelasnya itu terlihat semakin cantik. Dia adalah gadis yang ada di hati Leon sejak SMA. Hanya saja, Leon tidak pernah mengungkapkan perasaannya. Dahulu, dia hanya fokus pada ujian akhir, sedangkan Sally baru masuk sekolah SMA tersebut.

"Kalian mau pulang? Mampir makan dulu, yuk!" ajaknya.

Lisa menatap Sally seolah mencari persetujuan. Meski Pak Tomi dan Bu Anna begitu akrab dengannya, tetapi dia juga tahu batasan dalam membawa anak orang.

"Eum, kapan-kapan saja ya, Kak. Aku ingin segera pulang saja," tolak Sally pada akhirnya karena Lisa juga tak memberikan jawaban.

Leon sekilas mengalihkan pandangan pada Lisa untuk mencari jawaban kedua.

"Makan di rumah sajalah, Kak. Mama pasti seneng liat Kakak." Akhirnya Lisa meminta kakak sepupunya itu untuk mampir di rumah. Sekalian bertemu ibunya.

Mereka segera masuk ke mobil masing-masing. Lisa mengantar Sally pulang terlebih dahulu, sebelum kembali ke rumah bersama Leon yang sejak tadi mengikuti di belakang.

Tiba di kediaman Birawan, Pak Im segera membuka pintu gerbang sedikit agar nona muda itu masuk.

"Makasih, ya, Lis." Sedikit membungkukkan badan, Sally berbicara dengan Lisa yang berada dalam mobil.

"Sama-sama, kayak sama siapa aja kamu ini," celetuk Lisa pada teman sebangkunya yang selalu menemani ke mana-mana.

"Hati-hati, ya, kalau gitu. Salam buat Tante dan Om."

"Oke, aku balik dulu ya. Bye ...."

Sally melepas Lisa dengan lambaian tangan, kemudian diikuti senyum pada Leon yang ada di belakang mobil sahabatnya.

Gadis itu membuang napas sebelum memasuki area rumah. Pak Im yang sejak tadi berdiri di samping gerbang hanya mengamati. Beliau menganggap jika anak majikannya itu sedang lelah.

"Capek banget, ya, Non?"

Pertanyaan pak Im membuat Sally berhenti sejenak. "Lumayan, Pak Im,” jawabnya.

"Sabar ya, Non. Bentar lagi juga lulus. Habis itu bebas.”

Sally mengernyit, kurang mengerti dengan omongan Pak Im.

“Kalo soal kuliah, kan, bisa ditunda, Non. Andai masih capek," lanjut Pak Im.

Omongan yang keluar dari mulut pak Im membuat Sally tertawa, sejenak dia lupa dengan penat perasaan di hati. Memang dia lelah dalam pelajaran sekolah, tetapi lebih lelah lagi hatinya yang tahu bahwa masa lajangnya hanya tersisa dua hari.

Dia berjalan gontai, melepas tas dari pundak dan memilih menenteng bak kantong kresek.

"Sudah pulang, Non? Mau Bibi bikinkan minum?"

Sally mengempaskan tubuh di sofa, menatap Bi Mur sekilas. Dia tengah berpikir, minuman apa yang cocok untuk saat ini.

"Jus jeruk aja deh, Bi." Akhirnya, minuman favorit menjadi pilihan Sally.

"Tunggu, ya, Non."

Gadis itu mengangguk. Dia duduk merosot di sofa. Ikatan rambutnya juga dilepas, lalu tangan bergerak mencari ponsel untuk memeriksa pesan masuk.

Tidak ada yang spesial, hanya ramai dengan obrolan grup kelas. Beberapa siswa yang tampak tengah membahas materi try out yang akan diadakan.

Dia meletakkan ponsel dengan malas, lalu memejamkan mata.

"Nona, ini jusnya." Bi Mur datang dengan segelas jus jeruk serta beberapa potong kue.

"Terima kasih, ya, Bi. Duduk sini, deh."

Bi Mur menurut, duduk dengan tenang di samping Sally. Gadis itu sudah menganggap Bi Mur seperti keluarga sendiri. Lewat beliau pula dia belajar mengerjakan pekerjaan rumah tangga, terutama belajar memasak. Sally sejak SMP sudah mulai bisa memasak. Meski hanya belajar saat akhir pekan, tapi dia belajar dengan cepat.

Pak Tomi dan Bu Anna tidak pernah membatasi ruang gerak kedua anak mereka. Apa pun itu, keinginan anak-anak selalu dipenuhi. Menjadi anak orang kaya, bukan berarti harus penuh aturan. Pak Tomi dan Bu Anna justru membebaskan anak-anaknya dari pengekangan. Namun, bukan berarti kedua orang tua itu tak peduli. Semua gerak-gerik tetap mereka perhatikan.

"Bi, aku galau, deh." Sally mulai bicara dan hanya ditanggapi dengan perhatian saksama oleh Bi Mur.

"Pengin aku batalin aja, Bi, pernikahan aku." Sally memeluk bantal sofa, memasang ekspresi wajah lelah.

"Yang sabar, ya, Nona. Ini, kan, kemauan Nona. Tinggal dua hari. Apa iya, Nona mau bikin Papi dan Mami sedih lalu menanggung malu?"

Sally menghela napas. "Tapi, Bi. Gimana rasanya kalau nikah sama orang yang enggak kita kenal, apalagi kita benci.”  Wajahnya tiba-tiba masam ketika mengingat tampang Zean yang menyebalkan.

Bi Mur tersenyum, lalu menjawab, "Cinta, kan, bisa karena terbiasa, Nona. Zaman dulu bahkan jarang yang nikah tanpa perjodohan. Apalagi karena dasar cinta. Sangat jarang.” Sally menoleh, sambil mendengar setiap ucapan wanita di sampingnya.

"Lagi pula, Bibi lihat Tuan Muda Zean juga tidak jahat. Dia tampan dan kaya, tuh." Nada menggoda sedikit terdengar di akhir kalimat Bi Mur.

.

.

.

_____

Maacih udah mampir. Carangeo ❤

Mampir ke IG aku, ya, buat ngobrol-ngobrol: ukiii__21

Terpopuler

Comments

Anggra

Anggra

lanjuttt😘😘

2021-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1: Rumah Sakit
2 Ch. 2: Pertemuan
3 Ch. 3: Pertikaian
4 Ch. 4: Video Call
5 Ch. 5: Debat Lagi
6 Ch. 6: Sesuai Janji
7 Ch. 7: Naluri
8 Ch. 8: Cincin Pernikahan
9 Ch. 9: Galau
10 Ch. 10: Wedding Day
11 Ch. 11: Kamar
12 Ch. 12: Pesta Pernikahan
13 Ch. 13: Kamar (2)
14 Ch. 14: Pagi Pertama
15 TCGK-15
16 Ch. 16: Tidur Nyenyak
17 Ch. 17: Diantar Suami
18 Ch. 18: Macet
19 Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20 Ch. 20: Lupa
21 Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22 Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23 Ch. 23: Terpisah Jarak
24 Ch. 24: Uji Coba Pertama
25 Ch. 25: Ternoda
26 Ch. 26: Kunjungan
27 Ch. 27: Hujan
28 Ch. 28: Ujian Nasional
29 Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30 Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31 Ch. 31: Lebih Baik Diam
32 Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33 Ch. 33: Tetap di Sini
34 Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35 Ch. 35: IGD
36 BAB 36
37 Bab 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 Ch. 44 : Menemukanmu
45 BAB 45
46 BAB 46
47 Ch. 47: Luapan Rindu
48 Ch. 48: Kembali
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 Ch. 53: Dingin
54 Ch. 54: Anak?
55 Ch. 55: Perjalanan
56 BAB 56
57 Bab 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 S2 - Bab1
63 S2- Bab 1
64 S2- Bab2
65 S2- Bab 3
66 S2 - Bab 4
67 S2- Bab 5
68 S2 - Bab 6
69 S2- Bab 7
70 S2 - Bab 8
71 S2 - Bab 9
72 S2 - Bab 10
73 S2 - Bab 11
74 Bab 11
75 S2 - Bab 12
76 S2 - Bab 13
77 S2 - Bab 14
78 S2 - Bab 15
79 S2 - Bab 16
80 S2 - Bab 17
81 S2 - Bab 18
82 S2 - Bab 19
83 S2 - Bab 20
84 S2 - Bab 21
85 S2 - Bab 22
86 Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87 Ch. 87: Terhukum Rindu
88 S2 - Bab 25
89 S2 - Bab 26
90 S2 - Bab 27
91 S2 - Bab 28
92 S2 - Bab 29
93 S2 - Bab 30
94 S2 - Bab 31
95 Akhir Kisah (END)
96 Maaf dan terima kasih.
97 Extra Part
98 BonChap ZeSa - 2
99 Extra Part (3)
100 Extra Part (3)
101 Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102 Baca Aja
103 Wanita Bayaran untuk Anakku
104 Menikahi Teman Kelas (info)
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Ch. 1: Rumah Sakit
2
Ch. 2: Pertemuan
3
Ch. 3: Pertikaian
4
Ch. 4: Video Call
5
Ch. 5: Debat Lagi
6
Ch. 6: Sesuai Janji
7
Ch. 7: Naluri
8
Ch. 8: Cincin Pernikahan
9
Ch. 9: Galau
10
Ch. 10: Wedding Day
11
Ch. 11: Kamar
12
Ch. 12: Pesta Pernikahan
13
Ch. 13: Kamar (2)
14
Ch. 14: Pagi Pertama
15
TCGK-15
16
Ch. 16: Tidur Nyenyak
17
Ch. 17: Diantar Suami
18
Ch. 18: Macet
19
Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20
Ch. 20: Lupa
21
Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22
Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23
Ch. 23: Terpisah Jarak
24
Ch. 24: Uji Coba Pertama
25
Ch. 25: Ternoda
26
Ch. 26: Kunjungan
27
Ch. 27: Hujan
28
Ch. 28: Ujian Nasional
29
Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30
Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31
Ch. 31: Lebih Baik Diam
32
Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33
Ch. 33: Tetap di Sini
34
Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35
Ch. 35: IGD
36
BAB 36
37
Bab 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
Ch. 44 : Menemukanmu
45
BAB 45
46
BAB 46
47
Ch. 47: Luapan Rindu
48
Ch. 48: Kembali
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
Ch. 53: Dingin
54
Ch. 54: Anak?
55
Ch. 55: Perjalanan
56
BAB 56
57
Bab 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
S2 - Bab1
63
S2- Bab 1
64
S2- Bab2
65
S2- Bab 3
66
S2 - Bab 4
67
S2- Bab 5
68
S2 - Bab 6
69
S2- Bab 7
70
S2 - Bab 8
71
S2 - Bab 9
72
S2 - Bab 10
73
S2 - Bab 11
74
Bab 11
75
S2 - Bab 12
76
S2 - Bab 13
77
S2 - Bab 14
78
S2 - Bab 15
79
S2 - Bab 16
80
S2 - Bab 17
81
S2 - Bab 18
82
S2 - Bab 19
83
S2 - Bab 20
84
S2 - Bab 21
85
S2 - Bab 22
86
Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87
Ch. 87: Terhukum Rindu
88
S2 - Bab 25
89
S2 - Bab 26
90
S2 - Bab 27
91
S2 - Bab 28
92
S2 - Bab 29
93
S2 - Bab 30
94
S2 - Bab 31
95
Akhir Kisah (END)
96
Maaf dan terima kasih.
97
Extra Part
98
BonChap ZeSa - 2
99
Extra Part (3)
100
Extra Part (3)
101
Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102
Baca Aja
103
Wanita Bayaran untuk Anakku
104
Menikahi Teman Kelas (info)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!