Karena merasa diabaikan Zahra pergi sendiri ke bawah bukit di bagian lain.
" Semuanya nggak ada yang peduli padaku..." gumam Zahra.
Disaat seperti ini Zahra teringat kedua orangtuanya.
" Ayah ibu, Zahra merindukan kalian..." batin Zahra sambil menitikkan airmatanya.
Tak terasa Zahra terus berjalan sampai di sebuah sungai di bawah perbukitan. Zahra turun ke sungai duduk di atas batu bermain - main air untuk menghilangkan kesedihannya.
Sementara di tempat lain, Arya berteriak memanggil Zahra. Namun tak ada sahutan, Arya khawatir terjadi apa - apa dengan Zahra.
" Zahraaa...!!!"
Berkali - kali Arya memanggil tapi Zahra tak menyautinya. Tak lama Ferdi, Lucky dan Reyhan kembali turun menghampiri Arya.
" Ar, lho kenapa...? Bingung gitu, siap -siap ya kita liburan ke Bali..." ucap Lucky bersemangat.
" Cihh... liburan aja yang lho pikirin. Kalian tidak lihat Zahra hilang..." jawab Arya kesal.
" Apaaa....? Adek gue hilang. Lho jangan bercanda Ar....?" ucap Ferdi kaget.
" Kalian lihat aja sendiri, dari tadi gue cari nggak ketemu..." saut Arya.
" Kita harus mencarinya kemana Ar..? Mungkin ada tempat yang ingin di kunjungi Zahra...?" tanya Lucky.
" Mana gue tau, emang gue bapaknya..." kata Arya.
Mereka berempat terus mencari Zahra ke seluruh bukit. Mereka khawatir Zahra tidak ditemukan karena hari sudah sore. Di tengah jalan mereka bertemu dengan pekerja di perkebunan.
"Maaf pak, apa kalian melihat seorang gadis lewat di tempat ini..." tanya Ferdi.
" Tadi kami melihat seseorang menuruni bukit, mungkin menuju ke arah sungai di bawah sana..." jawab salah seorang pekerja.
" Terima kasih pak..." ucap Reyhan.
Mereka berempat menuruni bukit mencari sungai yang di tunjukkan pekerja kebun teh itu. Mereka berteriak memanggil Zahra. Sampai di pinggir sungai mereka melihat Zahra duduk di atas batu sambil bermain air.
" Zahraaaa..." teriak Ferdi.
Zahra menoleh ke belakang, disana sudah ada empat orang laki - laki yang tadi meninggalkannya. Zahra diam saja tak menyauti panggilan mereka. Akhirnya mereka berempat berjalan mendekat ke arah Zahra.
"Dek, kamu kalau mau pergi bilang - bilang dong. Biar kita nggak khawatir...?" ucap Ferdi.
" Masih inget kalau ada aku disini...?" saut Zahra tanpa menoleh.
" Maaf, kami nggak sengaja ninggalin kamu tadi..." ucap Reyhan.
" Kita pulang, udah mau maghrib..." ucap Lucky.
" Zahra, ayo pulang..." ajak Ferdi.
" Zahra mau pulang kalau di gendong..." saut Zahra masih marah.
" Arya, lho yang gendong. Lho kan yang kalah tadi lomba lari..." ucap Lucky.
" Gak mau, biarin aja tinggal disini kalau nggak mau jalan..." saut Arya datar.
" Woii...lho mau ninggalin adek gue disini. Gue bantai lho semua..." teriak Ferdi.
" Ya udah, lho aja yang gendong. Diakan adek lho..." jawab Reyhan santai.
" Ayah Ibu...Zahra pengen ikut kaliaaannn...." teriak Zahra.
" Zahraaa... jangan asal kalau ngomong. Ayo kita pulang sekarang..." kata Ferdi marah.
" Kalian pergi saja, aku nggak butuh kalian...." teriak Zahra sambil menangis.
" Sudah kalian pulang aja dulu, biar gue yang bujuk Zahra pulang..." ucap Arya pelan pada teman - temannya.
"Lho yakin bisa bujuk Zahra pulang...?" tanya Ferdi.
"Iya, lho percaya sama gue. Sekarang kalian pergi sana..." usir Arya sambil tersenyum.
" Awas kalau terjadi apa - apa sama adek gue. Lho gue kubur di tempat ini..." ancam Ferdi.
" Setidaknya gue nggak mati sendirian...hahahaa..." seringai Arya.
" Sialan lho..." umpat Ferdi.
" Cepat pergi sana keburu malem..." usir Arya.
Setelah ketiga temannya pergi, Arya mendekati Zahra dan duduk di sampingnya. Sejenak Arya berpikir pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.
" Za, kita pulang ya...? udah mau maghrib. Emangnya kamu mau ketinggalan sholat maghrib...?" rayu Arya.
" Nanti kalau ada hantu gimana...? Atau jangan - kamu bukan....?" ucap Arya lagi tapi tak melanjutkan kalimatnya.
" Kamu mau bilang kalau aku ini hantu..." teriak Zahra sambil berdiri.
Sejenak mereka berdua diam. Zahra dan Arya teringat pada masa lalu mereka masing - masing.
" Tidak mungkin..." kata mereka bersamaan.
" Kamu bilang apa tadi...?" tanya Zahra
" Tiii...tidak apa - apa. Ayo kita pulang, udah sore..." jawab Arya gugup.
" Tapi, saya masih betah disini..." ucap Zahra pelan.
" Gimana kalau besok pagi kita kesini lagi. Kamu bisa menikmati waktu disini sepuas kamu..." rayu Arya. Arya sudah lupa kalau Zahra itu bawahannya. Arya hanya tak suka melihat Zahra bersedih.
" Tapi, mas Arya temenin Zahra ya...?" pinta Zahra.
" Iya, besok saya temenin kamu disini. Kita berangkat selepas shubuh, biar bisa melihat mentari muncul dari celah pepohonan. Kamu pasti suka..." ucap Arya. Tanpa sadar Arya begitu perhatian pada Zahra.
" Ya udah pulang, tapi Zahra capek..." kata Zahra.
" Sini aku gendong. Cepat naik sini...?" ajak Arya.
" Mas Arya yakin mau gendong Zahra...?" tanya Zahra
" Iya, cepetan... sebelum saya berubah pikiran..." jawab Arya.
Zahra sangat senang ternyata Arya sangat baik. Zahra tersenyum di gendongan Arya.
" Mas Arya masih kuat, ini jalannya naik. Zahra turun aja deh..." kata Zahra.
" Udah nggak apa - apa, saya masih kuat kok..." jawab Arya walaupun kakinya sudah terasa berat.
" Kita istirahat dulu mas, pasti capek gendong Zahra dari bawah sana..." ucap Zahra lalu turun dari gendongan Arya.
" Harusnya dari tadi Za, kamu turun dari punggungku. Kakiku rasanya udah mau patah semua..." batin Arya.
" Ya udah, kita istirahat sebentar terus pulang..." kata Arya.
" Mas Arya, besok pagi jadi kan ke sungai lagi...?" tanya Zahra.
" Iya, kan saya udah bilang tadi. Arya tidak akan pernah mengingkari janjinya..." ucap Arya.
" Ya udah, yuk kita jalan lagi..." ajak Zahra sambil berjalan mendahului Arya.
" Nggak mau di gendong lagi...?" tanya Arya.
" Nggak usah, Zahra masih bisa jalan sendiri. Nanti mas Arya pingsan gendong Zahra terus..." jawab Zahra sambil tersenyum.
Mereka akhirnya sampai di Villa tepat waktu maghrib.
" Kamu mandi dulu sana, setelah itu aku bakalan masakin makanan yang enak buat kamu..." ucap Arya.
" Beneran mas Arya mau masak, emangnya nggak capek...?" tanya Zahra.
" Nggak apa - apa kan banyak yang bantuin. Pokoknya kamu terima beres aja..." kata Arya sambil mengacak - acak rambut Zahra lalu pergi ke kamarnya.
Setelah sholat Isya' Zahra keluar dari kamarnya. Zahra mendengar suara gaduh di dapur. Ternyata Arya dan teman - temannya sedang memasak. Zahra duduk di meja makan sambil melihat aktifitas mereka. Tiba - tiba Reyhan menghampirinya.
" Selamat malam tuan putri, ada yang anda butuhkan...?" tanya Reyhan sambil membungkukkan badannya.
" Saya mau lemon tea hangat.." ucap Zahra walaupun heran dengan tingkah keempat orang di depannya.
" Saya akan membuatnya tuan putri, ada yang anda butuhkan lagi.." ucap Reyhan yang di jawab gelengan kepala oleh Zahra.
" Lama - lama bisa gila aku disini..." gumam Zahra sambil berjalan ke ruang tamu.
Tak lama Arya datang membawa lemon tea pesanan Zahra sambil duduk di sampingnya.
" Kamu masih marah dengan kejadian tadi Za...?" tanya Arya.
" Nggak, asal mas Arya nggak lupa sama janji yang tadi..." jawab Zahra.
" Iya, saya janji besok kita pergi kesana lagi..." ucap Arya.
" Kita makan sekarang, semuanya udah siap..." kata Arya lagi.
Mereka berlima makan dengan tenang, Zahra tak menyangka mereka bisa memasak makanan yang sangat lezat. Selesai makan merekapun tak mengizinkan Zahra membereskan meja makan. Zahra diajak Arya ke samping Villa melihat langit di malam hari yang sangat cerah.
.
.
.
TBC
🌕️🌕️🌕️
Terimakasih untuk para pembaca, semoga karya saya bisa menjadi hiburan yang menarik untuk kalian....
🌌🌌🌌
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments