Ch. 11: Kamar

Sepanjang jalan Sally hanya diam. Duduk satu mobil dengan keluarga baru, membuatnya canggung. Bu Lyra tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia, membuat Pak Bobi ikut tersenyum jika melirik istrinya dari spion yang menggantung di atas kemudi.

Melihat tingkah aneh kedua orang tua, Zean ikut menyunggingkan senyum. Dia melirik Sally sepintas, gadis itu terkesan kaku.

“Sa, terima kasih sudah mau jadi bagian dari keluarga kami.” Ibu Zean itu bicara sambil menarik lembut tangan menantunya, mengusap beberapa kali, membuat jantung Sally berdebar grogi.

“Ee … iya, Tante,” jawabnya ragu-ragu.

“Panggil Mama, dong. Jangan Tante,” pungkas Bu Lyra.

Gadis itu diam, makin ragu untuk membuka mulut.

“Kamu grogi, ya?” Mama mertua satu itu sungguh peka, justru membuat Sally tertunduk malu.

“Biasakan menganggap kami keluargamu sendiri, seperti dirimu memperlakukan Papi dan mamimu. Iya, kan, Pa?” Mata indah Bu Lyra menatap spion, mencari jawaban dari sang suami yang duduk di sebelah putra semata wayang.

“Iya, Sa. Turuti saja kata mamamu,” timpal Pak Bobi.

Gadis itu mendongak, ikut menatap spion yang jadi perantara mereka bicara. Dia melirik Zean, lelaki itu bergeming datar tanpa ekspresi.

Sally hanya memberi anggukan. Akan tetapi, respons Bu Lyra justru berlebihan. Beliau tersenyum lebar dan segera memeluk. Pak Bobi menoleh ke kursi belakang, ikut tersenyum melihat binar kebahagiaan yang dirasakan istrinya.

Dua jam perjalanan, mobil masuk area hotel. Usai menurunkan penumpang di lobby, Zean mengarahkan mobil sendirian ke parkiran.

Para pegawai hotel sudah menyambut hangat para tamu, memberikan kunci masing-masing kamar.

“Sa, Nama dan Papa duluan, ya.”

Tanpa mencerna omongan ibu mertua, Sally langsung mengangguk. Dia tidak sadar jika sekarang sendirian.

Keluarga Birawan tidak terlihat, mungkin sudah sampai lebih dulu sebelum Sally tiba. Di perjalanan tadi mobil mereka sempat mendahului mobil keluarga Pratama.

Lisa datang dengan elegan, menarik koper dengan tangan kiri. Dia mengucap terima kasih setelah menerima kunci. Lalu, sekejap berhenti di depan Sally.

“Ngapain?” tanyanya.

“Nggak tahu. Aku nggak dapat bagian kamar.”

“Mana mungkin!” Lisa menyerobot lebih dulu. “Hotel udah di-booking sesuai kapasitas tamu, kemungkinan lebih. Kok, bisa sampai nggak dapat kamar? Ngaco kamu, Sa.”

Mendengar omongan Lisa membuat Sally pusing. Tanpa menunggu bicara lagi, Sally menarik Lisa lebih dulu. “Aku ikut ke kamar kamu aja,” ujarnya membuat Lisa mengernyit dan menghentikan langkah.

“Udah, ayok!” Tangan Lisa sudah ditarik, membuat gadis itu tak sempat bicara lagi.

Pintu kamar sesuai nomor terbuka, Sally masuk lebih dulu tanpa peduli Lisa.

“Woah … akhirnya, ketemu kasur.” Gadis itu lebih dulu merebahkan diri, meninggalkan koper di dekat pintu. Lisa mengulas senyum, melihat Sally terlalu antusias padahal hanya sebuah kasur.

“Nggak mandi dulu?”

“Kamu aja. Aku masih pengin tiduran. Capek.”

“Belum juga resepsi, Sa. Udah ngeluh capek.”

“Biarin,” jawab Sally singkat, sambil memejam.

“Aku mandi kalau gitu, ya.”

“Hm ….”

Lisa geleng kepala. Setelah sekian hari melihat wajah Sally yang selalu murung, akhirnya dia kembali tersenyum dan riang.

Segera Lisa beranjak, lalu menuju kamar mandi untuk berendam. Perjalanan antar kota membuat dia lelah, apalagi mengemudi sendiri. Sungguh menyebalkan, pikirnya.

Ketukan pintu kamar membuat kesadaran Sally yang nyaris hilang kembali. Dia membuka mata, menajamkan pendengaran.

Suara ketukan makin keras, gadis itu memaki kesal. Dia melangkah malas dengan bertelanjang kaki untuk membuka pintu.

“Eh!” Sally tertegun beberapa saat. Dua orang lelaki tengah berdiri di hadapan, satu tersenyum ramah satu sudah menatap tajam.

“Nona, Anda ternyata di sini. Tuan Zean menanyakan keberadaan Anda dari tadi.” Seorang pegawai hotel menjelaskan, seolah menjawab keterkejutan Sally.

“Iya, aku di sini. Kenapa?”

Pegawai hotel hanya melongo, merasa aneh mendengar jawaban Sally. Padahal, yang ia tahu mereka pengantin baru. Namun, mengapa sikap Sally demikian?

“Ee … anu, Nona. Itu ….” Ia bingung, bahkan menggaruk tengkuk karena tak bisa menjelaskan.

Zean sudah tidak sabar. Dia maju dan menggeser paksa pegawai hotel yang masih kebingungan dan menarik tangan Sally segera. Kemudian, keduanya meninggalkan kamar Lisa tanpa menutup pintu.

Pegawai itu termangu beberapa detik sebelum ia sadar dan menggeleng kepala. “Sudahlah, pura-pura buta saja aku.”

Tangan pegawai meraih gagang pintu, menutup kamar Lisa yang entah di mana penghuninya.

Sally berjalan gontai dengan susah payah. Bahkan Zean tak peduli jika istrinya merasa malu karena tak memakai alas kaki.

Gadis itu sedikit kewalahan mengimbangi langkah kaki sang suami, bahkan nyaris berlari.

“Lepas, Kak!”

Zean berhenti seketika, membuat Sally terhuyung dan menubruk punggung. “Aow … sakit.” Tangan Sally mengusap hidung yang mancung, sementara matanya melotot sebal.

Zean tak acuh, hanya menoleh sekilas lalu kembali menarik lengan istrinya. Beberapa kali Sally meronta, justru menguatkan cengkeraman.

Mereka berhenti di depan kamar bertuliskan president suite. Gadis itu ikut bingung.

Belum sadar dengan semuanya, Sally sudah ditarik lagi memasuki kamar. Suaminya menutup dan mengunci pintu, lalu baru melepas genggaman.

Sally meringis ngilu, mengusap-usap lengan yang terasa sakit seolah terkilir.

Dasar manusia aneh.

“Diam di sini, dan jangan kabur! Atau kau akan tahu akibatnya!”

Ancaman Zean tidak membuat takut, Sally justru menatap nyalang. Gadis itu mendorong kasar tubuh suaminya lalu melenggang menuju ranjang.

Zean melepas jas yang membuat gerah, menyisakan kemeja putih dan membuka dua kancing paling atas. Dia mendekat pada Sally. Gadis itu tengah merebahkan diri sambil bermain ponsel.

Zean yang berdiri tak jauh dari ranjang, membuat Sally berjingkat seketika. “Apa lihat-lihat!” ketusnya pedas, seolah tidak takut jika tengah berada satu kamar dengan lawan jenis.

Zean mendekat dan merayap, membuat Sally kelabakan. “Pergi!”

“Kenapa?” Zean menyeringai, membuat Sally gugup dan cemas jadi satu. Keringat sebesar biji kacang hijau ikut merembes membasahi wajah, membuat Zean ingin tertawa. Akan tetapi, tidak bisa, dia harus sukses membuat takut gadis menyebalkan di depannya ini.

“Pergi! Jangan macam-macam atau aku pukul kamu!” Nada bicara Sally bergetar, punggung gadis itu sudah menabrak kepala ranjang. Satu bantal dipeluk untuk menutup sebagian wajah dan badan.

“Cih! Berlagak ingin memukulku. Kau tidak akan pernah bisa menjangkauku, Gadis Kecil.” Zean menyeringai lagi, lalu pergi meninggalkan Sally dan masuk ke kamar mandi.

“Huh!” Sally membuang napas lega. “Akhirnya, selamat.”

Ponselnya bergetar, terlihat kabar dari Lisa menanyakan keberadaannya. Dia baru ingat jika koper masih tertinggal.

Mulai mengetik dan membalas pesan, istri baru Zean itu menunggu balasan sambil rebahan. Tanpa sadar, justru terlelap.

Zean keluar dari kamar mandi, kaus polos dan celana selutut dikenakan. Handuk kecil digunakan mengeringkan pucuk-pucuk rambut.

Mendekat ke tempat tidur, Zean melihat Sally sudah terlelap dengan ponsel di tangan. Dia mendekat lagi, menarik pelan benda tersebut sambil melepas gulungan rambut untuk membenarkan posisi tidur agar istrinya nyaman.

Senyuman tipis terulas saat dia melihat wajah Sally dengan jarak begitu dekat.

Huh! Bahkan kau masih seperti bocah.

Tuan Muda Pratama itu segera beranjak, memutar diri dan merebahkan tubuh di ranjang bagian lain. Perjalanan menguras tenaga, kantuk dan lelah menjadi satu. Dia memejamkan mata, setidaknya masih ada waktu untuk istirahat sebelum acara resepsi dimulai.

Terpopuler

Comments

El_Tien

El_Tien

ini dirimukah Mak uki aku baru mampir

2022-01-01

0

Xshisy

Xshisy

LIKEEE LAGI🎵♥️

2021-03-18

0

Fitri Wulandari

Fitri Wulandari

Halo thor semangat ya up nya like udah di berikan nih jgn lupa mampir ya ke ceritaku Mantan Tapi menikah,see you👋

2021-01-21

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1: Rumah Sakit
2 Ch. 2: Pertemuan
3 Ch. 3: Pertikaian
4 Ch. 4: Video Call
5 Ch. 5: Debat Lagi
6 Ch. 6: Sesuai Janji
7 Ch. 7: Naluri
8 Ch. 8: Cincin Pernikahan
9 Ch. 9: Galau
10 Ch. 10: Wedding Day
11 Ch. 11: Kamar
12 Ch. 12: Pesta Pernikahan
13 Ch. 13: Kamar (2)
14 Ch. 14: Pagi Pertama
15 TCGK-15
16 Ch. 16: Tidur Nyenyak
17 Ch. 17: Diantar Suami
18 Ch. 18: Macet
19 Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20 Ch. 20: Lupa
21 Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22 Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23 Ch. 23: Terpisah Jarak
24 Ch. 24: Uji Coba Pertama
25 Ch. 25: Ternoda
26 Ch. 26: Kunjungan
27 Ch. 27: Hujan
28 Ch. 28: Ujian Nasional
29 Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30 Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31 Ch. 31: Lebih Baik Diam
32 Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33 Ch. 33: Tetap di Sini
34 Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35 Ch. 35: IGD
36 BAB 36
37 Bab 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 Ch. 44 : Menemukanmu
45 BAB 45
46 BAB 46
47 Ch. 47: Luapan Rindu
48 Ch. 48: Kembali
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 Ch. 53: Dingin
54 Ch. 54: Anak?
55 Ch. 55: Perjalanan
56 BAB 56
57 Bab 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 S2 - Bab1
63 S2- Bab 1
64 S2- Bab2
65 S2- Bab 3
66 S2 - Bab 4
67 S2- Bab 5
68 S2 - Bab 6
69 S2- Bab 7
70 S2 - Bab 8
71 S2 - Bab 9
72 S2 - Bab 10
73 S2 - Bab 11
74 Bab 11
75 S2 - Bab 12
76 S2 - Bab 13
77 S2 - Bab 14
78 S2 - Bab 15
79 S2 - Bab 16
80 S2 - Bab 17
81 S2 - Bab 18
82 S2 - Bab 19
83 S2 - Bab 20
84 S2 - Bab 21
85 S2 - Bab 22
86 Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87 Ch. 87: Terhukum Rindu
88 S2 - Bab 25
89 S2 - Bab 26
90 S2 - Bab 27
91 S2 - Bab 28
92 S2 - Bab 29
93 S2 - Bab 30
94 S2 - Bab 31
95 Akhir Kisah (END)
96 Maaf dan terima kasih.
97 Extra Part
98 BonChap ZeSa - 2
99 Extra Part (3)
100 Extra Part (3)
101 Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102 Baca Aja
103 Wanita Bayaran untuk Anakku
104 Menikahi Teman Kelas (info)
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Ch. 1: Rumah Sakit
2
Ch. 2: Pertemuan
3
Ch. 3: Pertikaian
4
Ch. 4: Video Call
5
Ch. 5: Debat Lagi
6
Ch. 6: Sesuai Janji
7
Ch. 7: Naluri
8
Ch. 8: Cincin Pernikahan
9
Ch. 9: Galau
10
Ch. 10: Wedding Day
11
Ch. 11: Kamar
12
Ch. 12: Pesta Pernikahan
13
Ch. 13: Kamar (2)
14
Ch. 14: Pagi Pertama
15
TCGK-15
16
Ch. 16: Tidur Nyenyak
17
Ch. 17: Diantar Suami
18
Ch. 18: Macet
19
Ch. 19: Nyaman dalam Pelukan
20
Ch. 20: Lupa
21
Ch. 21 : Ada yang Berbeda
22
Ch. 22 : Maaf adalah Hal Langka
23
Ch. 23: Terpisah Jarak
24
Ch. 24: Uji Coba Pertama
25
Ch. 25: Ternoda
26
Ch. 26: Kunjungan
27
Ch. 27: Hujan
28
Ch. 28: Ujian Nasional
29
Ch. 29: Bukan Bucin tapi Risih
30
Ch. 30: Kesepakatan Dua Keluarga
31
Ch. 31: Lebih Baik Diam
32
Ch. 32: Kau mengkhawatirkanku?
33
Ch. 33: Tetap di Sini
34
Ch. 34: Bagaimana kalau Mati Bersama?
35
Ch. 35: IGD
36
BAB 36
37
Bab 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
Ch. 44 : Menemukanmu
45
BAB 45
46
BAB 46
47
Ch. 47: Luapan Rindu
48
Ch. 48: Kembali
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
Ch. 53: Dingin
54
Ch. 54: Anak?
55
Ch. 55: Perjalanan
56
BAB 56
57
Bab 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
S2 - Bab1
63
S2- Bab 1
64
S2- Bab2
65
S2- Bab 3
66
S2 - Bab 4
67
S2- Bab 5
68
S2 - Bab 6
69
S2- Bab 7
70
S2 - Bab 8
71
S2 - Bab 9
72
S2 - Bab 10
73
S2 - Bab 11
74
Bab 11
75
S2 - Bab 12
76
S2 - Bab 13
77
S2 - Bab 14
78
S2 - Bab 15
79
S2 - Bab 16
80
S2 - Bab 17
81
S2 - Bab 18
82
S2 - Bab 19
83
S2 - Bab 20
84
S2 - Bab 21
85
S2 - Bab 22
86
Ch. 86: Berada di Tempat Berbeda
87
Ch. 87: Terhukum Rindu
88
S2 - Bab 25
89
S2 - Bab 26
90
S2 - Bab 27
91
S2 - Bab 28
92
S2 - Bab 29
93
S2 - Bab 30
94
S2 - Bab 31
95
Akhir Kisah (END)
96
Maaf dan terima kasih.
97
Extra Part
98
BonChap ZeSa - 2
99
Extra Part (3)
100
Extra Part (3)
101
Pernikahan Nona Muda (Selaksa Cinta) - Bab 1
102
Baca Aja
103
Wanita Bayaran untuk Anakku
104
Menikahi Teman Kelas (info)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!