In Life
Jika bertanya padaku, hal yang paling tak kumengerti didunia ini, maka aku akan menjawab.
..."Hubungan Sosial Antar Mahluk Hidup yang Bernama Manusia"...
Sebuah hubungan yang hanya berupa kepalsuan, dengan kata lain, sebuah hubungan buatan, semu, tiruan, yang hanya berisikan banyak unsur kebohongan didalmnya. Meskipun begitu, kebanyakan orang tetap saja melakukan hal tersebut. Kenapa semua orang begitu bodoh?
Jadi, pengertian paling sederhana yang dapat kukatakan tentang hubungan sosial adalah, sebuah hubungan yang berisi dua atau lebih manusia didalamnya, dimana setiap manusia dalam hubungan itu pasti memiliki sebuah filter untuk menyembunyikan sifat asli mereka dan cendrung berusaha terlihat baik dengan menunjukkan muka menggunakan topeng penuh dusta.
Mereka semua melakukan hal itu bukanlah tanpa alasan, semuanya diakibatkan oleh norma-norma sosial yang mengharuskan seseorang berbohong didepan orang lain. Karena, jika mereka tidak menuruti hal itu, akan ada sebuah konsekwensi yang menimpa sang pelaku, yaitu dibuang dari lingkungan sekitarnya, dibenci, dan dijauhi akibat dari perbuatan yang berusaha jujur dan menjadi dirinya sendiri.
Disaat kau benci terhadap sesuatu kau mengatakan benci, dan disaat kau suka terhadap sesuatu kau mengatakan suka, tapi apa yang didapatkan dari seseorang yang berani mengatakan hal itu?
Orang tersebut akan dianggap seorang yang kasar karena mengatakan kenyataan dan pendapatnya yang sebenarnya tentang suatu hal.
Kebanyakan orang tidak bisa menerima bahwa kebenaran itu memang terkadang sangat menyakitkan, tapi orang yang dapat menerima rasa sakit itu akan merasakan sesuatu yang dinamakan ketulusan. Itulah menurutku.
Dan aku, Tsukihara Watari adalah satu dari sedikitnya manusia yang telah menerima hal tersebut. Potret dari seorang yang sudah lelah bersandiwara dan menunjukkan kepura-puraan didepan orang lain.
Itu semua berkat pengalaman dimasa lalu yang mengajariku apa yang disebut dengan sebuah kenyataan.
Ketika seseorang bersikap baik ke manusia lain, bukan berarti orang tersebut suka ke mereka. Orang itu hanya bersikap baik atas dasar kemanusiaan, dan hanya ingin dipuji oleh orang lain saja. Aku benar-benar merasa muak pada setiap orang yang melakukan hal tersebut.
Selain itu, ada juga orang yang suka bermain teman-temanan. Mereka berbicara, berkumpul bersama dan bersenang-senang dalam kelompok yang mereka buat.
Tapi, itu hanyalah sampul dari sebuah buku yang berisi kemunafikan seseorang. Dibelakang temannya, mereka akan saling membicarakan kejelekan satu sama lain.
Kesimpulan yang dapat kutarik, orang-orang yang terlibat dalam hubungan sosial adalah seorang penjahat, dan seorang penyendiri yang dibuang oleh lingkungan sekitarnya adalah orang-orang yang sudah tau apa yang disebut dengan "Kenyataan".
Oleh
Tsukihara Watari, kelas 2F.
…
Dengan alis mata dan dahi yang mengkerut Ibu Hiratsuko,
seorang guru bahasa Jepang sekaligus selaku wali kelasku membacakan dengan lantang dan keras tulisan dari selembar kertas yang kuberikan padanya.
Saat mendengarnya membacakan tulisanku dikertas, entah kenapa aku merasa bahwa tulisan itu lebih mirip seperti kumpulan kalimat pembuka pada prolog sebuah novel dari pada sebuah tugas esai.
Selesai membaca, Ibu Hiratsuko menempelkan tangannnya kedahinya, lalu menghela napas panjang.
"Katakan, Tsukihara. Kau ingat tugas apa yang kuberikan padamu… kan?"
"Tentu saja… tulis esai tentang cerminan kehidupan bersosialisasi anak SMA sekarang ini." ucapku dengan penuh percaya diri.
"Lalu kenapa kau menulis hal yang menghina seperti ini? apa ini? kenapa bisa jadi seperti ini?" tanya bu Hiratsuko sambil membalik, memperlihatkan kembali isi kertas esai itu padaku.
Namun saat itu, pikiranku sedang teralihkan oleh sebuah konsol game keluaran terbaru berwana silver yang berada diatas meja bu Hiratsuko.
Dia seorang guru, tapi malah membawa konsol game kesekolah? Ahh... aku tidak boleh berpikir begitu, mungkin itu konsol game yang ia sita dari seorang murid.
Aku melamungkan hal itu dalam kepalaku, hingga sebuah gulungan kertas menghantam kepalaku.
"Perhatikan kalau ibu sedang bicara!"
"I-iya."
"Tsukihara, bisa kau jelaskan esai murahan apa ini?"
Sebuah tatapan tajam mengarah kepadaku. Sebuah tatapan geram yang mampu memberikan kesan mematikan, hingga tanpa sadar membuatku berbicara dengan sendirinya.
"Eng... bagaimana mengatakannya, bukankah esai itu sudah benar, itulah yang sebenarnya terjadi dimasa sekarang ini," jawabku dengan susah payah sambil melihat kearah lain.
Aku bisa saja gugup hanya karena berbicara dengan orang lain, tapi aku akan lebih gugup jika lawan bicaraku adalah seorang perempuan yang lebih tua dariku.
"Jadi kau mau bilang bahwa saat ini pertemanan adalah sesuatu yang jahat?"
"Bukan ingin bilang, tapi secara logis memang itulah yang terjadi saat ini."
"Bocah, jangan bersikap sok pintar."
"Bocah...? Ya, kalau dibandingkan dengan usia ibu yang sekarang, mungkin memang aku masih bo...."
"Whuusss"
Suara dari sebuah pukulan bu Hiratsuko yang untungnya, menerjang samping kepalaku.
"Apa kau pernah diajari agar tidak berbicara tentang usia pada seorang gadis?" ucap bu Hiratsuko dengan aura kelam yang menyelimuti sekitar tubuhnya.
Aura itu membuat tubuhku merinding sesaat, lalu kuputuskan untuk membuang nafas dalam.
"Maaf... akan kuulangi esainya...."
Namun, bukannya mendengar, bu Hiratsuko malah terlihat sedang berfikir, dan setiap kali dia menampakan ekspresi wajah itu, ia pasti sedang merencanakan sesuatu yang akan merepotkanku.
"Ikut aku Tsukihara." ucap bu Hiratsuko lalu berjalan keluar dari ruang guru.
Itu dia! permintaan sepihak bu Hiratsuko yang tidak dapat ditolak oleh siapapun, ia tidak memberitahu sedikitpun tentang dimana dan apa yang akan kulakukan ditempat yang sedang ia tuju. Dan langsung berjalan keluar dari ruangan, seolah menegaskan bahwa ia tidak ingin menerima penolakan.
Karena tidak punya pilihan lain, akupun berjalan mengikutinya dari belakang.
Bu Hirasuko menyusuri lorong-lorong sekolah kemudian menaiki tangga, lalu berjalan kembali menyusuri lorong ruangan, sampai tibalah kami didepan sebuah pintu ruang kelas yang terlihat aneh.
Dari luar terlihat, tidak ada tulisan apapun diplat pintu ruang tersebut yang biasanya menjadi penanda suatu kelas.
"Sreett"
Saat aku masih sibuk menatap plat pintu yang kosong, bu Hiratsuko menggeser pintu itu hingga terbuka, kemudian langsung saja berjalan masuk kedalam ruangan, melihat hal itu, akupun masuk, mengikutinya dari belakang.
Yang terlihat setelah itu adalah, sebuah ruang kelas yang sudah tak terpakai, dengan papan tulis hitam kosong tergantung dipaling depan dinding kelas, kemudian meja dan kursi yang bertumpuk dibagian paling belakang kelas tersebut.
Ditengah-tengah ruang kelas itu, telihat seorang gadis yang mengenakan seragam sekolah ini, yaitu kaos putih yang dipadukan jas hitam yang menutupinya, rok merah putih bergaris, ditambah stoking kaki hitam panjang menutupi kakinya.
Ia sedang duduk disebuah kursi, sibuk membaca sebuah buku kecil yang dipegang dengan salah satu tangannya, dedaunan pink pohon sakura yang di ikuti tiupan angin masuk melalui jendela, membuat rambut hitam panjangnya bergerak terurai dengan lembut, mata biru kehitamannya perlahan terlihat saat ia berbalik melihat kearah bu Hiratsuko dan aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Nurul Chikalara Ely
Like hadir
2021-03-09
0
Nana
Mampir ka
2021-03-04
0
nina niawati
keren kk
2021-02-01
0