Merasakan kasih sayang orangtua

Pagi ini Zahra malas sekali untuk bangun. Setelah sholat shubuh Zahra tidur lagi karena ini hari minggu. Namun, tiba - tiba ada yang mengetuk pintu. Zahra dengan malas bangun dan membuka pintu.

" Assalamu'alaikum..."

Zahra kaget melihat siapa yang datang langsung menutup pintu lagi.

" Astaghfirullah, apa aku sedang bermimpi...?" gumam Zahra.

Terdengar ketukan pintu lagi dari luar.

" Za, buka pintunya..."

" Mas Arya, ngapain kesini pagi - pagi...?" tanya Zahra setelah membuka pintu.

" Kamu nggak punya jam ya...? lihat ini jam berapa..?" kata Arya sambil menyodorkan jam di ponselnya.

" Apaaaa.. udah jam sembilan...? ponsel Mas Arya rusak ya. Bukannya masih jam 6..." ucap Zahra bingung.

"Istighfar Za, lihat itu matahari udah mau tenggelam..." ledek Arya.

" Astaghfirullahal'adziim..." ucap Zahra.

" Eh, Mas Arya ada apa kesini...?" tanya Zahra.

" Kamu mandi dulu sana siap - siap..." perintah Arya.

" Mau kemana...?" tanya Zahra lagi.

" Nanti juga tahu, cepetan udah kayak gembel acak - acakan kayak gitu..." ledek Arya sambil tertawa.

" Huhh...nyebelin..." ucap Zahra sambil menutup pintu.

Arya tersenyum melihat tingkah Zahra yang seperti anak kecil. Arya lalu duduk di teras sambil melihat bunga mawar yang tumbuh subur di halaman.

" Ternyata Zahra bener - bener menyiapkan bunga tabur buat Reyhan..." gumamnya sambil tersenyum. Kemudian, Arya mengambil ponsel di sakunya lalu mengambil gambar bunga mawar dan di kirimkan pada Reyhan.

Sementara di tempat lain, Reyhan sedang duduk di teras rumahnya.

" Ngapain si Boss ngirim gambar tanaman mawar..?" gumam Reyhan lalu menelfon Arya.

" Boss, ngapain kirim bunga kayak gitu..? udah alih profesi jadi penjual bunga sekarang..?" tanya Reyhan.

" Hahahaa...itu bunga khusus buat lho. Di tanam di halaman rumah kost Zahra..." ucap Arya sambil tertawa.

" Sialan lho...pagi - pagi udah bikin sewot. Eh, tunggu dulu.. ngapain lho pagi - pagi di rumah Zahra..? lho nggak nginep disana kan..?" selidik Reyhan.

" Emangnya kalau nginep kenapa...?" ucap Arya santai.

" Mas Arya lagi ngapain disitu, jadi pergi nggak..." ucap Zahra di depan pintu.

" Ehh boss, itu suara Zahra. Lho beneran nginep disana...?" tanya Reyhan.

" Udah, gue mau jalan dulu. Lho ke rumah gue sekarang..." ucap Arya lalu mematikan telfonnya.

Zahra dan Arya langsung masuk ke dalam mobil menuju rumah Arya.

" Mas, kita mau kemana..?" tanya Zahra.

" Nanti juga tahu, udah diem aja..." jawab Arya.

" Terserah..." saut Zahra lalu menatap jalanan di depannya. 15 menit kemudian mereka sampai di depan rumah besar dan mewah.

" Mas, ini rumah siapa..?" tanya Zahra setelah turun dari mobil.

" Rumah kita.." jawab Arya asal dan langsung menarik tangan Zahra membawanya masuk ke dalam rumah.

" Assalamu'alaikum..." ucap Arya dan Zahra.

" Wa'alaikumsalam..." jawab mama dari dalam.

" Zahra, kamu udah datang. Sini, ayo mama udah siapin bahan buat bikin kuenya..." kata Mama.

" Iya Ma..." ucap Zahra canggung.

Zahra tak menyangka Arya mengajaknya ke rumah. Mama memeluk bahu Zahra membawanya ke dapur.

" Ma, kok Arya di tinggal sih...?" ucap Arya kesal.

" Kamu ini kayak anak kecil aja, sana bangunin adik kamu. Dari tadi belum keluar kamar.." jawab Mama.

" Huhh...udah kayak anak tiri aja..." gerutu Arya.

" Kamu kenapa Ar, ngedumel sendiri...?" tanya papa yang baru keluar dari kamar.

" Tuh, papa lihat istri kesayangan papa. Udah dapet anak baru yang lama ditelantarin..." saut Arya.

" Tenang aja, kan masih ada papa yang sayang sama kamu..."ucap papa tertawa.

" Jadi anaknya cuma Mas Arya aja pa...?" saut Fahri sambil menuruni tangga.

" Ehh, anak bayi baru bangun langsung merajuk...hahahaa.." ledek Arya.

"Ehh, kalian berdua ini kalau ketemu nggak pernah akur.." kata Papa.

Sementara di dapur, Mama dan Zahra sedang membuat adonan kue. Mama yang jail membuat wajah Zahra penuh dengan tepung. Mereka tertawa lepas sudah seperti anak dan ibu kandungnya. Zahra sangat senang Mamanya Arya sangat sayang padanya.

" Pa, itu berisik di dapur apaan sih, lagi demo masak ya..?" tanya Fahri.

" Lihat aja sendiri, pasti Mama kamu lagi ngacak - acak dapur.." kata Papa.

Fahri segera menuju dapur disusul Arya dan Papa.

" MasyaAllah Ma, ini kenapa jadi begini...?" tanya Arya.

" Tanya aja sama Zahra, dia yang berantakin..." ucap Mama nyengir.

" Kok Zahra sih Ma, ini kan gara -gara Mama jatuhin telur di lantai. Jadinya Zahra jatuh pas bawa tepung.." ucap Zahra.

" Ya udah kamu bersihin muka kamu Za, udah berantakan gitu. Fahri, ambilin baju kakak ipar kamu buat ganti Zahra..." ucap Papa.

" Pa, mama kan belum selesai bikin kuenya... masih di oven tuh belum mateng.." ucap mama.

" Iya, kamu gak kasihan lihat Zahra udah berantakan gitu.." kata Papa.

" Assalamu'alaikum.." ucap Reyhan yang baru datang.

" Wa' alaikumsalam.."

"Rey, kebetulan kamu dateng. Bantuin Arya dan Fahri beresin dapur ya...? Mama mau siap - siap dulu. Pengin shopping sama Zahra..." ucap Mama.

" Ma, Rey baru dateng udah di suruh kerja sih..?" rengek Reyhan.

" Nggak usah sok imut, ambil sapu dan pel sana.." perintah Arya.

"Ma, emang bibik kemana sih kok kita yang beresin...? tanya Fahri.

" Mereka lagi belanja sayuran, udah nggak usah protes. Cepat beresin. Ayo Za, kita siap - siap ke Mall..." ucap Mama.

" Iya Ma..." jawab Zahra.

Zahra, Mama dan Papa sampai di Mall. Mereka sudah seperti keluarga harmonis. Mereka berjalan mengelilingi Mall. Mama berbelanja banyak baju untuk Zahra.

" Ma, ini terlalu berlebihan. Zahra udah bawa belanjaan banyak banget..." ucap Zahra.

" Nggak apa - apa Za, mama senang sekali bisa jalan sama anak gadis seperti kamu Za... Mama sangat menginginkan anak perempuan, kamu mau kan anggap kami sebagai orangtua kamu.." kata mama.

" Justru Zahra yang bersyukur bisa bertemu dengan papa dan mama. Zahra tidak punya siapa - siapa. Hidup Zahra sebatangkara Ma, Pa. Ibu Zahra meninggal saat Zahra berumur lima tahun. Sedang Ayah Zahra mengalami kecelakaan waktu Zahra kelas tiga SMA. Saat itu Zahra merasa tak sanggup lagi untuk hidup. Tapi, waktu terus berjalan Zahra berusaha untuk bertahan hidup dari uang pensiun Ayah. Setelah Zahra lulus sekolah, Zahra merantau di Jakarta. Zahra bekerja di cafe dan melanjutkan kuliah sampai sekarang..." cerita Zahra sambil menitikkan airmata.

Mama yang mendengar cerita Zahra ikut menasngis dan memeluk Zahra sangat erat.

" Mulai sekarang anggaplah kami ini orangtuamu Za, jangan sungkan untuk meminta bantuan pada kami..." ucap Papa mengusap kepala Zahra pelan.

" Terimakasih Ma, Pa..." saut Zahra.

" Udah nangisnya, Mama laper. Kita makan dulu.." ucap Mama.

Sampai di rumah, Mama langsung masuk dan kaget melihat anak - anaknya yang tiduran di lantai efuang tamu.

" Kalian ngapain disini, kalau tidur itu di kamar..." ucap Mama.

" Siap Nyonya, pekerjaan kami sudah selesai. Ada lagi yang anda butuhkan...?" tanya Reyhan.

Mama, Papa dan Zahra malah tertawa melihat wajah ketiga orang di depannya.

" Kalian udah makan belum...? kusut banget kayak kain pel..." ledek Papa.

" Papaaa..." teriak mereka bertiga.

" Udah - udah. Kalian mandi sana..." usir Mama.

" Za, ikut ke kamar..." kata Arya.

" Mau ngapain...?" tanya Zahra.

" Ikut aja, cepetan..." kata Arya.

" Tapi..." ucap Zahra yang langsung di tarik Arya naik ke kamarnya.

" Mas, ada apa sih. Zahra di bawa kesini...?" tanya Zahra.

" Hehehee... semalem saya bawa berkas ke kamar belum di beresin tuh. Kamu beresin jangan sampai ke tuker ya, saya mau mandi dulu..." ucap Arya lalu berjalan ke kamar mandi.

Zahra membereskan semua berkas dan di tata dengan teliti. Arya yang keluar hanya memakai handuk langsung duduk di samping Zahra.

" Udah selesai Za...?" tanya Arya.

" Hissh... mas Arya nggak sopan. Pakai baju sana..." usir Zahra tanpa menoleh.

" Hahahaaa... tahu aja saya belum pakai baju..." saut Arya.

Arya duduk semakin dekat sehingga tidak ada jarak pada mereka.

" Mas Arya, apaan sih. Pergi sana..." usir Zahra.

" Iya - iya... gitu aja marah..." ledek Arya.

" Zahra keluar sekarang..." teriak Zahra.

" Tunggu..." Arya mendekati Zahra dan mengacak - acak rambutnya. " Udah, sekarang keluar sana..." kata Arya sambil tertawa.

" Keterlaluan..." umpat Zahra merapikan rambutnya dan keluar dari kamar Arya.

.

.

.

TBC

.

.

🌹🌹🌹🌹🌹

.

Episodes
1 Sendiri
2 Melihatmu menangis
3 Perkenalan
4 Janji
5 12 tahun telah berlalu
6 Menghilangkan lelah hati
7 Refreshing
8 Tugas Kampus
9 Magang
10 Sabar, Zahra...!!!
11 Berusaha untuk bertahan
12 Tetap bertahan
13 Weekend 1
14 Weekend 2
15 Weekend 3
16 Menikmati waktu bersama
17 Kembali beraktifitas
18 Mengenal keluarga Dirgantara
19 Merasakan kasih sayang orangtua
20 Menjaga hati
21 Hatiku takkan goyah
22 Semakin dekat
23 Tak bisa jauh darimu
24 Mama bikin ulah lagi
25 Kepulangan Hasan
26 Salah paham
27 Mengunjungi makam Ayah Ibu
28 Pulang ke rumah Rey
29 Pura - pura sakit
30 Jaga jarak
31 Liburan ke Bali
32 Menikmati malam di pantai
33 Menikmati malam di pantai
34 Menikmati malam di pantai
35 Terabaikan lagi
36 Kuatkanlah hatiku
37 Aku harus bisa hidup mandiri
38 Sakit
39 Maafkan aku
40 Pulang ke Jakarta
41 Kembali bekerja
42 Ke Bogor
43 Bertemu Kakek
44 Touring
45 Sore hari di penginapan
46 Pemandangan dari atas bukit
47 Berkeliling kota Bandung
48 Hari yang melelahkan
49 Persiapan ulang tahun kakek
50 Memantapkan hati
51 Menjelang peresmian panti asuhan
52 Peresmian Panti Asuhan dan Surprise untuk kakek
53 Merasa jauh
54 Rasa itu tak bisa hilang
55 Monas
56 Semakin dekat waktu bertemu dengannya
57 Sidang skripsi
58 Firasat
59 Membuat kenangan
60 Musibah
61 Bukit Kenangan
62 Membuang rasa kecewa
63 Tak ingin jauh darimu
64 Hati yang kalut
65 Kapan kau kembali
66 Setiap nafasku adalah do'a untukmu
67 Demi Mama
68 Menyelesaikan masalah
69 Ku berserah kepadaMu
70 Wisuda
71 Masa lalu Mama
72 Persiapan pernikahan
73 Tak sanggup melepasmu
74 Pernikahan
75 Pernikahan (2)
76 Bertahanlah
77 Sadar
78 Menghirup udara pagi
79 Pulang ke rumah Mama Ririn
80 Melelahkan
81 Reyhan & Alina
82 Hatiku sedang bahagia
83 Menikmati suasana malam hari
84 Sepi tanpamu
85 Rindu bertemu
86 Mencari kesibukan
87 Apa yang sebenarnya terjadi...?
88 Mengungkap masa lalu
89 Bersama keluarga
90 Seperti ada yang hilang
91 Liburan bersama
92 Berjalan bersamamu
93 Bermain di pantai
94 Pantai di pagi hari
95 Kembali ke kantor
96 Hukuman
97 Semakin ku sayang padamu
98 Mengunjungi Panti
99 Menuju bukit kenangan
100 Rangkaian Cinta di Bukit Kenangan
101 Merindukanmu
102 Hadiah terindah
103 Masalah
104 Maaf
105 Asisten untuk Fahri
106 Sepi tanpamu
107 Pulang
108 Permintaan Mama
109 Rencana Pernikahan
110 Cemburu
111 Lamaran
112 Menanti hari bahagia
113 Malam sebelum pernikahan
114 Hari Bahagia
115 Hari Bahagia
116 Resepsi pernikahan
117 Indahnya bersama kekasih halal
118 Kejutan tak terduga
119 Kita adalah saudara
120 Bahagia bersamamu
121 Merangkai mimpi di Bukit Kenangan
122 Buah Cinta
123 Kebahagiaan kita
124 Keinginan anak atau bundanya...?
125 Sabar Arya....!!!
126 Menanti hadirmu
127 Anugerah terindah
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Sendiri
2
Melihatmu menangis
3
Perkenalan
4
Janji
5
12 tahun telah berlalu
6
Menghilangkan lelah hati
7
Refreshing
8
Tugas Kampus
9
Magang
10
Sabar, Zahra...!!!
11
Berusaha untuk bertahan
12
Tetap bertahan
13
Weekend 1
14
Weekend 2
15
Weekend 3
16
Menikmati waktu bersama
17
Kembali beraktifitas
18
Mengenal keluarga Dirgantara
19
Merasakan kasih sayang orangtua
20
Menjaga hati
21
Hatiku takkan goyah
22
Semakin dekat
23
Tak bisa jauh darimu
24
Mama bikin ulah lagi
25
Kepulangan Hasan
26
Salah paham
27
Mengunjungi makam Ayah Ibu
28
Pulang ke rumah Rey
29
Pura - pura sakit
30
Jaga jarak
31
Liburan ke Bali
32
Menikmati malam di pantai
33
Menikmati malam di pantai
34
Menikmati malam di pantai
35
Terabaikan lagi
36
Kuatkanlah hatiku
37
Aku harus bisa hidup mandiri
38
Sakit
39
Maafkan aku
40
Pulang ke Jakarta
41
Kembali bekerja
42
Ke Bogor
43
Bertemu Kakek
44
Touring
45
Sore hari di penginapan
46
Pemandangan dari atas bukit
47
Berkeliling kota Bandung
48
Hari yang melelahkan
49
Persiapan ulang tahun kakek
50
Memantapkan hati
51
Menjelang peresmian panti asuhan
52
Peresmian Panti Asuhan dan Surprise untuk kakek
53
Merasa jauh
54
Rasa itu tak bisa hilang
55
Monas
56
Semakin dekat waktu bertemu dengannya
57
Sidang skripsi
58
Firasat
59
Membuat kenangan
60
Musibah
61
Bukit Kenangan
62
Membuang rasa kecewa
63
Tak ingin jauh darimu
64
Hati yang kalut
65
Kapan kau kembali
66
Setiap nafasku adalah do'a untukmu
67
Demi Mama
68
Menyelesaikan masalah
69
Ku berserah kepadaMu
70
Wisuda
71
Masa lalu Mama
72
Persiapan pernikahan
73
Tak sanggup melepasmu
74
Pernikahan
75
Pernikahan (2)
76
Bertahanlah
77
Sadar
78
Menghirup udara pagi
79
Pulang ke rumah Mama Ririn
80
Melelahkan
81
Reyhan & Alina
82
Hatiku sedang bahagia
83
Menikmati suasana malam hari
84
Sepi tanpamu
85
Rindu bertemu
86
Mencari kesibukan
87
Apa yang sebenarnya terjadi...?
88
Mengungkap masa lalu
89
Bersama keluarga
90
Seperti ada yang hilang
91
Liburan bersama
92
Berjalan bersamamu
93
Bermain di pantai
94
Pantai di pagi hari
95
Kembali ke kantor
96
Hukuman
97
Semakin ku sayang padamu
98
Mengunjungi Panti
99
Menuju bukit kenangan
100
Rangkaian Cinta di Bukit Kenangan
101
Merindukanmu
102
Hadiah terindah
103
Masalah
104
Maaf
105
Asisten untuk Fahri
106
Sepi tanpamu
107
Pulang
108
Permintaan Mama
109
Rencana Pernikahan
110
Cemburu
111
Lamaran
112
Menanti hari bahagia
113
Malam sebelum pernikahan
114
Hari Bahagia
115
Hari Bahagia
116
Resepsi pernikahan
117
Indahnya bersama kekasih halal
118
Kejutan tak terduga
119
Kita adalah saudara
120
Bahagia bersamamu
121
Merangkai mimpi di Bukit Kenangan
122
Buah Cinta
123
Kebahagiaan kita
124
Keinginan anak atau bundanya...?
125
Sabar Arya....!!!
126
Menanti hadirmu
127
Anugerah terindah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!