Saat ini… aku, adikku dan pria yang datang bersamanya tengah duduk berhadapan dengan Kinata, Yui dan Hiyuki.
"Ya… Halo, aku Namichi Wataru, terima kasih telah selalu membantu kakakku."
"Salam kenal, aku teman sekelasnya, Kinata Otsuka."
"Wah, kak dia imut sekali ya!?" ucap Namichi sambil menarik-narik lengan bajuku.
"Ha? iya, tapi dia itu seorang pria," ucapku menggerutu.
"Haha, kakak ini selalu bercanda…" namun tak ada yang
tertawa,
"…Ha!? apa benar?" bisik Namichi kepadaku.
Aku hanya membalasnya dengan sebuah anggukan kecil.
"I-iya aku ini seorang pria," jawab Kinata tersipu malu.
"Salam kenal, aku teman sekelasnya Tsukki, Hiroime Yui." lanjut Yui.
"Ah… halo, salam kena…"
Entah apa alasannya, Namichi terlihat sangat memperhatikan wajah Yui.
"Kurasa sekarang giliranku, salam kenal… aku Haruno Hiyuki. Aku bukan teman sekelasnya Tsukihara-kun, bukan temannya juga, sayangnya aku kenalannya… kurasa?"
"Ada apa dengan pertanyaan menjebak itu? ucapku.
"Anu… aku Shirohaki Kuroishi. Aku satu tempat les dengan Tsukihara-san, sama seperti kalian, kakakku juga murid kelas 2 di SMA Chiba. Namanya Shirohaki Shiro," ucap pria yang datang bersama Namichi.
"Si tukang telambat!" batinku.
"Ah, Shirohaki-san kan? dia orang yang agak menyeramkan," ucap Yui.
"Bukankah dia temanmu?" tanyaku.
"Ya… aku kadang bicara padanya, tapi…
…Tsukki! jangan tanya hal seperti itu pada seorang perempuan! itu sangat sulit untuk di jawab!"
"Tapi aku belum pernah melihat Shirohaki-san bersikap ramah pada siapapun," jelas Kinata.
"Dan juga, belakangan ini kakaknya Kuroishi jadi seperti preman, dia selalu pulang larut malam.
Jadi dia minta pendapatku supaya kakaknya berubah jadi seperti biasanya," jelas Namichi.
"Sejak kapan hal itu mulai terjadi?" tanya Hiyuki.
"Belakangan ini, bahkan sejak masuk SMA Chiba…
…Padahal saat masih SMP dia sangat rajim dan baik," jawab Kuroishi.
"Dengan kata lain, dia langsung berubah setelah sekelas dengan Tsukihara-kun kan?" tanya Hiyuki.
"Kenapa kesannya aku yang jadi penyebabnya? memangnya aku ini virus apa?"
"Aku tidak bilang begitu, tidakkah kau merasa bahwa reaksimu yang terlalu berlebihan, Tsukikuman-kun?"
"Kau mengatakannya! barusan kau menyebutku kuman!"
"Lidahku hanya terpeleset."
"Tch!"
…
"Dia selalu pulang larut malam kan? memangnya selarut apa…?" tanya Yui.
"…Aku juga pulang agak larut malam, jadi kurasa itu hal yang cukup biasa untuk seorang gadis SMA."
"Ya… dia pulang sekitar jam 5…"
"Bukankah itu sudah pagi?" ucapku.
"Apa orang tuamu tidak menasihatinya?" tanya Kinata.
"Mereka berdua sibuk bekerja, kami juga punya dua adik lagi, jadi mereka tidak begitu rewel tentang kakak," jawab Kuroishi.
"Masalah keluarga, ya…?
"Ha!?"
"…Semua orang pasti memilikinya…"
"He…"
"…Baiklah," ucap Hiyuki.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanyaku menggerutu.
"Kuroishi-kun adalah adik Shirohaki Shiro-san, murid dari sekolah kita, dan juga, dia minta tolong soal Shirohaki Shiro-san sendiri, kurasa ini sudah menyangkut kegiatan Klub Relawan, itulah yang kupikirkan," jawab Hiyuki.
Sebuah jari telunjuk memukul-mukul bahuku, aku berbalik kearah pemilik telunjuk tersebut, terlihat adikku yang sedang tersenyum, membuatku tak dapat mengatakan kata tidak.
…
Program rehabilitasi Shirohaki Shiro dimulai keesokan harinya…
Setelah sekolah, aku pergi ke ruangan klub dimana Hiyuki sedang menunggu dengan angkuh. “Kalau begitu, ayo kita mulai.”
Yui dan aku mengangguk mendengar kata-katanya. Dan untuk beberapa alasan, Kinata juga berada disana.
"Kinata, kau tidak perlu memaksa dirimu untuk datang kemari.” Maksudku, jika kau ada disini, maka kau akan merasakan aura intimidasi yang sangat kuat dari Hiyuki."
Tapi Totsuka menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Tidak, tidak apa-apa. Aku juga mendengar apa yang terjadi. Ditambah, aku tertarik, apa yang Tsukihara dan yang lain akan lakukan."
"Be-begitu ya. Kalau begitu… terserah kau saja."
…
"Karena Shirohaki Shiro-san juga sering telambat, Hiratsuko sensei mungkin saat ini sudah menahannya di ruang guru dan sedang memberinya ceramah panjang lebar selagi kita berbicara," jelasku.
"Aku sudah memikirkannya, dan aku yakin bahwa Shirohaki Shiro-san, sebaiknya menyelesaikan masalahnya dengan tangannya sendiri," ujar Hiyuki.
"Ya… hal itu sudah pasti, kurasa…"
Aku sedang tidak berniat beradu argumen dengan Hiyuki saat ini, jadi kuputuskan mengiyakan apapun yang ia ucapkan
"Jadi, apa sebenarnya yang akan kita lakukan?" tanyaku.
"Apa kau pernah mendengar tentang terapi hewan?"
"Tidak, tidak sama sekali."
Hiyuki membuang nafas panjang
"Biar kujelaskan… sederhananya terapi hewan, adalah sejenis terapi spiritual yang termasuk membelai-belai hewan untuk mengurangi level stres seseorang dan mengeluarkan kepribadian positif orang tersebut."
Saat Hiyuki menjelaskan inti-intinya, aku dapat mendengar Yui sedang terkekeh. Tapi menurutku, itu bukanlah cara yang buruk untuk menyelesaikan masalahnya.
Dari apa yang dikatakan Kuroishi, Shirohaki dulunya seorang gadis yang kaku dan berhati baik. Ini mungkin adalah pemicu untuk mengeluarkan sisi baik hatinya.
Tapi ada satu masalah.
"Siapa yang akan menyediakan hewannya?" tanyaku.
"Tentang itu… tidak adakah disini yang memelihara seekor kucing?" tanya Hiyuki.
Kinata menggelengkan kepalanya dengan murung sebagai jawabannya.
"Aku ada seekor anjing, apa itu boleh?" tanya Yui.
"Harus kucing! lebih banyak orang yang menyukai kucing!," tegas Hiyuki.
"Aku tidak benar-benar mengerti perbedaannya…" gumamku.
"…Serius? apa kau punya penjelasan ilmiah tentang argumen yang baru saja kau lontarkan?"
"Tidak ada yang terlalu spesifik…" Hiyuki dengan cekatan menghindari tatapanku.
"…Yang penting, jangan anjing."
"Apakah itu berarti kau tidak suka anjing?" tanyaku.
"Aku yakin, tidak pernah mengatakan sesuatu semacam itu. Tolong jangan buru-buru menarik kesimpulan," kata Hiyuki tersinggung.
"Tidak mungkin, Hiyukin. Kau benci anjing? Bagaimana bisa?! Bukankah kau menyukai hewan imut!?" ucap Yui yang sudah terlanjur mengambil kesimpulan.
"…kau merasa seperti itu, hanya karena kau menyukai anjing, Hiroime-san." Nada suara Hiyuki ttiba-tiba menjadi datar.
Apa Hiyuki ada sejenis trauma yang menyangkut anjing atau semacamnya? Apakah dia pernah digigit anjing sebelumnya? jika dia tidak menyukainya, kurasa sebaiknya aku jangan memaksanya.
Untuk sekarang, aku hanya merasa gembira bahwa aku mengetahui salah satu titik lemah Hiyuki.
"Kami memelihara seekor kucing…" kataku. "…Apa tidak apa-apa memakai kucing kami?"
"Ya."
Setelah mengantungi persetujuan Hiyuki, aku menelepon Namichi. Aku bisa mendengar sejenis musik aneh sebagai latarnya.
Ada apa dengan musik murahan itu? Mengapa ponsel gadis ini menyanyi?
"Yaaaaaa, ini Namichi!"
"Oh, Namichi. Kau berada di rumah sekarang ini?"
"Yep, Aku di rumah. Kenapa?"
"Ini soal kucing kita. Maaf, tapi bisakah kamu membawanya ke sekolah kami?"
"Huh? Kenapa? Ka-kun berat, jadi aku tidak mau."
Ka-kun adalah nama kucing kami. Dia dulunya dipanggil Kamakura, tapi karena nama itu terlalu susah disebut jadi suatu hari namanya disingkat menjadi Ka-kun.
"Hiyuki yang berkata untuk membawanya."
"Aku akan segera kesana." Panggilannya tiba-tiba diputus dengan suara beep.
Huh? Mengapa tingkahnya berubah segera setelah aku menyebut Hiyuki? tapi ketika aku yang menyuruhnya…
Aku menutup ponselku, merasa puas dia akan datang. SMA kami cukup terkenal di area ini, jadi dia mungkin tidak akan tersesat saat datang kemari.
"Dia bilang dia akan segera kemari…" ucapku memberitau Hiyuki.
"…Apa kita sebaiknya menunggu diluar?"
…
Kami menunggu di luar gerbang sekolah selama dua puluh menit, sampai Namichi muncul dengan keranjang di tangannya.
"Maafkan aku telah memanggilmu datang kemari," ucap lembut Hiyuki.
"Tidak, tidak, aku senang melakukannya untukmu Hiyuki-san," jawab Namichi sambil tersenyum selagi dia membuka tutup keranjangnya.
Ka-kun tergeletak di dalamnya. Dia terang-terangan menatap padaku dengan tampang seperti.
"Huh? Apa kau lihat-lihat, sampah?"
"Aww, dia begitu imut!" kata Kinata saat dia mengusap kucingnya. Ka-kun memelintir badannya seakan berkata,
"Hei, hei, tenang! Tunggu sebentar! Jangan perutku! Jangan usap disana!" Dia benar-benar sudah dalam kendali Kinata.
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan dengannya?" tanyaku pada Hiyuki.
Aku memegang Ka-kun pada bagian tengkuk lehernya setelah kinata menyerahkannya padaku.
"Kita akan meletakkannya di dalam sebuah kotak kardus dan meninggalkannya di depan Shirohaki Shiro-san, aku yakin dia akan memungutnya jika hatinya tersentuh." Jelas Hiyuki.
Apa kau pikir seorang preman seperti Shirohaki akan berbuat seperti itu?
Tapi… sebenarnya, aku tidak begitu mengenal Shirohaki, jadi tidak ada jaminan bahwa cara tidak langsung seperti ini akan berhasil.
"Kalau begitu sekarang, aku akan mencari beberapa kardus."
Aku memberi isyarat untuk menyerahkan kucingku pada Yui yang berada persis di sampingku. Tapi dia melangkah mundur satu langkah dengan ketakutan.
"Yui?"
Sekali lagi aku mencobanya memberikan Ka-kun. namun ia tetap menghindar.
"Apa-apaan kau…"
"Oh. Eng, uh, tidak ada apa-apa!" kata Yui selagi dia menjulurkan tangannya dengan gugup.
Ka-kun mengamati tangan Yui dan membuat suara meong. Sambil tersentak, Yui menjauhkan tangannya.
"Apa jangan-jangan… kau tak cocok dengan kucing?"
"H-huh?! T-Tentu saja aku cocok dengan kucing! Malah, aku cinta mereka! M-Maksudku, kesini, kucing kecil. Meong meong." ucap Yui dengan suara bergetar saat ia menirukan suara kucing.
"Namichi, Aku akan menyerahkannya padamu." ucapku menyerahkan Ka-kun kepada Namichi.
Setelah itu aku berjalan memjauh, berkeliling, mencari sebuah kardus untuk Ka-kun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yeni Eka
Semangat up
2021-02-04
0
Lian
T
2021-01-03
0
Lian
A
2021-01-03
0