Karya Wisata tempat kerja, itu adalah program terbaru sekolahku guna mengenalkan pelajar dalam lingkungan pekerjaan, setiap siswa diberi kertas semacam formulir untuk mengisi kemana mereka ingin pergi, kemudian, mereka akan di bawa ke tempat yang mereka tentukan dalam sebuah kelompok kecil yang mereka pilih dan buat sendiri.
…
Keesokan harinya, di dalam ruang kelas 2F, terlihat papan tulis hitam yang berada didinding depan ruang kelas penuh dengan tulisan nama-nama siswa dengan satu kelompok berisi tiga orang yang akan ikut dalam aktifitas karya wisata tempat kerja yang akan datang.
Dan diantara kelompok-kelompok itu, terdapat satu kelompok yang dibuat berdasarkan rencanaku
"Ryuen."
"Eiji."
"Suna."
…
Saat ini aku tengah duduk dikursiku, seperti biasa berusaha tertidur dengan menyandarkan wajahku kesalah satu tanganku.
"Bisa aku duduk disini…"
Suara yang kurasa aku kenal terdengar, menganggu waktu tidur jam istirahatku.
Aku dengan pelan mengarahkan pandanganku keatas melihat Takahashi yang sedang berdiri didepanku.
Kemudian ia segera duduk dikursi depan mejaku, dengan cepat aku menghadapkan tubuhku kesamping menghindar dari pandangannya.
"…Dengan begini masalah sudah selesai, terima kasih ya."
"Tidak perlu berterima kasih, aku tidak melakukan banyak hal."
Sebenarnya, aku sama sekali tak melakukan apapun. Aku hanya mengajak Takahashi dalam kehidupan seorang penyendiri, tiga temannya hampir saja bertengkar karena mereka ingin satu kelompok dengan Takahashi.
Jadi yang kulakukan hanya mencabut akar permasalahnnya, dengan kata lain, mengeluarkan Takahashi Daichi itu sendiri.
"Mereka cukup terkejut saat kubilang tak ingin berkelompok dengan mereka. Ya… kuharap ini bisa membuat mereka menjadi teman yang sesungguhnya, itulah yang kupikirkan."
Jujur saja, sikapmu yang selalu baik seperti ini juga bisa dikatakan sebagai sebuah penyakit tersendiri.
"Tsukitani-kun kau masih belum punya kelompok kan? mau bersamaku?"
Apa-apaan orang ini…
"O- oke…"
Oi… kenapa aku langsung menjawabnya.
Sesaat setelah itu, terlihat Kinata berjalan mendekat kearahku dengan wajah kesal.
"Ada apa Kinata?"
"Tsukihara, aku bagaimana!?"
"He? bukankah kau bilang sudah memutus…?"
"Sudah kubilang! dari awal aku sudah memutuskan untuk bersamamu!"
Oi… perasaan aneh ini muncul lagi, gawat, ini benar-benar gawat.
…
"Tsukihara"
"Takahashi"
"Kinata"
"Yosh… sudah selesai," Takahashi menulis nama kami bertiga dipapan tulis hitam.
"Mohon bantuannya," ucap Kinata.
Jadi dia tau cara menulis namaku, namu tetap memanggilkiu dengan panggilan aneh…?
"Tsukihara," ucap Kinata memanggilku.
"Hm?"
"Kapan kita harus pergi?" tanya Kinata dengan wajah tersenyum.
Apa jangan-jangan… ini yang orang-orang sebut dengan persahabatan?
…
"Sepertinya aku satu kelompok dengan Takahashi saja," ucap tiba-tiba Hideko, lalu menulis namanya.
Tak lama setelah itu…
"Takahashi kau mau kesana?"
"Aku juga mau ikut!"
"Takahashi, kau hebat sekali."
"Aku juga sama."
"Aku ikut."
Intinya, karena skill spesial yang dimiliki Takahashi… namaku dan Kinata sampai menjadi tak jelas dipapan tulis karena tertimpa nama siswa lain yang ingin satu kelompok dengan Takahashi.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
"He? anu… Bu-bukan begitu, ibu pernah dengar kata jam kerja fleksibel kan? sebagai golongan elit, waktu kerjaku-"
"Tsukihara, bukankah kau pernah bilang ingin menganggur dirumah kan? kau juga bilang Bekerja adalah Untuk Kalah…"
"Tsukihara-kun terlambat ya?" tanya Kinata pada Yui.
"Kelihatannya begitu," jawab Yui.
"…Jadi, Tsukihara-kun, pembelaanmu?" tanya bu Hiratsuko bersiap-siap.
"I-itu, ibu tau… datang terlambat sebenarnya bukan hal yang buruk."
"Oh, bisa beri penjelasan sebelum kau kuhajar."
"Para polisi mulai bergerak setelah sebuah insiden terjadi. Itu sudah dikenal luas bahwa sang pahlawan akan datang pada menit-menit terakhir. Dengan kata lain, mereka selalu terlambat. Tapi siapa yang menyalahkan mereka!?Tidak ada! Ironinya disini adalah bahwa keterlambatan itu merupakan keadilan!”
“Tsukihara, mari kuberitahu kamu satu hal. Keadilan yang lemah itu tidak ada bedanya dengan kejahatan.”
“Keadilan lemah itu bahkan lebih baik dari kejaha- tunggu! Jangan pukul aku! Tidak!”
"Heerg!!"
Sebuah pukulan melesat keperutku, membuatku seketika terbaring dilatai ruang kelas.
"Ha? ya ampun, Tsukihara… kelihatannya kau punya teman yang juga datang terlambat…"
Seorang murid perempuan yang memakai pakaian sekolah SMA Chiba, dengan rambut panjang berwarna abu-abu, di tambah sebuah switer yang terikat di pinggangnya berjalan memasuki kelas…
"…Terlalu banyak murid yang bermasalah di kelas ini, Shirohaki Shiro-san, kau juga jam kerja fleksibel?"
Shiroime Shiro-san hanya mengangguk kecil lalu berjalan menuju tempat duduknya.
…
Sepulang sekolah, dengan perut yang masih sakit, aku berjalan menuju sebuah toko buku, kemudian memutuskan untuk pergi belajar di sebuah kafe.
Setelah sampai, aku berjalan masuk kemudian mencari kursi yang kosong. Setelah menemukannya, aku menaruh tasku di atas meja depan kursi tersebut, namun aktifitasku terhenti saat aku mendengar suara…
"Selanjutnya Hiyukin yang memberi pertanyaan."
Aku berbalik kearah tempat suara Yui berasal, dan kemudian, terlihat Yui, Hiyuki, dan Kinata yang kelihatannya juga sedang belajar bersama di kafe ini.
"Kalau begitu, ini soal geografi, Sebutkan 2 produk khas Chiba." ucap Hiyuki memberi pertanyaan.
"Kacang miso dan kacang rebus?" jawab tak yakin Yui sambil memegang dagunya dengan telunjuk jarinya.
"Apa menurutmu Chiba hanya punya kacang saja?"
Aku memotong, membalas kalimat Yui, lalu berjalan mendekat ke tempat mereka.
"Wuuah, ternyata Tsukki, untuk sesaat aku kira ada orang aneh yang mau kenalan."
"Kau juga di ajak belajar bersama ya, Tsukihara-kun?" tanya Kinata.
Yui berbalik menjauhkan pandangannya dariku.
"Yui, ada apa dengan wajah yang seolah mengatakan, "Sial, yang tidak diajak malah muncul!" mu itu!?" pikirku kesal.
"Kurasa kami tak mengajakmu untuk belajar bersama Tsukihara-kun, apa kau ada perlu?" tanya Hiyuki.
"Berhenti menanyakan sesuatu yang bertujuan menyakiti sesorang," balasku.
.…
"Hm! apa itu?" tanya Yui tiba-tiba sambil menatap ke amplop coklat yang sedang kupegang.
"Ini? brosur les di musim panas."
"Tsukki, apa kau benar-benar sudah berniat belajar untuk ujian masuk universitas?" tanya terkejut Yui.
"Semua murid yang mau kuliah juga sudah mulai belajar kan? aku juga mau coba beasiswa dari tempat les."
"Beha siswa!?" tanya Yui.
"Beasiswa," ucap membenarkan Hiyuki.
"Tempat les memberi beasiswa kuliah bagi murid yang punya nilai tinggi, jadi… jika di tambah dengan uang kuliah yang di berikan orang tuaku, maka kehidupan kuliahku akan berjalan sangat nikmat."
"Itu penipuan," ucap menghina Yui.
"Tindakanmu itu terburuk dari yang terburuk," tambah Hiyuki.
"Aku tidak menyakiti siapapun, jadi tidak masalah kan?" ucapku membela diri.
"Oni-chan!!"
Tiba-tiba, aku mendengar suara keras dari seseorang yang kukenal, aku berbalik menatap kearah suara itu.
"Eh? Namichi, apa yang kau lakukan di sini?"
"Ya… temanku sedang punya masalah dan butuh bantuan."
"Ha!? siapa pria disampingmu itu!?" ucapku melihat kearah pria yang sedang berdiri disamping adikku.
"Untuk sekarang Namichi ingin duduk," ucapnya lalu berjalan menuju tempat duduk yang berada di depan Yui dan Hiyuki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Yeni Eka
Semangat
2021-02-04
0
Ade Yayuk
masiih menyimak
2021-01-31
0
Anjas
L
2021-01-05
0