Kami mengunjungi beberapa toko untuk membeli beberapa perlengkapan. Ketika kami sedang mengunjungi sebuah toko barang dungeon, aku melihat sebuah batu terpajang di atas sebuah meja. Karena aku penasaran, aku mencoba melihatnya lebih dekat. Firasatku mengatakan kalau itu adalah sebuag relik Glyph.
Ketika aku melihat dari dekat, terlihat beberapa ukiran seperti yang terdapat pada relik Glyph. Aku harap benda ini bisa dibeli, karena tidak tertera harganya. Kemudian aku memanggil seorang penjaga toko untuk bertanya.
“Permisi, bisa kemari sebentar?”
“Baik,” jawab salah seorang penjaga.
Dia datang ke tempatku.
“Apa barang ini dijual?”
“Benar. Ini dijual. Tapi ini hanya barang koleksi, jadi tidak dapat dipakai untuk menjelajah.”
“Tidak masalah. Berapa harganya?”
“Ini murah, hanya 1 silver.”
“Baiklah ini uangnya.”
Aku memberikan 1 keping silver pada penjaga itu.
Beruntungnya diriku bisa mendapatkan Glyph ditempat ini. Nanti di penginapan aku akan menyerapnya.
“Emilia, Ciel kenapa membeli barang itu?”
“Itu rahasia. Tapi barang itu sangat berguna untuk master.”
Kudengar pembicaraan mereka barusan. Aku mengerti bagi orang yang tidak tahu barang ini seperti sampah, tapi bagiku ini adalah sesuatu yang berharga. Hingga sekarang aku masih belum banyak mengetahui soal kekuatan ini. Aku penasaran adakah orang lain yang menggunakan Glyph selain diriku.
Emilia sedang melihat-lihat barang yang ada di tempat itu. Sementara itu Laura membeli beberapa buah bunga.
“Laura, bunga itu untuk apa?” tanyaku.
“Ini untuk pencahayaan.”
“Itu bagus sekali.”
Sesudah kami selesai di toko itu, kami kembali ke penginapan.
Dalam perjalanan…
“Ciel, mulai hari ini aku pindah ke penginapan kalian.”
“Eh?”
“Iya. Agar kita lebih mudah bertemu dan juga berdiskusi.”
“Seperti itu ya?” tanya Emilia dengan tatapan curiga.
Aku dan Emilia masuk ke kamar kami, sedangkan Laura juga masuk ke kamarnya yang ternyata ada di sebelah kamarku. Aku langsung mengeluarkan relik Glyph yang aku beli tadi. Lalu aku menghancurkannya.
Ketka aku sedang menyerapa kekutan yang keluar dari relik Glyph itu, seseorang mengetuk pintu kamar. Emilia segera memeriksanya. Aku mendengar mereka sedang berbicara, tapi tidak terlalu jelas. Kalau dari suaranya itu seperti suara Laura. Tapi sekarang aku harus fokus menyerap ini terlebih dahulu, jadi aku menutup.
Glyph Ignis telah didapatkan.
Setelah selesai, aku membuka mataku dan ternyata di depanku sudah ada Emilia dan Laura. Mereka membuatku sedikit terkejut.
“Maaf master mengejutkanmu,” kata Emilia dengan menundukan kepala.
“Tidak apa-apa. Angkat kepalamu Emilia.”
“Aku juga minta maaf,” kata Laura yang ada disebelah Emilia.
“Tidak apa. Jadi ada masalah apa kamu datang ke sini, Laura?”
“Aku hanya ingin mengobrol bersama kalian saja, tapi sepertinya kalian sedang sibuk.”
“Ini sudak selesai kok. Jadi kita bisa mengobrol.”
“Baiklah. Sebelum itu aku ingin tahu apa yang baru saja kamu lakukan.”
Oh ya aku lupa belum menjelaskan soal Glyph padanya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk menjelaskannya.
Kemudian aku menje;askan kekuatan dari skill Glyph. Laura tampak kebingungan ketika aku sedang menjelaskannya. Itu wajar saja baginya, aku sendiri juga belum terlalu memahami soal kekuatan ini juga.
“Aku bisa mengerti sebagiannya. Jadi intinya itu skill khusus untukmu yang menggunakan kekuatan dari relik tertentu kan?”
“Kurang lebihnya seperti itu. Aku sendiri juga masih belum mengerti terlalu banyak soal skill ini.”
Kemudian kami membicarakan hal yang lainnya. Laura ingin tahu dunia asalku, jadi aku menceritakan bagaimana duniaku. Ia terlihat tertarik sekali ketika aku bercerita. Karena hari sudah malam kami menyudahi perbincangan kami. Sebelum tidur aku memeriksa fungsi dari Glyph yang aku baru saja dapatkan.
Glyph Ignis adalah glyph bertipe sihir. Ia membuat penggunanya mampu menembakan bola api.
Jadi skill ini mirip dengan Fire Ball atau Blue Fire sepertinya. Ada kemungkinan juga kalau ini bisa digabung dengan Gladio sepertinya. Besok aku akan mecobanya di dungeon. Sekarang tidur dulu….
Keesokan harinya, kami bertiga datang ke kantor guild untuk menemui party pahlawan. Di sana, Mia sudah menunggu kami bertiga. Aku melihat party pahlawan beum datang jadi kami berbincang-bincang sambil menunggu.
“Kamu tidak apa-apa Mia?” tanya Emilia.
“Aku tidak apa-apa hanya sedikit gugup. Apa kalian sama sekali tidak gugup?”
“Tidak,” jawab Laura.
Aku sendiri juga tidak merasa gugup, tapi kulihat dari mata Emilia dan Laura lebih ke arah tidak suka dengan ini. Kami bertiga mengenakan topeng masker untuk menutupi wajah kami serta kami juga membeli jubah berwarna putih dengan kerudung.
“Tenanglah Mia, hari ini kan kita belum masuk dungeon,” kataku.
“Tapi tetap saja, mereka pahlawan lho,” kata Mia yang terlihat semakin gugup.
Setelah beberapa saat party pahlawan tiba bersama dengan beberapa orang prajurit dari istana. Mungkin para prajurit itu bertugas untuk mengawal sang putri yang ada di party itu. Tapi apa ia akan dikawal terus hingga melawan raja iblis?
“Permisi kami dari party pahlawan sudah datang,” kata seseorang dari mereka.
“Selamat datang di guild Sina. Perkenalkan nama saya Mia. Saya adalah orang yang ditugaskan menjadi pemandu,” kata Mia. Ia berada di depan kami.
“Perkenalkan namaku Rafael, class miliku adalah hero.”
Jadi orang tadi Rafaelkah. Aku hanya melihatnya sekali dan itu sudah lama. Penampilanya sekarang terlihat berbeda sekali. Ia sekarang seperti seorang pahlawan fantasi sungguhan.
“Lalu aku akan memperkenalkan anggota partyku. Orang ini bernama Richard."
“Perkenalkan namaku Richard, aku seorang paladin.”
Richardkah sekarang ia sudah seperti seorang paladin dengan perisai besar dan palu ditangannya. Setahuku paladin adalah class dengan pertahanan tertinggi dan ia selalu berada di garis depan.
“Kemudian gadis ini bernama Ruka.”
“Hai namaku Ruka, seorang assassin.”
Ruka dengan class assassin miliknya. Ia pasti memiliki kecepatan yang tinggi. Selain itu ia memilih sepasang pedang pendek sebagai senjata membuatnya sesuai sebagai assassin.
“Lalu Marie, dia seorang priest.”
Marie hanya menundukan kepala.
Pakaian serba putih dengan beberapa corak emas yang ia kenakan sekarang ini, lebih baik dari saat terakhir kali kami berjumpa.
“Dan yang terakhir Felicia, seorang pengguna sihir atau mage.”
“Perkenalkan nama saya Felicia Khriscie.”
“Maaf atas kelancangan saya tuan putri,” kata Mia dengan menundukan kepalanya.
“Tidak apa-apa. Tolong angkat kepalamu.”
Ketika Rafael memperkenalkan Felicia, Emilia dan Laura terlihat kesal. Itu hal yang wajar menurutku setelah aku menceritakan permasalahanku dengan party pahlawan.
“Kalau begitu saya akan memperkenalkan petualang yang bertugas bersama kalian besok,” ujar Mia.
Kami bertiga maju.
“Dari yang pria. Ia bernama Lu, lalu gadis serigala itu bernama Lia, dan yang terakhir seorang elf bernama Aura.”
“Salam kenal,” kata kami bertiga.
“Mohon bimbingannya,” kata Rafael.
Setelah itu Mia membawa mereka berlima menemui Guild master di ruang rapat. Sementara itu kami menggu di lobby. Aku sempat melihat level mereka dan semuanya masih di bawah 25. Ini benar-benar masalah. Monster di dungeon kemarin kebanyakan lebih kuat dari mereka. Sepertinya kami harus bekerja lebih keras besok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Kustri
Semangat trio wek"💪💪💪
2022-03-02
0
B_E_L_Y_A_L
kalo menurut saya,pas dpt parti pahlawan ajah masi lemah bgitu mending saya bantai di dalam dugeon,terus cari alasan sja pas keluar😂😂😂😂😂
2021-03-10
3
Antonius Sirius
50
2021-03-04
1