Akhir pekan pun tiba, bertepatan dengan hari di mana keluarga Birawan akan menjadi satu dengan keluarga Pratama. Hiruk pikuk persiapan pernikahan dua orang anak sulung dari kedua keluarga besar tersebut sudah terjadi sejak kemarin malam.
Para pekerja sibuk membenahi tata letak barang-barang yang akan dibutuhkan dalam prosesi pernikahan. Orang-orang yang merupakan tamu undangan, keluarga dan para sahabat terdekat mulai berkerumun. Tidak banyak, karena resepsi pernikahan akan diadakan di kota seberang.
Pak Tomi dan Bu Anna sepakat hanya mengundang keluarga inti serta teman dekat di kediaman Birawan.
Masih ada di kamar, Sally sudah cantik dengan gaun pernikahan, make up natural, rambut tersanggul rapi. Namun, di balik semua keindahan itu, tidak ada senyum bahagia terukir di bibirnya yang mungil.
Beberapa kali dia menghela napas panjang seolah ingin mendamaikan kecamuk rasa di dada. Buliran air mata lolos tanpa permisi, tatapan sedih memancar dari kedua mata indah yang Sally miliki.
Aku enggak pernah menyangka, kalau semua ini akan begini. Beberapa menit lagi duniaku akan berubah. Apa yang harus aku lakukan? Ingin sekali kaki ini berlari sekuat mungkin. Tapi, aku nggak mau mengecewakan orang-orang yang telah menyayangi.
Sally segera menyeka pelan pipi yang basah saat pintu kamar dibuka. Seorang wanita dewasa masuk dengan busana rapi yang menunjang penampilan.
Bu Anna mendekat, mengusap pelan bahu anaknya. “Kamu cantik, Nak.”
Tanpa mengalihkan tatapan dari cermin, Sally mencoba tersenyum. Gadis itu tidak bisa mengucap apa pun untuk menanggapi pujian ibunya.
“Mi, apa Mami bahagia?”
Bu Anna mengangkat wajah, ikut melihat pantulan bayangan Sally di cermin. “Mami bahagia kalau kamu bahagia, Sa.”
Sally tidak menjawab. Gadis itu memutar diri, menghadap ibunya dan mendongak. Senyuman teduh diberikan Bu Anna, Sally memeluk erat wanita yang telah melahirkannya ke dunia.
“Semua sudah siap, Mami panggilkan Lisa, ya?”
Sally mengangguk tanpa mau melepas, seolah tidak ingin berpisah.
“Sa, semua baik-baik saja. Mami akan menemanimu.”
Sally mengangguk ragu, lalu perlahan tautan tangan yang melingkar di perut itu terlepas.
Bu Anna meninggalkan kamar, memanggil Lisa untuk menemani Sally.
***
“Woaah … Sa, kamu cantik sekali.” Lisa berdecak kagum, membuat Sally menyunggingkan senyuman tipis.
“Kamu juga cantik, terlihat makin dewasa.” Sally ganti memuji.
Lisa tersenyum lebar, lalu mematut diri di depan cermin. Berlenggak-lenggok, sibuk memindai tubuh dan riasan bergantian. Memastikan dia tidak kalah cantik dengan si Pengantin.
Gadis berambut pendek itu memang terlihat begitu dewasa. Tidak ada yang menyangka jika dia masih pelajar saat melihat dandanan kali ini. Dress putih tulang selutut, make up natural dengan sapuan lipstick merah menyala. Memberi kesan seksi pada penampilan.
Lisa mengibas rambut ke belakang, lalu membungkuk, membisik ke telinga Sally dengan suara menggoda genit. “Calon suamimu, ganteng banget, Sa ….”
Alis Sally naik sebelah, terheran menatap Lisa yang tengah senyum malu-malu menutup bibir.
Cih! Kamu lihat Sa. Bahkan sahabatmu terang-terangan memuji lelaki menyebalkan itu. Kalau saja bisa, aku ingin menukar posisi dengan Lisa sekarang. Pasti dia tidak keberatan, kan?
Hati Sally mengumpat kesal, pikiran tidak wajar melintas, seolah semakin menumpuk kebencian untuk Zean karena merasa tak ada yang sepaham dengannya.
“Sudahlah.” Lisa menepuk bahu. “Ayo keluar, aku kemari ingin menggandengmu untuk turun. Sebentar lagi, kamu akan jadi Nona Muda Pratama.”
Sally mengembuskan napas berat, apalagi mendengar perkataan Lisa. Perlahan dia beranjak dan ke luar kamar diiringi Lisa yang setia menggandeng menuruni tangga.
Tepat saat kaki jenjang kedua gadis itu menapak undakan tengah tangga, Sally berhenti mendadak. Semua tatapan seolah menuju pada mereka, membuat gugup seketika.
“Tarik napas, Sa. Embuskan pelan, aku menemanimu.” Lisa berbisik, membuat Sally menoleh. Dia mengangguk, menyakinkan sahabatnya bahwa semua akan baik-baik saja.
Langkah mereka dilanjutkan hingga menapaki lantai dasar. Bu Anna datang, tangan beliau mengulur menyambut Sally.
“Mami bantu, Sayang.”
Kakak Dion itu mengangguk, lalu menyambut uluran tangan Bu Anna.
Diapit dua perempuan terdekat, Sally berjalan mengarah pada lelaki yang sejak tadi tidak berkedip memandang dirinya. Wajah Zean makin tampan. Rambut legam tersisir rapi, setelan tuxedo serba putih dikenakan.
Ketiga orang itu berhenti tepat di depan Zean yang tengah tersenyum lembut sampai sempat membuat Sally berdebar. Baru kali ini lelaki itu tersenyum padanya, membuat Sally tersihir beberapa detik.
Lamunan Sally buyar. Semua orang bersorak kompak, saat Zean dengan berani mengecup punggung tangan calon istrinya.
“Kau cantik, Gadis Kecil,” pujinya tak tanggung-tanggung, membuat semua orang bersiul bergantian.
Tubuh Sally kaku seketika, bagaikan ada aliran listrik ribuan volt menjalar dan menyengat ke seluruh bagian. Pikirannya hilang entah ke mana saat mendapat perlakuan tiba-tiba dari lelaki yang selalu dia maki setiap saat.
“Uh, so sweet ….” Lisa lagi-lagi merasa kagum, hatinya ikut meleleh. Bu Anna di sampingnya hanya tersenyum bangga. Beliau merasa tenang melepaskan Sally pada lelaki seperti Zean.
“Sa, acara kita mulai sekarang.” Bu Anna menyadarkan Sally. Gadis itu dengan ragu menerima uluran tangan Zean yang entah sejak kapan sudah menunggu sambutan.
***
Acara di rumah Birawan diakhiri dengan makan-makan. Ucapan selamat diberikan para tamu pada kedua anak manusia yang telah resmi menjadi suami istri. Wajah tampan Zean ikut semringah entah itu nyata atau palsu. Sally sendiri hanya bisa ikut tersenyum tidak jelas saat ada yang menghampiri memberi selamat.
Bu Anna dan Pak Tomi masih terus memperhatikan anaknya, terlihat Dion juga tengah sibuk makan ditemani Lisa.
Pak Bobi menghampiri, menyampaikan rasa bahagia mereka yang tak bisa disembunyikan.
“Aku bahagia bisa memenuhi keinginan Bunda,” ucap beliau dan mendapat anggukan kepala dari Pak Tomi.
“Ini juga berkat kedua anak kita, mereka dengan sukarela mau menikah. Semoga bisa saling melengkapi.” Semua orang tersenyum bangga. Tidak sia-sia memiliki anak seperti Zean dan Sally.
Kedua pasang orang tua itu tak tahu, padahal di hati kedua insan itu tengah berkecamuk dengan kekesalan satu sama lain.
Hati Sally ingin menjerit dan membatalkan pernikahan saat dirasa dia telah memilih keputusan yang salah. Namun, itu terlambat! Semua sudah berjalan dan akan membuat malu keluarga jika sampai membatalkan semuanya. Terima tidak terima, dia harus menghadapi lelaki aneh di sampingnya mulai sekarang.
Acara selesai, sebagian tamu undur diri. Ada yang bersedia ikut ke kota C untuk merayakan resepsi pernikahan yang akan diadakan nanti malam, tetapi ada pula yang langsung kembali ke rumah mereka masing-masing.
Sally kembali ke kamar sejenak, berganti pakaian yang membuat dirinya nyaman untuk dipakai selama perjalanan.
Tangannya meraih sebuah dress warna peach berbahan katun motif bunga-bunga, tampak bagus di badan.
Tanpa menghapus make up dari wajah, Sally segera kembali turun saat Bu Anna sudah memanggil namanya berulang kali.
Semua sudah bersiap berangkat. Sally ikut di mobil Pak Bobi. Bu Anna dan Pak Tomi dengan Dion bersama mereka. Tak lupa Lisa juga ikut membuntuti di belakang dengan rombongan lainnya.
.
.
.
.
.
Bersambung ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤
q dah mampir + like thor ....
2021-04-19
0
Xshisy
Like like like 🤩
2021-03-18
0
Anggra
so sweet dech kak Ze 😘😘
2021-03-11
0