Ch. 6: Sesuai Janji

Siang hari, Zean sibuk memindai berkas dan laporan yang menumpuk. Semua itu harusnya sudah selesai kemarin. Namun, gara-gara Bu Lyra meminta sang anak ke rumah calon mantu, pekerjaan jadi ikut terbengkalai.

Pria dua puluh enam tahun itu begitu serius dalam bekerja, seolah tidak memiliki urusan lain selain apa yang sedang dia hadapi sekarang.

“El.” Zean memanggil asisten pribadinya. Pria yang satu ruangan dengan Zean itu lekas berdiri.

“Iya, Tuan Muda.”

“Bagaimana kerja sama dengan Tuan Miko?” Zean bertanya sembari meraih gelas kosong di meja. Dia berdiri, lalu bergerak ke sisi di mana ada dispenser di sudut ruangan.

“Belum ada info terbaru, Tuan. Saat ini beliau sedang ada di luar negeri. Pihak perusahaan tidak ada yang mewakili untuk sekadar mengadakan pertemuan.”

Zean manggut-manggut tanpa mengalihkan perhatian dari pemandangan luar gedung Pratama Group. Suasana kota C yang terik, di sekeliling dia bekerja terdapat banyak pula bangunan pencakar langit.

“Pergilah, istirahat jika belum makan siang.”

“Anda tidak makan?”

Zean menoleh lantas menggeleng. “Tidak, sebentar lagi aku pergi. Kau saja sendiri.”

Usai mendengar alasan itu, Elo mengiyakan dan segera pergi.

Pria bernama lengkap Delon Bagaskara dan sering disapa Elo itu meninggalkan Zean.  Dia membirkan sepupunya, tanpa ingin bertanya banyak. Ya, Elo dan Zean saudara dari pihak ibu. Bu Lyra adalah adik dari ibunda Elo.

Panggilan tuan muda hanya sebatas formalitasnya di kantor, jika di rumah, Elo akan bersikap seperti keluarga.

Awal-awal Elo bekerja, Zean tidak mau dipanggil demikian. Namun, karena sang kakak sepupu menjelaskan dengan hati-hati, luluh juga hatinya.

Waktu terus berputar tanpa dirasa. Zean yang sejak tadi sibuk, sesekali melirik jam di pergelangan tangan. Dia harus memastikan jika tidak terlambat. Mengingat perjalanan antara kota A dan C tidaklah singkat.

Laptop yang masih menyala, dia matikan. Zean lantas berdiri dan menyambar jas untuk dikenakan kembali.

Melihat atasannya beranjak, Elo dengan sigap berdiri pula.

“Tuan Muda.”

Langkah kaki Zean berhenti di dekat meja Elo yang satu ruang dengannya. “El, aku harus pergi. Aku serahkan semua urusan padamu.”

Pria dua puluh lima tahun itu mengangguk. Dia tahu ke mana Zean akan pergi.

Tangan Elo kemudian menarik laci kecil di sisi meja kerja, meraih kunci mobil dan memberikannya pada Zean.

“Anda yakin sendiri, Tuan Muda?”

Zean menarik tangan dari saku celana. “Tentu saja. Aku tidak perlu kau iringi ke mana pun. Pulanglah tepat waktu, tak perlu lembur apalagi menungguku.”

“Baik.”

Bola mata berwarna cokelat yang Elo miliki mengiringi kepergian Zean. Pria itu lantas menghela napas sambil menggelengkan kepala. “Ze, Ze, sial sekali sepertinya dirimu.”

Pria itu kadang kasihan dengan kehidupan Zean yang terlalu banyak tekanan. Namun, dia tak bisa berbuat apa  pun. Pak Bobi memang keras sejak mereka sekolah. Apalagi saat Zean sudah masuk perguruan tinggi, dia seolah tak ada waktu untuk bermain kembali.

______

Ruang kelas salah satu sekolah elite di kota A memperlihatkan suasana belajar mengajar.  Para siswa sedang serius memperhatikan penjelasan guru pembimbing.

Ujian akhir semakin dekat, pihak sekolah tentu tak main-main untuk mempersiapkan anak didik mereka. Tambahan pelajaran selepas jam belajar mulai aktif diberikan, pulang lebih telat akan dirasakan semua siswa kelas dua belas.

Lisa tampak bosan. Beberapa kali gadis itu menguap tapi tak dipedulikan Sally. Calon istri Zean itu berusaha fokus dan tetap terjaga meski sebenarnya dia juga mengantuk lantaran kemarin malam tidur terlalu larut.

“Lis, bangun.” Gadis berambut panjang itu mencoba membangunkan sahabatnya ketika Lisa mulai menaruh kepala di atas meja. Dia takut jika nanti dimarahi guru yang ada di depan.

“Lisa.” Tangan Sally ikut menggoyangkan tubuh gadis di sebelahnya tapi percuma. Lisa sudah terbang bebas ke alam mimpi.

Akhirnya Sally menyerah dan membiarkan Lisa tidur hingga jam tambahan itu berakhir.

“Lisa, bangun.”  Sally harus membangunkan lagi karena harus pulang. Tidak mungkin dia meninggalkan teman sebangkunya itu sendiri.

“Lisa.” Kepala gadis itu sampai dipukul dengan buku oleh Sally.

“Auh.” Dia mengerang dan akhirnya mengangkat kepala. Mata cokelat Lisa mengerjap-ngerjap dengan wajah bantal menyebalkan. “Apa, sih, Sa?”

Sally memutar mata malas. “Bangun. Kamu nggak mau pulang?”

“Hm.” Sahabat Sally itu hendak menaruh kepala di meja lagi tapi ditarik Sally segera.

“Bangun, Lisa! Sudah waktunya pulang. Kalau nggak mau bangun, kamu aku tinggal!” ancamnya tak peduli.

Mendengar itu, Lisa segera mengumpulkan kesadaran. Dia gelagapan melihat kondisi kelas yang mulai sepi.

“Hah? Kenapa kamu baru bangunin aku?”

Sally mengerecutkan bibir. “Aku udah bangunin dari tadi. Kamu aja yang tidur kayak orang pingsan.”

“Oh, benarkah?”

Sally tak menjawab.

“Oke, oke, maaf. Ayo beresin buku kita.”

Tanpa bicara lagi, Sally memunguti peralatan belajarnya. Setelah selesai, kedua gadis itu lekas meninggalkan kelas.

Angin sore berembus pelan menyejukkan raga. Rambut mereka yang terikat ekor kuda ikut tertabrak dan mengayun. Kondisi lingkungan sekolah mulai sepi mengingat hanya siswa kelas dua belas dan beberapa guru yang pulang belakangan.

Keduanya menyusuri koridor dan segera menuju parkiran.

“Sa, bareng nggak?”

Sally menggeleng. “Enggak usah. Aku ada urusan.”

“Urusan?”

Sally mengangguk tanpa berniat menjelaskan.

“Urusan apa?”

“Rahasia.”

“Idih, pelit banget.”

Nona muda keluarga Birawan itu tak lagi menjawab. Dia sedang malas karena badannya terasa letih akibat kurang tidur sekaligus lapar sehingga seperti tak punya tenaga lagi.

.

.

.

.

.

__________

Episodes
1 Ch. 1: Rumah Sakit
2 Ch. 2: Pertemuan
3 Ch. 3: Pertikaian
4 Ch. 4: Video Call
5 Ch. 5: Debat Lagi
6 Ch. 6: Sesuai Janji
7 Ch. 7: Naluri
8 Ch. 8: Cincin Pernikahan
9 Ch. 9: Galau
10 Ch. 10: Wedding Day
11 Ch. 11: Kamar
12 Ch. 12: Pesta Pernikahan
13 Ch. 13: Kamar (2)
14 Ch. 14: Pagi Pertama
15 TCGK-15
16 Ch. 16: Tidur Nyenyak
17 Ch. 17: Diantar Suami
18 Ch. 18: Macet
19 Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20 Ch. 20: Lupa
21 Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22 Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23 Ch. 23: Terpisah Jarak
24 Ch. 24: Uji Coba Pertama
25 Ch. 25: Ternoda
26 Ch. 26: Kunjungan
27 Ch. 27: Hujan
28 Ch. 28: Ujian Nasional
29 Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30 Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31 Ch. 31: Lebih Baik Diam
32 Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33 Ch. 33: Tetap di Sini
34 Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35 Ch. 35: IGD
36 BAB 36
37 Bab 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 Ch. 44 : Menemukanmu
45 BAB 45
46 BAB 46
47 Ch. 47: Luapan Rindu
48 Ch. 48: Kembali
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 Ch. 53: Dingin
54 Ch. 54: Anak?
55 Ch. 55: Perjalanan
56 BAB 56
57 Bab 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 S2 - Bab1
63 S2- Bab 1
64 S2- Bab2
65 S2- Bab 3
66 S2 - Bab 4
67 S2- Bab 5
68 S2 - Bab 6
69 S2- Bab 7
70 S2 - Bab 8
71 S2 - Bab 9
72 S2 - Bab 10
73 S2 - Bab 11
74 Bab 11
75 S2 - Bab 12
76 S2 - Bab 13
77 S2 - Bab 14
78 S2 - Bab 15
79 S2 - Bab 16
80 S2 - Bab 17
81 S2 - Bab 18
82 S2 - Bab 19
83 S2 - Bab 20
84 S2 - Bab 21
85 S2 - Bab 22
86 Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87 Ch. 87: Terhukum Rindu
88 S2 - Bab 25
89 S2 - Bab 26
90 S2 - Bab 27
91 S2 - Bab 28
92 S2 - Bab 29
93 S2 - Bab 30
94 S2 - Bab 31
95 Akhir Kisah (END)
96 Maaf dan terima kasih.
97 Extra Part
98 BonChap ZeSa - 2
99 Extra Part (3)
100 Extra Part (3)
101 Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102 Baca Aja
103 Wanita Bayaran untuk Anakku
104 Menikahi Teman Kelas (info)
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Ch. 1: Rumah Sakit
2
Ch. 2: Pertemuan
3
Ch. 3: Pertikaian
4
Ch. 4: Video Call
5
Ch. 5: Debat Lagi
6
Ch. 6: Sesuai Janji
7
Ch. 7: Naluri
8
Ch. 8: Cincin Pernikahan
9
Ch. 9: Galau
10
Ch. 10: Wedding Day
11
Ch. 11: Kamar
12
Ch. 12: Pesta Pernikahan
13
Ch. 13: Kamar (2)
14
Ch. 14: Pagi Pertama
15
TCGK-15
16
Ch. 16: Tidur Nyenyak
17
Ch. 17: Diantar Suami
18
Ch. 18: Macet
19
Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20
Ch. 20: Lupa
21
Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22
Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23
Ch. 23: Terpisah Jarak
24
Ch. 24: Uji Coba Pertama
25
Ch. 25: Ternoda
26
Ch. 26: Kunjungan
27
Ch. 27: Hujan
28
Ch. 28: Ujian Nasional
29
Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30
Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31
Ch. 31: Lebih Baik Diam
32
Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33
Ch. 33: Tetap di Sini
34
Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35
Ch. 35: IGD
36
BAB 36
37
Bab 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
Ch. 44 : Menemukanmu
45
BAB 45
46
BAB 46
47
Ch. 47: Luapan Rindu
48
Ch. 48: Kembali
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
Ch. 53: Dingin
54
Ch. 54: Anak?
55
Ch. 55: Perjalanan
56
BAB 56
57
Bab 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
S2 - Bab1
63
S2- Bab 1
64
S2- Bab2
65
S2- Bab 3
66
S2 - Bab 4
67
S2- Bab 5
68
S2 - Bab 6
69
S2- Bab 7
70
S2 - Bab 8
71
S2 - Bab 9
72
S2 - Bab 10
73
S2 - Bab 11
74
Bab 11
75
S2 - Bab 12
76
S2 - Bab 13
77
S2 - Bab 14
78
S2 - Bab 15
79
S2 - Bab 16
80
S2 - Bab 17
81
S2 - Bab 18
82
S2 - Bab 19
83
S2 - Bab 20
84
S2 - Bab 21
85
S2 - Bab 22
86
Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87
Ch. 87: Terhukum Rindu
88
S2 - Bab 25
89
S2 - Bab 26
90
S2 - Bab 27
91
S2 - Bab 28
92
S2 - Bab 29
93
S2 - Bab 30
94
S2 - Bab 31
95
Akhir Kisah (END)
96
Maaf dan terima kasih.
97
Extra Part
98
BonChap ZeSa - 2
99
Extra Part (3)
100
Extra Part (3)
101
Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102
Baca Aja
103
Wanita Bayaran untuk Anakku
104
Menikahi Teman Kelas (info)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!