Menyadari kedatangan kami, gadis itu berbalik.
"Hiratsuko sensei, aku yakin sudah memberitahu anda untuk mengetuk dulu sebelum masuk," ucap gadis itu.
"Meskipun aku mengetuknya, palingan kau tidak akan menjawabnya, jadi aku langsung masuk saja," jelas bu Hiratsuko sambil berjalan mendekat ketempat gadis itu.
"Itu karena ibu selalu masuk sebelum aku menjawabnya," balas gadis itu.
"Lalu, siapa laki-laki yang terlihat kebingungan dibelakang ibu itu?"
Setelah memperhatikan lebih jelas, ternyata aku tau siapa gadis ini, jurusan budaya internasional, kelas 2A, sebuah kelas yang hampirrrr! 80% siswanya adalah perempuan. Fasilitas kelasnya juga sangat bagus dan lengkap, hingga mendapat julukan sebagai kelas mewah, semua pelajar yang ada didalam kelas itu adalah orang-orang jenius, dan diantara orang-orang jenius itu, terdapat seorang wanita yang paling mencolok, dialah gadis yang memiliki julukan Ice Queen, Haruno Hiyuki, hampir semua murid disekolah ini mengenal sosoknya.
Tentu saja aku hanya tau wajah dan julukannya saja, ini pertama kali kami bertemu dan sudah pasti ia tak mengenaliku.
"Dia ingin bergabung," ucap bu Hiratsuko tiba-tiba.
Mungkin karena sedang dihadapkan dengan seorang gadis yang paling populer dan terkenal disekolah, membuatku sedikit gugup, dan tanpa sadar, aku langsung saja memperkenalkan diri dengan sopan.
"Eng… Namaku Tsukihara Watari dari kelas 2F. Eng… hei tunggu dulu, apa maksud ibu dengan kata bergabung, siapa juga yang ingin bergabung dengan klub ini, dari awal… memangnya ini klub apa?"
Bu Hiratsuko berbalik menatap kearahku lalu mulai berbicara, "Ini adalah hukuman untuk tugasmu yang jelek dan juga karena telah menyakiti perasaan ibu.
Ibu tidak ingin mendengar keluhan apapun…"
Hoi!? Guru macam apa yang menghukum muridnya atas dasar alasan sakit hati hanya karena aku membahas tentang umurnya. Itulah yang ingin kukatakan, tapi bu Hiratsuko benar-benar tak memberiku kesempatan berbicara.
"…Jadi begitulah Hiyuki, dia memiliki hati sebusuk matanya, dan itu membuatnya sedih dan kesepian, karena itu, aku ingin dia bergabung dengan klub ini demi menolongnya, itu adalah permintaan ibu.
"Dengan senang hati kutolak tawaran ibu, ditatap oleh mata pria itu membuatku merasa dalam bahaya." ucap Haruno Hiyuki sambil berbalik menutupi badannya.
Maaf saja kalau mataku terlihat busuk, ya… aku juga sering mendengar orang lain mengatakan itu, jadi bisa dibilang aku sudah kebal terhadap omongan orang-orang yang menghina fisikku. Memang seperti inilah mataku dari lahir, daripada mengeluhkan hal itu, lebih baik aku menerimanya dengan lapang dada.
"Jangan khawatir, meski dia terlihat seperti itu, dia orang yang dapat dipercaya, dia tidak akan melakukan hal bodoh yang dapat membuatnya ditangkap, anggap saja ia sebagai lalat kecil yang pengecut," jelas bu Hiratsuko.
"Bisakah ibu bilang kalau aku dapat membedakan hal yang benar dan salah saja"
"Hmm… lalat pengecut kah? jadi begitu…" ucap Hiyuki dengan salah satu tangan yang berada di dagunya.
Pendapatku benar-benar diabaikan oleh dua perempuan cantik ini.
"Ya… karena ini adalah permintaan dari Hiratsuko sensei, maka aku akan tidak enak jika menolaknya…." jawab Hiyuki dengan nada yang masih tidak terima.
Apa-apaan wajah sombongmu itu, kalau tidak ingin menerimaku langsung tolak saja, dari awal aku memang tidak ingin masuk ke klub ini, jadi cepatlah ambil keputusanmu dan tolak permintaan Hiratsuko sensei, Ice Queen…
"…Aku terima permintaan ibu,"
…berakhir sudah.
"Kalau begitu, kuserahkan anak ini padamu Hiyuki," ucap Hiratsuko sensei lalu berjalan keluar dari ruangan.
…
Suara kicauan burung serta suara jarum jam yang berdetak menemani kami berdua dalam ruangan kelas yang tiba-tiba menjadi sunyi ketika bu Hiratsuko keluar dari ruangan.
…Oi, oi, yang benar saja! apa-apaan situasi ini? seoalah mengingatkanku sebuah kenangan kelam yang ingin kulupakan sewaktu masih duduk dibangku SMP,
Didalam klise banyangan ingatan hitam dan putih, terlihat diriku yang masih SMP sedang menunduk sambil mengatakan perasaanku kepada seorang gadis, tak butuh waktu lama gadis itu pun menjawab…
"Bisakah kita menjadi teman saja?" ucapnya.
kata Teman entah kenapa berulang kali terngiang-ngiang dikepalaku…
…Teman? kami bahkan tidak saling bicara sejak saat itu.
Dan berkat hal itu, aku tidak akan melakulan hal yang sama lagi untuk kali ini, seorang gadis hanya tertarik pada pria yang tampan, mereka mendekati teman pria itu lalu membuangnya saat sudah tak butuh, dengan kata lain mereka adalah musuhku. Satu-satunya cara agar aku bisa keluar dari situasi canggung ini adalah menjadi orang yang dibenci. Oke, sudah kuputuskan, aku akan menakuti Haruno Hiyuki.
Aku berbalik menatap tajam kearahnya, "Gerrrrrr" aku menggeram.
Dia langsung balas berbalik menatap tajam kearahku, diluar dugaaan tatapan dinginnya ternyata sangatlah berbahaya, aku langsung dibuat menatap kearah lain dan diam membeku tak bisa melakukan apa-apa. Ternyata julukannya sebagai Ice Queen bukanlah isapan jempol belaka.
"Kenapa kau tidak pergi mengambil sebuah kursi dan duduk saja!" ucap dingin sang Ice Queen Hiyuki.
"Eh… iy… maaf," balasku kalap, sambil melirik kiri dan kanan mencari sebuah kursi yang pas menurutku.
Setelah mendapat sebuah kursi, aku menaruhnya disisi kanan dari Hiyuki dengan jarak diantara kami sekitar tiga meter.
"Ada apa!?" tanya Hiyuki tanpa berbalik sedikitpun.
Ia kelihatannya terganggu karena aku terus saja mencuri pandang darinya.
"Yah… sebenarnya bukan hal yang penting, tapi… aku hanya sedikit bingung, sebenarnya klub apa yang sedang kumasuki ini?"
Aku bertanya sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Sebuah helaan nafas lelah keluar dari mulut Hiyuki, setelah itu, ia bebalik menatap kearahku, "Kenapa kau tidak mencoba menebaknya."
Aku melipat kedua tanganku didepan dada lalu dengan cepat menebaknya.
"Klub Sastra?"
"Heh… alasannya?"
"Karena klub itu tidak perlu peralatan khusus seperti yang ada diruangan ini, yang kau lakukan disini hanya duduk dan membaca buku," ucapku berusaha terlihat pintar.
"Salah," jawab Hiyuki dengan nada dan wajah yang merendahkanku.
"Kalau begitu klub apa!?" ucapku kesal sambil memalingkan wajahku menyingkir dari tatapannya.
"Inti dari klub ini adalah yang kita lakukan sekarang."
"Hmm…!" aku berpikir dengan sangat keras.
"…Percuma, aku menyerah, cepat katakan saja."
"Tsukihara-kun, sudah berapa lama sejak terakhir kali kau berbicara dengan seorang gadis?"
"Hah!?"
kalau tak salah… seingatku, 2 tahun lalu, saat bulan mei…
"Ah hari ini benar-benar panas ya…"
"Hm… seperti dikulkas saja," jawabku.
"Eh… i-iya.
Ternyata yang diajaknya berbicara adalah perempuan yang duduk dibelakang bangkuku. Sesampainya dirumah, aku langsung masuk dalam kamarku dan berteriak dengan keras didalam selimut. Kenangan itu benar-benar membuatku merasa malu sampai sekarang.
…
"Mereka yang memberi sesuatu terhadap kekurangan orang lain disebut dengan relawan, mereka memberi bantuan pada orang yang membutuhkan, dan itulah yang klub ini lakukan, selamat datang di Klub Relawan, aku akan memenuhi tugas yang diberikan dengan memperbaiki semua masalahmu. Bersyukurlah."
Hiyuki berjalan kearahku dengan kedua tangannya yang terlipat didepan dadanya, dan sekarang, dengan matanya yang menutup sombong, ia sudah berada tak jauh disamping kursi tempatku dudukku. (1,5 meter).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Kazuma
lah ini persis OREGAIRU
2023-08-28
0
Erni Fitriana
like
2021-02-16
0
nina niawati
aku suka banget cara nulis nya thor
2021-02-01
0