"Haam."
Saat ini, aku tengah makan siang ditempat makan faforitku, dengan posisi duduk santai dibelakang sekolah aku memakan roti lapis besar yang dibuat oleh adik kesayanganku, tempat ini adalah tempat kendaraan murid-murid diparkir, biasanya dijam seperti ini tidak akan ada siswa yang datang, meskipun ada, paling satu atau dua orang.
Karena sekolah ini dekat dengan pantai, dipagi hari angin laut akan berhembus, dan saat jam istirahat, arah angin berubah, menikmati hembusan angin saat makan siang, itu adalah suasana yang paling kusuka saat makan ditempat ini.
"Eh!? ternyata ada Tsukki…" ucap suara yang kukenal.
Dengan cepat aku berbalik dan melihat Hiroime Yui, sedang berdiri dibelakangku.
"…Apa yang kau lakukan disini?" tanya Yui.
"Aku selalu makan siang disini."
"He… kenapa tidak makan dikelas saja?"
Tebak saja sendiri!
"Lagipula kenapa kau disini?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
Dengan nada suara yang terdengar senang Yui mengatakan.
"Itu… sebenarnya aku kalah taruhan dengan Hiyukin, jadi yang kalah dihukum," ucapnya sambil berjalan lalu duduk disampimgku.
"Jangan bilang hukumannya bicara denganku!"
"Bu-bukan, bukan…!," ucap Yui sambil mengakat kedua tangannya.
"…Yang kalah harus beli jus, itu saja!"
Begitu Syukurlah… aku baru saja mau bunuh diri.
"Awalnya Hiyukin bilang… "Aku bisa beli sendiri, aku tidak bisa mengerti apanya yang seru dengan menghukum orang yang kalah." (Menirukan nada bicara Hiyuki yang dingin).
"Ya dia orangnya memang begitu."
"Tapi, saat aku mengejeknya dia langsung setuju."
"Memang begitulah dia."
"Aku sering bermain permainan ini dengan temanku tapi, ini pertama kalinya aku bersenang-senang."
"Teman? Ha! kelompok popularitas itu."
"Hei Tsukki! apa kau tidak menyukai mereka?"
"Pada awalnya aku memang tidak suka yang namanya berkelompok, jadi apa yang membuatmu berfikir aku bisa menyukai kelompok popularitas itu…?"
"…Tapi! aku suka konflik yang terjadi dalam kelompok, karena aku tak pandai bicara dengan orang lain dalam satu kelompok, jadi aku tidak perlu masuk dalam konflik itu," ucapku bersemangat.
"Tapi, kenapa kau bisa sangat biasa berbicara dengan Hiyukin, kadang aku tak bisa mengikuti pembicaraan kalian."
"Hiyuki itu pengecualian! dia tidak terelakan."
"Apa maksudnya?"
"Artinya dia tidak dapat dihindari, maaf ya… aku memakai kata-kata sulit yang tidak bisa diterima otakmu."
"Ah! tidak seperti itu! bukan berarti aku tidak mengerti kata itu! aku tidak bodoh!"
Yui mengatakan itu sambil memukul-mukul pundakku. Dan saat ia berhenti.
"Aku ini juga lulus ujian masuk SMA Chiba, tau!"
Setelah ia mengatakan itu, ia memukul dengan keras batang leherku, gadis ini benar-benar!
Tunggu dulu, asal kalian tau, SMA Chiba adalah SMA yang standar nilai untuk masuknya dapat dikatakan tinggi, jadi pelajar yang berada disini sudah pasti pintar-pintar, kecuali gadis yang berada disampingku ini.
Pukulan itu sampai membuatku batuk berulang kali.
"Tsukki, bicara soal ujian masuk… apa kau ingat saat upacara pembukaan?"
"Tidak, saat itu aku kecelakaan."
"Ke-kecelakaan, apa itu…"
"Eh!"
Seorang tiba-tiba datang menghentikan kata-kata Yui. ia terlihat memakai seragam olahraga hijau sekolah ini sambil terus mengelap keringat dengan handuk ditangan kanannya dan raket tenis lapangan ditangan yang satunya.
"Ah, Nata-chan, Yos" ucap Yui berdiri sambil melambai kepada orang yang dipanggilnya Nata-chan.
"Yos… Sedang apa kalian disini," tanya orang yang dipanggil Nata-chan.
"Bu-bukan apa-apa…!" ucap gagap Yui dengan wajah yang tersenyum terpaksa.
"…Nata-chan sudah selesai latihan?"
"Ya."
"Kau berlatih di klub saat istirahat, dan kau juga main tenis saat olahraga kan? pasti berat ya."
"Ti…dak, aku bermain tenis karena aku menyukainya. Oh ya, Tsukihara-kun… kau jago bermain tenis kan?"
Aku terkejut! Kenapa anak ini bisa tau namaku…
"Apa iya!?" tanya Yui.
"Ya, cara bermain Tsukihara-kun sangat hebat!"
Ucapannya membuatku memegang tengkuk kepalaku
"Jangan mengatakan itu, aku jadi malu… ha…ha…ha…ha," ucapku tertawa datar.
"Yui, siapa dia?" lanjutku bertanya pada Yui.
"Apa!? Tsukki! dia kau dan aku itu satu kelas! kenapa kau tidak tau!" jawab kesal Yui.
"Ahahaha…aku teman sekelasmu, Kinata Otsuka," ucapnya sambil memiringkan kepalanya hingga membuat pipinya tersandar disalah satu tangannnya.
"Aku… tidak biasa bicara dengan cewek," ucapku.
Sebenarnya aku juga tak bisa berbicara dengan pria.
"Tapi, aku ini pria," ucap malu-malu Kinata.
Ha! tunggu dulu, jika kau mengatakannya dengan malu-malu begitu, kau akan terlihat seperti seorang gadis dan itu akan membuat orang lain salah paham… itulah yang ingin kukatakan, tapi entah kenapa aku menjadi suka dengan ekspresinya itu… Tunggu Tsukihara! sadarlah… cepat sadar.
Jam olahraga, dilapangan tenis lapangan…
kata-katanya jadi hancur.
Aku tengah bersiap memukul bola kedinding didepanku, tapi itu semua terhenti saat seseorang memegang pundakku.
Dengan cepat aku berbalik, namun yang kudapatkan adalah sebuah jari telunjuk yang sudah menempel dipipiku.
"Hahaha… Kena!" ucap Kinata sambil tersenyum memeluk raketnya.
He? apa-apaan perasaan ini? jika dia bukan cowok, pasti sudah langsung kutembak dan langsung ditolak olehnya. apa iya langsung ditolak?
"Ada apa?" ucapku tenang.
"Begini… pasangan olahragaku hari ini absen, jadi… jika tak keberatan, apa kau mau main denganku?" ucap Kinata.
Kinata bisa kau berhenti menatapku seperti itu, itu terlalu imut, dan berhenti tersipu malu!.
"Ah, tentu, aku juga sebenarnya sedang tidak punya pasangan."
Setelah beberapa set permainan aku memutuskan untuk duduk di kursi yang berada disamping lapangan.
"Hah!" ucapku kelelahan lalu menjatuhkan badanku kekursi.
"Sudah kuduga, kau benar-benar hebat Tsukihara-kun," ucap Kinata sambil duduk disampingku.
Terlalu dekat!
"Anu… sebenarnya, bisa aku minta tolong padamu?" tanya Kinata.
"Mi-minta tolong?" ucapku berusaha untuk tenang.
"Kau mungkin sudah tau soal Klub Tenis kan? kami sangat lemah, anggota kami juga sedikit, setelah murid kelas 3 lulus, kami akan lebih lemah."
"Ho…"
"Jadi… kalau Tsukihara-kun tidak keberatan, kau mau bergabung dengan Klub Tenis?"
"Ha!?"
Setelah itu, didalam ruang klub relawan…
"Itu mustahil!" ucap Hiyuki.
"Mustahil itu… kau ini…"
"Kubilang mustahil, ya mustahil."
"Ya… aku mungkin bisa jadi penyelamat klub tenis…"
Aku berniat keluar dari klub relawan, dengan alasan bergabung dengan klub tenis dan perlahan menghilang dari sini, tapi…
"Apa kau pikir kau bisa berguna untuk tim tenis? tidak mungkin mereka mau menerima mahluk sepertimu, tapi kau mungkin bisa menjadi musuh baru yang membuat mereka bersatu melawanmu. Dan pada akhirnya, yang mereka lakukan hanya berusaha untuk menyingkirkanmu, dengan begitu mereka tidak akan berkembang, jadi kusarankan kau untuk tidak bergabung. Sumber : Aku."
Hiyuki, bukankah perkataanmu itu sangat kejam. Ya… tapi karena aku sudah terbiasa dihina, aku hanya merasakan sedikit rasa sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Aldekha Depe
yuhuuu depe kembali membawa semangat
2021-02-01
0
Yeni Eka
Like lagi
2021-01-29
0
IG : Chocollacious
10 like kak
2021-01-27
0