Aby, Devan, dan Rian merupakan sahabat karib sejak kuliah, karena mereka mengambil jurusan yang sama dan di universitas yang sama pula. Sedangkan Alan juga merupakan sahabat mereka yang paling muda.
"Nesa," panggil Rian. Wanita yang di panggil namanya menoleh ke sumber suara.
"Oh hey," sahutnya ramah. Nesa mendekat ke arah mereka, tanpa menyadari keberadaan Disa, karena posisi duduk Disa yang membelakanginya.
Disa menghela nafasnya, mencoba untuk rileks, walau sebenarnya saat ini emosi telah melingkupi dirinya. Nesa semakin mendekat dan duduk di kursi kosong disebelah Aby. Tak terhindarkan mereka sekarang saling berhadapan.
"Kau," ucap Nesa sedikit mengeram, Disa hanya tersenyum sinis. Nesa mengendalikan dirinya, tidak mungkin ia akan bertengkar di tempat umum seperti ini, bisa hancur harga dirinya.
"Oh ya Nes, ini kenalin temen gue. Ini namanya Disa dan ini Lia," ucap Rian memperkenalkan.
"Lia," ucap Lia ramah. Sedangkan Disa hanya diam dan memilih asik dengan ponselnya.
"Nesa," sahut Nesa.
"Ngga nyangka ya, kita bisa ngumpul bareng kayak gini. Udah lama banget loh ngga kayak gini," ucap Alan.
"Bener Lan," sahut Rian.
"Oh ya? kalo begitu, kita sering-sering aja ngumpul," ucap Nesa.
"Iya kan sayang," sambungnya dengan manja pada Aby. Aby hanya tersenyum tipis, sangat tipis.
"Kalian bisa ngga sih, jangan mesra-mesraan disini. Hargai kami para jomblo," ucap Alan.
"Iya nih, mentang-mentang udah ada pacar," tambah Rian.
"Makanya kalian cari pacar," ucap Nesa.
"Jangan sirik sama hubungan kita," sambung Nesa bergelayut manja pada lengan Aby.
"Nyari itu gampang Nes, yang susah ngungkapinnya," ucap Alan.
"Nah setuju bro, ini jantung udah maraton duluan," tambah Rian.
"Ehem, permisi. Aku mau ke belakang," ucap Disa beranjak. Namun karena tergesa-gesa, ia malah tersandung kaki kursi.
Aby dan Rian reflek berdiri namun karena Alan yang paling dekat, Sehingga Alan lah yang berhasil menangkap tubuh Disa. Nesa tersenyum sinis melihat pemandangan didepannya itu.
"Kamu ngga papa? mana yang sakit?" tanya Alan khawatir. Aby mengepalkan tangannya melihat perhatian Alan pada Disa.
"Ng-nggak, ngga ada yang sakit," jawab Disa langsung menarik dirinya dari pelukan Alan.
"Thanks, aku ke belakang dulu," ucap Disa langsung melesat ke toilet.
"Baru aja gue yang mau nangkep," ucap Rian kembali terduduk.
"Hahaha kecolongan Lo," sahut Alan.
"Ehem, kok ada bau-bau orang yang lagi jatuh cinta sih ya," ucap Lia.
"Apaain ih," sela Alan.
"Jangan sembarangan," ucap Rian, walau dalam hatinya berkata lain.
"Kalau cinta itu diungkapin, entar malah udah jadi milik orang. Apalagi cewe kayak gitu," ucap Nesa merendahkan.
"Permisi," ucap Aby langsung beranjak dan pergi entah kemana.
"Eh by, mau kemana Lo?!!" seru Rian.
"Woii Aby!!" seru Alan.
Sedangkan di belakang, Disa mencuci tangannya di wastafel "Kenapa harus ketemu si cewek sialan itu sih disini!!" ucapnya dengan nada tak santai. Seseorang menarik tangan Disa dan mengukung tubuhnya di tembok.
"Puas kamu!!" seru seseorang tersebut.
"By, apa-apaan kamu?!!" ucap Disa.
"Puas kamu kan, di peluk laki-laki lain!!" ucap Aby tak santai dengan wajah yang sudah merah karena emosi.
"Apaan sih, jangan sembarangan nuduh deh," ucap Disa. Aby kemudian menggenggam dan menarik tangan Disa ke atas kemudian menguncinya dengan satu tangannya.
"Apa-apaan kamu, lepasin," ucap Disa memberontak. Aby semakin mengencangkan genggaman tangannya, satu tangannya mengangkat dagu Disa dan mulai mencium kasar bibir gadis itu.
Disa memberontak, namun tentu saja kekuatannya tidak sebanding dengan Aby. Aby semakin liar, ia mencoba memasukan lidahnya, namun sulit. Disa mengungunci mulut nya rapat, Aby menggigit bibir bawah Disa, yang seketika membuat Disa langsung membuka mulutnya. Tak menyia-nyiakan kesempatan Aby langsung memasukkan lidahnya.
Setetes air bening meluncur dari manik indah Disa yang kemudian semakin deras membasahi wajahnya. Ia tidak suka diperlakukan seperti ini, ia sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri, namun ia tidak suka dengan cara seperti ini, ia benci keadaannya sekarang.
Merasakan air mata Disa yang mengalir deras, Aby kembali tersadar. Ia segera menyudahi perang lidah mereka, ia mengatur nafasnya dan melihat keadaan Disa, perlahan tangannya merenggang.
Tubuh Disa merosot ke bawah, ia menunduk, menenggelamkan wajahnya di antara kedua pahanya. Ia menangis, isaknya sangat menyayat hati Aby. Bagaimana bisa ia kebablasan? dan mengapa ia marah karena Disa di tangkap oleh Alan, bukan dirinya? Apakah dirinya sudah merasa nyaman dengan Disa?.
"Disa," panggil Aby lembut. Ia ikut berjongkok dan mencoba mengangkat wajah Disa, namun Disa berontak dan menghempaskan tangan Aby.
"Maaf, maafkan aku," ucap Aby tulus. Sungguh jika akan seperti ini jadinya, ia pasti akan lebih mengontrol emosinya.
"Disa maafkan aku, tolong maafkan aku," ucapnya lagi. Aby mendekat dan memeluk hangat tubuh Disa, mengelus rambut panjang istrinya itu. Namun bukannya mereda, tangis Disa semakin pecah.
"Maaf, tolong maafkan aku," ucap Aby lagi. Aby semakin mengeratkan pelukannya dan mengelus rambut Disa sambil sesekali mengecupnya, memberikan ketenangan.
Perlahan Disa bisa mengontrol tangis dan emosinya, ia menghapus air matanya dan melepaskan pelukan Aby dengan kasar. Ia beranjak dan hendak pergi, Aby langsung menarik tangannya sehingga berhadapan dengan dirinya.
"Maaf," ucap pria itu lirih, Disa terdiam. Aby mendekati Disa dan kembali memeluknya.
Disa tidak membalas pelukan Aby dan juga tidak menolaknya, ia terdiam bagai patung. Aby melepas pelukannya dan merapikan rambut Disa.
"Kita pulang ya," ucapnya lembut, Disa tidak merespon. Aby menggenggam tangan Disa dan memimpinnya menuju mobil.
Aby membukakan pintu untuk Disa, kemudian memutar dan masuk ke dalam mobil. Disa memandang ke samping, melihat gedung dan pohon yang berlarian.
Tidak lama mereka sampai di rumah mereka, bukan rumah utama. Disa menoleh ke arah Aby dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Kita ke rumah utama nanti sore aja okay," ucap Aby. Ia keluar dan memutar membukakan pintu untuk Disa.
Disa turun dari mobil dan segera melangkah meninggalkan Aby, ia berlari menuju kamar tamu dan langsung melempar dirinya diatas kasur.
Aby menyusul Disa, ia memasuki kamar dan perlahan duduk di sebelah Disa yang memunggunginya. Perlahan Aby merebahkan dirinya disebelah Disa dan menarik Disa ke dalam pelukannya, nafas Disa teratur yang menandakan bahwa ia sudah terlelap. Aby tersenyum dan ikut menyelami mimpi bersama dalam satu ranjang tanpa adanya pemisah bantal dan tangan yang memeluk erat tubuh gadis di depannya itu, ia menenggelamkan wajahnya pada tengkuk leher Disa.
Disisi lain, di sebuah restoran. Lima orang yang menunggu kedua insan yang kini sudah terlelap di kamar mereka menggerutu kesal.
"Itu si Aby sama Disa kemana sih, lama banget," keluh Rian.
"Coba telpon gih," saran Lia.
"Bentar, aku telpon Aby," ucap Nesa dan langsung mengambil ponselnya kemudian menghubungi Aby.
"Gimana?" tanya Alan.
"Ngga aktif," jawab Nesa.
"Coba aku telpon Disa," ucap Lia dan langsung menghubungi Disa.
"Gimana? bisa nggak?" tanya Rian.
"Sama, nggak aktif," jawab Lia.
"Aduh gimana dong ni?" tanya Rian.
"Kalo Aby mah kagak apa-apa sih, dia kan udah gede, terus ilmu bela dirinya ampun dah, kagak bisa diraguin," ucap Alan.
"Gue khawatirnya sama Disa, kalo di apa-apain orang jahat gimana dong, astaga aku ngga bisa bayangin," sambung Alan.
"Jangan ngomong aneh aneh Lo," ucap Rian.
"Gue cari mereka," ucap Devan langsung beranjak.
"Gue ikut van," ucap Lia.
"Gue juga," ucap Nesa.
"Yaudah kita semua ikut," ucap Rian.
"Let's go," sahut Devan menanggapi mereka semua.
~ Bersambung ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Puan Harahap
hadir
🏖🏖🏖SALAM PRIA IDOLA
DAN MENIKAHI PRIA URAKAN🏖🏖🏖
2021-04-15
0
Rhara
heran ama disa bisa liat lakinya ama wanita lain msh bisa sabar klo gue mah udh gue eksekusi
2021-03-30
2
Arab Markonah
maaf...maaf....emangnya segampang beli brambang apa.....🤭
2021-02-14
2